Ini niat dan rencana yang diulang rencanakan setiap tahun. Alhamdulillah tahun ini terwujud, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Next time lebih baik, lebih terorganisir ... Emang masih mau lagi?? Iya dung namanya silaturahmi kan harus dijaga dan disambung terus apalagi sambil jalan-jalan. Hmm mudah-mudahan diberikan kemudahan waktu, kesehatan, kesempatan dan dana pastinya. Kami sengaja mengambil cuti agak lama akhir tahun ini untuk bisa merealisasikan rencana ini. Tanggal 25 Desember berangkat rencana 4-5 hari di Yogyakarta, 2-3 hari di Cirebon including perjalanan.
Berangkat satu mobil full team saya, suami, 3 krucils, mbah uti dan kakung (mertua saya) dan 2 adik suami om danu dan tante ami. Di Rest Area 57 kami janjian bertemu dengan sepupu suami dan keluarga yang juga mau berlibur ke Yogyakarta. So konvoilah kami 2 mobil ke Yogyakarta via Jalur Utara. Saat itu pertimbangan memilih jalur utara karena ada berita banjir di daerah Purworejo dan rusaknya jalan di jalur selatan.
Perjalan pertama kami sekeluarga ke Yogyakarta lewat darat yang cukup panjang dan melelahkan. Cuaca hujan, macet di beberapa titik plus masih meraba-raba rute. Pun sang driver, si ayah harus sendiri menyetir mobil karena saya tidak bisa nyetir *hiksss. Dan 18 jam yang melelahkan itu akhirnya usai. Kami sampai ke rumah sepupu suami di daerah Wates dan selama 4 hari ke depan kami bakal stay di sini. Karena satu dan lain hal akhirnya si ayah memutuskan "numpang" di rumah bude anak-anak, antara lain karena hotel sudah penuh karena kami akhirnya positive memutuskan pergi hanya beberapa hari sebelum keberangkatan dan saat mau booking hotel sudah mendesak dan pastinya musim liburan panjang seperti ini Yogyakarta bukan main ramainya. Full :D
Mbah Uti asli Bantul, Kakung dari Gunung Kidul. Keluarga besar mereka
memang ada di seputaran Yogyakarta. Tapi Uyut dari Uti dan Akung sudah
tidak ada. Sejak tahun 1970 an merantau ke Jakarta, mereka sangat jarang
pulang ke Yogyakarta, mereka tidak mentradisikan pulang kampung-mudik
di hari lebaran. Sehingga sangat bisa dihitung silaturahmi yang mereka
lakukan ke kampung halaman. Apalagi sejak kedua Uyut sudah tidak ada,
terlebih dengan formasi lengkap. So ini edisi pertama silaturahmi ke
Yogyakarta dengan formasi lengkap :).
********* Hari ke 1 ***********
Hari pertama diagendakan Ziarah ke Bantul dan mengunjungi Kakak tertua mbah Uti di daerah Prambanan. Yang menarik saat berziarah ke komplek pemakaman keluarga tersebut, selain ada makam muslim dan katolik yang berdampingan, jumlahnya cukup banyak. Kata mbah Uti, di keluarga besar terutama dari Uyut putri banyak keluarga yang menikah antar agama (Islam + Katolik). Juga ada kuburan dengan tanggal yang sama. Rupanya mereka korban Gempa di tahun 2010 lalu. Setelah beziarah dan berdoa di makam Uyut kami kemudian melihat lokasi dimana dulu rumah uyut. Tempat mbah uti dan kakak-kakaknya dibesarkan. Sudah tidak ada bangunan di tanah yang cukup luas di hook dekat perempatan jalan di Dusun Warung Pring - Kec Bambanglipuro itu. Katanya sudah hancur karena gempa di 2010 lalu, tinggal pepohohan yang masih tersisa. Sayang tak ada satupun keluarga yang mengurus tanah tersebut, sehingga tampak tak terurus. Mbah uti mampir agak lama ke tetangga depan rumah yang juga sudah sepuh, sudah tidak ada kerabat dekat yang tinggal di sana, selain tetangga-tetangga.
Dari sana kami mampir sebentar ke Pantai Samas, yang sayangnya sepi dan tak terurus, banyak bangunan di dekat pantai yang rusak entah terkena gempa atau ombak yang tidak diperbaiki. Cuaca hari itu yang lumayan panas membuat saya enggan mendekati bibir pantai dan memilih melihat dari kejauhan. Dari sana kami lanjut ke Rumah Mbah Prambanan, yang merupakan anak tertua (perempuan) dari keluarga Uti. Ini pertemuan Mbah Prambanan, Mbah Wates dan Mbah Ciputat (anak paling bontot). Berkumpulnya Trio Macan hahaha ini sayangnya tidak diabadikan karena kami sampai ke sana sudah maghrib, karena harus melewati proses "nyasar" dulu. Sehingga tidak konsentrasi, karena para krucils sudah rewel minta pulang.
Dalam perjalanan dari kampung Uti ke Prambanan kami sempat berhenti di jalan untuk membeli panganan khas bantul yang menurut saya cukup unik. Mbah uti memiliki kenangan tersendiri dengan Peyek Gimbal ini di masa kecilnya dan sering diceritakannya pada kami. Ternyata saat ini penjualnya sudah langka hanya ada 1 dikenal sebagai Mbah Tumpuk dan Peyeknya pun saat ini disebut Peyek Tumpuk, bukan lagi Peyek Gimbal. Berikut penampakan peyek tumpuk ini, berbentuk bulat dr kacang tanah yang pada dicampur tepung beras yang walaupun bentuknya bulat tetapi renyah dan gurih sampai ke dalam bahkan dibagian tengah. Tampaknya adonan memakai santan karena terasa sangat gurih.
**********Hari ke 2*************
Hari kedua lanjut silaturahmi ke keluarga Akung di Nglipar Gunung Kidul, yang saat ini rumah dan tanah peninggalan keluarganya ditempati dan dijaga oleh salah satu adik perempuan akung dan keluarganya. Yang lain seperti akung merantau di Jakarta dan di beberapa kota lain. Saya orang kampung, tapi rumah Akung di Gunung kidul yang terletak di tengah kebun jati dengan kontur bebatuan krast lebih mirip "hutan" dari pada kampung, jarak dengan tetangga pun cukup jauh. Para bapak melakukan sholat jumat di Masjid terdekat, lanjut makan siang di rumah Mbah Jum, plus dibuatkan pula tiwul.
Agenda selanjutnya ke Pantai, dari banyaknya pantai di daerah sekitar
Gunung Kidul Wonosari, pilihan jatuh ke Pantai Indrayanti. Perjalanan
cukup jauh dan menempuh jalan yang berliku naik turun, awalnya kami
tidak yakin karena sepanjang jalan tampak sepi di kanan kiri jalan hanya
ada pepohonan dan hutan jarang ada pemukiman. Tapi perjalanan panjang
dan berliku itu terbayar sudah, pantai Indrayanti dengan pasir putih dan
pemandangan karang yang indah memuaskan kami. Dan tak disangka, suasana
pantai luar biasa ramai penuh pengunjung. Parkir Mobil penuh kendaraan
luar kota.
Anak-anak puas bermain di pantai dengan deburan ombak yang lumayan tinggi, saat itu jelang ashar dan kami memutuskan untuk menikmati sunset. Saat hari gelap kami baru kembali mengambil arah pulang yang berbeda. Oh iya untuk perjalanan kali ini kami ditemani driver asli Yogya, sehingga kami banyak mendapat "kemudahan" terkait rute-rute dan tujuan kunjungan. Ternyata saat melewati jalan pulang kami baru tahu banyak cottage-cottage di dekat pantai yang disewakan dengan bentuk panggung tradisional dari bambu dan kayu. Ditilik dari fisiknya tampaknya masih bangunan baru. Time to go home, kami agak kesulitan mencari tempat makan karena sudah malam, banyak yang sudah tutup dan rombongan lumayan banyak dalam 2 mobil. Akhirnya ketemu Ayam Kampung Pak Parman. Makan malamlah kami di sana. Kebetulan saya pernah makan di tempat ini sebelumnya, jadi saya tidak ragu merekomendasikan tempat ini.
**********Hari ke 3******************
Seperti hari pertama dan kedua, karena kondisi lelah pada malam harinya kami selalu berangkat agak siang dari rumah. Sekitar jam 10.00 -11.00. Dan sudah 3 hari sejak kami di Yogyakarta, cuaca cerah dan panas, padahal beberapa hari sebelumnya cuaca hujan sepanjang hari. Kali ini rencananya ke Borobudur dan Prambanan. Saya sudah beberapa kali ke kedua candi tersebut, jadi saya sudah berniat tidak akan ikut naik sampai puncak. Terlebih cuaca sangat terik pas jam 1 siang saat tiba di sana. Borobudur luar biasa penuh hari itu. Dari beberapa kali kunjungan saya ke sini. Kali Ini yang padat. Anak-anak agak rewel karena cuaca yang sangat terik dan mereka kurang menikmati. Maklum wisata candi bukan hal yang menarik bagi anak usia 2, 5 dan 6 tahun :) mereka hanya menikmati naik kereta keliling candi. Dan lebih antusias untuk naik kuda atau delman. Kami sempat duduk-duduk dan istirahat rerumputan di bawah pohon yang rindang menunggu matahari tak terlalu terik untuk bisa berfoto di candi.
Kami juga menyempatkan diri makan "siang" lesehan yang banyak ditawarkan di sana. Nasi pecel dengan berbagai lauk pilihan. Entah karena lapar atau suasana yang mendukung anak-anak makan dengan lahap dengan menyuap makanan mereka sendiri dengan kertas makan sendiri-sendiri.
Karena hari sudah sore, kami batal jalan ke Prambanan. Macet kendaraan yang keluar dari Borobudur membuat kami memilih pulang. Terlebih anak-anak sudah kelelahan.
***********Hari Ke 4****************
Hari ini rencanya jalan-jalan di dalam kota saja, taman pintar, keraton dan Malioboro.
Berangkat dari rumah sekitar pukul 11.00, cuaca cerah dan panas. Memasuki wilayah kota Yogyakarta mendekati taman pintar sudah terjebak kemacetan. Dari kejauhan terlihat suasana ramai dan penuh lautan manusia. Banyak rombongan pelajar berseragam. Hmm akhirnya kami sepakat langsung ke Keraton saja. Taman pintar-nya next time saja, kalau suasananya bisa lebih kondusif anak-anak mengeksplore tempat tersebut.
Di Keratonpun tak kalah ramai, plus cuaca panas. Setelah berkeliling dan mengambil photo kami menikmati es dawet, nasi pecel dan sedikit belanja souvenir. Eh ada tukang odong-odong, de Paksi pun tak mau melewatkan kesempatan ini, sudah sejak dua hari sebelumnya ngidam pingin naik odong-odong gara melihat odong-odong melintas di jalan.
Cuaca Yogya yang panas selama 3 hari ini, jujur membuat saya dan anak-anak tampaknya mudah lelah. Saya mengusulkan untuk pergi ke tempat yang lebih sejuk dan adem. So then kita jalan ke "puncak"nya Yogya, Kaliurang di Kaki Gunung Merapi. Udaranya sejuk mulai terasa memasuki wilayah ini, sepanjang jalan tampak vila-vila dan penginapan. Sampai akhirnya kami sampai ke Taman Nasional Gunung Merapi, yang kalau mau kita bisa juga memasuki gua Jepang. Sayangnya tempat ini ditutup pukul 16.00, semua pengunjung diminta turun dari lereng gunung pada jam tersebut. Pastinya untuk keamanan pengunjung sendiri.
**********Hari ke 5*************
Perjalanan Pulang dari Yogyakarta ke Cirebon melalui jalur selatan, setelah mendapat info bahwa banjir Purworejo dan jalanan yang rusak tidak berpengaruh pada arus lalu lintas di selatan. Berangkat pukul 11.30, sempat berhenti sholat Zhuhur dan makan siang di Kebumen. Akhirnya kami sampai ke rumah mide (Ibu saya) di Cirebon pukul 20.30 WIB. Hari yang tak kalah melelahkan, cuaca dingin dan hujan membuat anak-anak yang biasanya sulit tidur karena kepanasan, tertidur dengan lelap.
***********Hari ke 6***********
Lurusin kaki dulu yaaa, hari ini istirahat aja di rumah. Ayah mengantar Mbah Uti dan Akung yang mau pulang duluan dengan Bis Kota. Kakak-kakak yang sudah dinanti-nanti oleh para sepupu, langsung menghilang setelah sarapan. Katanya mancing ikan di balong mide sama Aa Bayyin n the gang hahaha. Saya??? selain ditemplokin si bungsu ganteng, yaaa urusin cucian yang tak tanggung-tanggung, 2 ember besar. Ternyata mide sudah tidak punya ART. Sebelumnya saya mendanai khusus untuk ART untuk mide yang hanya tinggal dengan adik saya yang bungsu di rumah. Tapi rupanya Mide tak pernah cerita kalau sang ART sudah lama tidak lagi bekerja. Hmmm tidak ada laporannya, pasti karena menghindari omelan saya. Saya dan adik saya sengaja memberi budget khusus untuk gaji ART di rumah, maksudnya supaya Ibu kami tidak terlalu capek. Dulu selalu menolak, karena katanya percuma, dan sudah biasa mengerjakan semua sendiri. Dari saya kecilpun memang kami tak pernah punya ART. Pekerjaan rumah dilakukan gotong royong terutama oleh kami yang perempuan. Rupanya tidak sampai 1 tahun sang ART yang terakhir bertahan, sebelumnya malah tidak pernah lebih dari 6 bulan gonta ganti ART. Ya sutralaah :D
*********Hari ke 7**********
Pagi hari saya sempatkan jalan-jalan ke sawah, yang melatarbelakangi rumah Mide. Sawah, bukit dan sungai yang airnya tak jernih lagi seperti saat saya kecil. Air sudah keruh karena terkontaminasi limbah pabrik batu alam yang ada di hulu sungai :(.
Pagi hari saya sempatkan jalan-jalan ke sawah, yang melatarbelakangi rumah Mide. Sawah, bukit dan sungai yang airnya tak jernih lagi seperti saat saya kecil. Air sudah keruh karena terkontaminasi limbah pabrik batu alam yang ada di hulu sungai :(.
Hmm anak-anak bahkan agak sulit diminta pulang ke rumah (Mide), bolak balik main di rumah sepupu-sepupunya, anak-anak kakak-kakak laki-laki saya yang tinggal di sekitar rumah Mide. Akhirnya siang kami putuskan jalan ke Telaga Remis yang letaknya sekitar 2 Km saja dari Rumah. Posisinya di bawah atau kaki gunung Ciremai, sehingga meskipun sangat dekat dari rumah saya Telaga Remis ini sudah masuk wilayah Kabupaten Kuningan. Telaga Remis dan (ternyata ada) Telaga Nilem ini masuk wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai.
Terakhir kali saya ke Telaga Remis mungkin sudah 20 tahunan lalu, saat masih SMA. Tidak banyak berubah, masih rimbun dan sejuk, meskipun tidak seasri dulu, dan tampak agak kurang terawat. Ternyata dalam satu lokasi tersebut ada pula telaga lain, yakni Telaga Nilem lebih kecil dan dangkal, namun dengan air sangat jernih sehingga bebatuan di dalamnya bisa kita lihat dari permukaan air.
Sorenya lanjut cari oleh-oleh dan menyempatkan diri shalat Maghrib di Masjid At Taqwa Cirebon.
Hmmm demikian reportase singkat Tour de Yogya - Cirebon di penghujung 2013 awal 2014 ini. Semoga ada kali lain untuk melakukan perjalanan serupa dengan anak-anak.
Hmmm demikian reportase singkat Tour de Yogya - Cirebon di penghujung 2013 awal 2014 ini. Semoga ada kali lain untuk melakukan perjalanan serupa dengan anak-anak.
Wih sampe setahun ya traveling y..dari tahun 2013 sampai 2014
ReplyDeletehahaha, iyaaa ... makasih yaa sudah mampir :)
ReplyDeleteeh mak, bikin ngiler liburannya secara saya liburan tahun ini cuma di rumah sama suami :D
ReplyDeletetapi saran ya mak, mending di bikin dua postingan deh, jadi ga panjang scrolnya ke bawah hehe...maaf yah, tapi soal isi kece bingit (dasarnya saya selalu suka sama postingan liburan orang) :v
hihi niih mak saya kasih tisuu bual elap ilernya wkwkwk *peace. Liburan tahun depan kali ya mak.
Deletebtw thanks sarannya, tadinya memang mau sy bagi dua, tp kok jd gak imbang tuh klo dibagi berdasarkan tempat, jd catetan buat sy nih mak. mudah2an ga pegel tangannya buat ngecroll...
makasih sudah mampir mak
Foto-fotonya bagus-bagus mb... Dan jadwal liburannya cukup padat juga ya, walaupun beberapa ada yg di-skip.
ReplyDeletemakasih mbaa...
Deleteiya tetep ada yg terpaksa harus liat sikon juga :D
makasih sdh mampir
ih gubuge mang dawi
ReplyDeletehahah iya gubuge mang dawi
Delete