Sebesar apa kepedulian kita terhadap lingkungan? Sebelum muncul rasa peduli, pastinya ada suatu kesadaran yang mendasarinya, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Kesadaran ini yang kemudian menjadi suatu motivasi yang menggerakkan kita untuk mewujudkannya dalam sikap dan tindak laku. Kesadaran harus ditumbuhkan melalui suatu proses pembiasaan yang kemudian menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi pola pikir "mind set" kita.
Pernah menonton sebuah film hollywood, berjudul Waterworld? Dalam film yang diperankan sekaligus disutradarai oleh aktor kawakan Kevin Costner tersebut menggambarkan bagaimana ketika dunia sudah dipenuhi oleh air, tidak disebutkan waktu yang pasti namun diperkirakan setting ini terjadi di tahun 2500 Masehi. Memang tidak diceritakan bagaimana proses dimana sebagian besar permukaan bumi dipenuhi oleh lautan air. Logika awam saya menebak telah terjadi suatu perubahan iklim global yang menyebabkan seluruh pegunungan es di belahan dunia mencair. Sehingga, daratan menjadi sumber langka yang diperebutkan oleh semua orang. Peradaban kemudian kembali pada era bar-bar di mana yang kuatlah yang menang. Semakin langkanya daratan menimbulkan persaingan yang sangat mengerikan dalam meperebutkannya, bersabung nyawa.
Waterworld sumber dari sini |
Hmm ngeri ya, mudah-mudah gak sampai ya kita ke era "waterworld" tadi, meskipun fakta mencairnya gunung es di kutub telah lama santer diberitakan seiring perubahan iklim yang kian drastis. Tidak perlu jauh-jauh ke kutub, efek rusaknya lingkungan menjadi bagian rutinitas masyarakat Jakarta setiap musim hujan, Banjir. Banjir tidak lagi menjadi rutinitas tahunan masyarakat Jakarta, hampir di seluruh wilayah Indonesia di awal tahun 2014 ini misalnya mengalami bencana banjir, di Jawa Barat mulai daerah dataran tinggi seperti Bandung dan Garut, sampai daerah pantai utara, Cirebon dan Indramayu. Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Manado, Lampung, Palembang, Padang, Aceh ... Lalu bencana kabut asap di Riau. Semua bencana ini karena lingkungan mengalami kerusakan. Sesungguhnya alam terkembang menjadi guru. Banyak makna yang harus kita resapi dibalik berbagai fenomena alam ini. Alam seharusnya menjadi sahabat kita, layaknya sahabat marilah kita sikapi secara bersahabat.
Lalu apa sih yang bisa kita lakukan untuk turut berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan, mengurangi tingkat kerusakan dan mengimbagi kerusakan yang terus meningkat secara masif akibat pertumbuhan industri dan infrastruktur, bahkan akibat ketidakpedulian kita untuk menjaga lingkungan sekitar. Jika kita tak bisa melakukan sesuatu yang berskala besar dan masif, maka prinsip Think Big, Start Small, Act Now dapat diterapkan dalam keseharian kita.
Saya, Ibu bekerja dengan 3 putri-putra yang masih usia dini, apakah bisa berkontribusi untuk menjaga lingkungan. Saya merasa tak perlu memilih, saya harus mau melakukan sesuatu untuk turut berkontribusi, dalam bentuk paling sederhana sekalipun. Saya mulai dari diri saya dan keluarga kecil saya, dan saya coba bawa dalam lingkungan pekerjaan. Beberapa hal sederhana (jika tidak dikatakan kecil) dalam keseharian yang bisa dilakukan sebagai wujud persahabatan kita dengan lingkungan antara lain:
- Menggunakan alat-alat elektronik sehemat dan seefisien mungkin. Di rumah saya mencoba melakukan pembiasaan pada anak-anak bahwa saat tidak dipergunakan, semua alat elektronik harus mati. Sesederhana itu? Iya, saya bisa melihat banyak dari kita yang tetap menyalakan TV padahal tak ada yang sedang menonton, menyalakan AC saat udara cukup sejuk, membiarkan kipas angin menyala dalam ruangan kosong, atau tidak segera mematikan komputer saat sudah tidak digunakan. Dulu, sejak pagi sampai malam terkadang TV menyala sepanjang hari, sementara kita sibuk masing-masing, anak-anak bermain dan bercanda, kita sibuk dengan gadget atau koran. Tapi entah kenapa TV tidak dimatikan. Hmm satu lagi, pastikan lampu kamar mandi dan toilet sudah dimatikan sesaat setelah kita selesai menggunakannya.
- Bijaksana menggunakan air. Cara yang paling sederhana dengan memastikan semua kran tertutup rapat selesai digunakan. Jika dimungkinkan bisa menghemat penggunaan air saat mencuci baju/peralatan lain, mengapa tidak dilakukan. Saya cenderung menggunakan kran siram/shower untuk kamar mandi ketimbang menggunakan bak. Sebetulnya awalnya kurang puas mandi dengan "shower", karena sejak kecil biasa mandi jebar-jebur dengan air yang melimpah. Selain menghemat, karena dinyalakan saat kita hendak menyiram atau membilas, ini memperkecil kemungkinan kita lupa menutup kran dari bak kamar mandi yang menyebabkan air terbuang percuma.
hijau di dalam, hijau di luar segerrrr :) gambar koleksi pribadi |
- Menghijaukan lingkungan. Meski halaman rumah tidak luas, tapi
menyadari arti pentingnya pohon, menanam berbagai jenis tanaman
setidaknya menyumbangkan udara bersih bagi lingkungan. Kebetulan di
kanan, kiri dan depan rumah kami, kavlingnya masih kosong. Seizin
pemilik tanah kami menanami berbagai macam tumbuhan, mulai dari pisang,
pepaya, singkong, dan pohon peneduh. Bahkan belakangan kami (warga
komplek) bersepakat menanami kavling-kavling kosong dengan beberapa
tanaman keras yang memiliki nilai ekonomi seperti Pohon Jati dan Pohon
Sengon.
Pohon Jati yang mulai tumbuh. Gambar Koleksi pribadi persemaian bibit cabe dan tanaman buah lainnya, ini karya Mbah Akung Lhoo hehehe..gambar koleksi pribadi
- Jangan terlalu banyak menggunakan tissue yang sekali pakai. Cara praktis untuk membersihkan segala macam kotoran ringan, ya menggunakan tissue. Mudah didapat dan praktis, membuat kita begitu mudahnya menghabiskan berlembar-lembar tissue setiap hari. Oh No, berapa banyak pohon yang ditebang untuk kemudian menjadi lembaran-lembaran tipis pembersih ini. Saya termasuk "galak" pada anak-anak soal pemakaian tissue, dan selalu mengingatkan dari mana tissue ini dibuat. Jika kita masih bisa menggunakan pembersih dari kain yang bisa dicuci dan dipakai ulang, mengapa tidak, pun hasilnya bisa lebih bersih.
- Be Paperless. Dulu agak sulit bagi saya memeriksa pekerjaan yang
jumlahnya berlembar-lembar melalui media computer/laptop. Kalau tidak
dicetak/print dan tidak langsung dicorat coret kok rasanya tidak puas.
Ternyata itu masalah pembiasaan, kebiasaan,dan tentu saja "mind
set". Bisa kok dan jadi lebih praktis karena hasil edit/koreksi bisa
langsung di email. Sayapun tidak segan menggunakan kertas bekas yang
sudah dipergunakan, iya kita pakai halaman sebaliknya dari yang sudah
dipakai. Satu lagi, untuk keperluan pribadi saya cenderung mencetak
hasil pekerjaan atau sejenisnya dengan memperkecil ukuran, biasanya satu
halaman kita cetak untuk dua halaman. We save 50% of paper and ink ...
Hahayyyy
lets be paperless ...
- Bijak mengelola sampah, yuuk kurangi jumlah sampah di bumi yang kian
hari kian menumpuk. Mulai dari membiasakan membuang sampah pada
tempatnya, sejak dini. Kebiasaan sederhana lainnya adalah menggunakan produk harian yang bisa
diisi ulang/refill. Untuk produk harian seperti deterjen cair, shampo,
sabun cair, cairan pembersih lantai, sabun cuci/cuci tangan, bahkan untuk kecap dan
saus. Bahkan saya biasa menggunakan botol syrup sebagai tempat cairan pembersih lantai dan sejenisnya. Selain mengurangi sampah, harga produk dengan kemasan isi ulang
lebih murah, jadi lebih hemat kan.
Reduce the waste and save the water. Gambar koleksi pribadi - Menggunakan moda transportasi massal. Selain alasan efisiensi waktu,
menggunakan transportasi umum/massal bisa sangat berarti untuk
mengurangi jumlah polusi lhoo. Meskipun ada kendaraan bermotor, sejak 5
tahun ke belakang saya lebih memilih menjadi "ROKER", alias rombongan
kereta. Kondisi transportasi masal seperti Kereta Api dan Commuter Line
memang belum secanggih dan senyaman di beberapa negara maju. Kondisi
berdesak-desakan di Gerbong, jadwal yang masih kacau, kenyamanan,
keamanan dan seterusnya memang bisa membuat kita berfikir dua kali untuk
menggunakan moda transportasi ini. Tapi efisensi waktu mengingat
parahnya kondisi kemacetan Ibu Kota menjadikan Kereta Api/Commuter Line
menjadi alternatif idola bagi sebagian besar mereka bertempat tinggal di daerah yang sudah terhubung dengan jalur kereta api.
Kereta Api & Commuter Line. Gambar koleksi pribadi Edukasi Bersahabat dengan Lingkungan, Jalan-jalan dan bermain di Kebun Raya Bogor, Taman Mini, Hutan Kota, Kebun Biantang dll. Gambar Koleksi Pribadi - Edukasi sedari dini akan pentingnya bersahabat dengan alam dan lingkungan. Kebiasan, pembiasaan dan mind set bersahabat dengan lingkungan akan jauh lebih efektif jika diterapkan sedari dini. Selain mengenalkan, mencontohkan dan membiasakan kebiasaan-kebiasaan
kecilsederhana di atas kepada seluruh anggota keluarga sejak dini, kita bisa sering melakukan kegiatan menyenangkan dengan mengenalkan anak-anak pada lingkungan. Alih-alih ngemall setiap weekend, saya mencoba mengajak anak-anak mengenali lingkungan sekitar dengan mengunjungi dan bermain di tempat-tempat yang hijau dengan udara segar, misalnya taman/hutan kota, kebun raya bogor, taman atau ruang terbuka hijau, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang, Taman Nasional/Cagar Alam dan Pantai. Mereka suka kok, selain bebas bermain dan berlarian, mereka menikmati suasana dan belajar menghargai alam dan lingkungan.
Nah, kepedulian saya sebagai blogger terhadap lingkungan juga saya coba wujudkan dalam bentuk partisipasi di lomba Blog Peduli Lingkungan yang diadakan oleh BlogDetik dan WWF ini. Kalau ada yang masih ingin menambahkan ide-ide ramah lingkungan, yuuuk ikut partisipasi juga...
Be Environmental Friendly, Think Big - Start Small - Act Now !!!
Tulisan ini memenangi Juara Harapan
Waaaa..keren pula punya Maakkkk.....semoga sukses Lombanya yaaa :)
ReplyDeletemamacih maaak, sukses juga buat Mak Lies..
DeleteHwaa dapet merchandise ya Maakkk...keren deh !
Deletehihi alhamdulillah mak, selamat juga yaa....emak lies dapet sejuta-nya...
DeleteKece mak, banyak memang yang bisa kita lakukan :D
ReplyDeleteGutlak ya sama lombanya <3
makasih mak Icoel
DeleteSetuju! Idenya keren2 mak. Semoga menang :D
ReplyDeleteamiin, makasih mak
Deletesemoga tulisannya menginspirasi banyak pembaca... :-)
ReplyDeletesemogaa, makasih dah mampir
Deleteselamatt mba ^^, dapet merchandise
ReplyDeletealhamdulilaah, makasih maak
Delete