Hmm mang harga BBM naik ya?? jadi berapa?? jujur saya tahu harga BBM naik, karena informasi di lini masa medsos lho?? Aih sombongnya?? bukan kok, jujur karena saya bukan pengguna langsung atau pengonsumsi langsung BBM. Iya untuk transportasi ke kantor saya pakai commuterline alias CL, dari rumah ke stasiun dan sebaliknya saja yang menggunakan motor tua kami, boncengan suami. Jadi biaya beli bensin motor itu bisa dibilang dibagi berdua kan ya?? jadi efek kenaikannya ya saya gak terlalu berasa. Mobil keluar carport bisa dibilang hanya sabtu minggu nemenin krucils jalan-jalan. Itupun kadang malasnya luar biasa kalau hari sabtu, macet di mana-mana.
Sekali-kali saat sedang tidak bisa membonceng suami saya kemudian memang menggunakan moda transportasi umum, angkot dan ojek. So far, masih belum terasa kenaikannya karena pernah naik BBM waktu itu kemudian tidak diiringin dengan penurunan saat BBMnya ternyata turun. Mestinya kalau sekarang naik ya itu artinya kembali ke tarif lama aja yaa.
Tapi diluar soal hemat biaya, sebetulnya menggunakan moda transportasi umum itu menghemat energi lhoo, sangat!! coba bayangkan kalo ribuan commuter yang menggunakan CL untuk pulang pergi ke tempat kerja masing-masing itu membawa kendaraan sendiri, entah motor entah mobil. Berapa banyak BBM alias energi yang dihabiskan. Sungguh luar biasa ya pengguna moda transportasi umum, mereka tuh *termasuk saya :D, merupakan para penghemat energi lhoo. Akumulasi dari ribuan orang itu kan artinya ribuan liter BBM kan??
Jadi sungguh saya tidak heran ketika semakin hari layanan transportasi umum katanya ditingkatkan seolah-olah kenyamanan tetap berada di standar yang sama, stagnan. Kalau pengguna CL patokannya kan ketepatan waktu dan kenyamanan alias tidak empet-empetan kayak pepes teri di dalam gerbong. Bagaimana tidak, katanya gerbong ditambah, jam pemberangkatan ditambah, tapi kok masih umpel-umpelan tiap rush hour. Pastinya karena semakin banyak yang akhirnya memilih menggunakan moda transportasi ini. Dengan berbagai alasan tentunya. Saya sih alasan utama efisiensi waktu, beneran deh menghemat lebih dari satu jam antara menggunakan CL dengan membawa kendaran sendiri ke kantor. Dari efisiensi waktu kemudian tentu saja berimbas ke efisiensi biaya. Mobil jadi nganggur senin sampai jumat, bensin juga tak terpakaikan?? meski karena kami satu kantor biaya bensin ini jadi lebih irit lagi kan karena satu mobil bisa dipake berdua. Tapi jauh lebih irit lagi dengan memberi minum motor tua kami untuk mengantar sampai stasiun. Plus bisa lewat jalan tikus yang tidak bisa dilewati mobil.
Tanggal 1 April ini akan ada perubahan jadwal dan perubahan pengenaan biaya tiket perjalanan commuter line. Jadi nanti harga tiket dihitung berdasarkan jarak, 25 km pertama dikenai Rp.2000,- setiap 10 km berikutnya dikenai Rp.1000,- masih murah laah yaa, ketimbang menghabiskan BBM yang artinya menghabiskan stock energi kita yang tak bisa diperbaharui itu. Tapi ya itu tadi, No pain No Gain, kenyamanan macam bisa tidur di mobil karena pak suami yang nyetir dan dinginnya AC mobil tentu gak bisa saya temukan di CL dong. Perjuangan berdesak-desakan di CL sesuatu yang harus saya bayar sebagai ganti mahalnya biaya BBM dan efesiensi waktu ketimbang saya menggunakan kendaraan sendiri. So far...saya masil lebih memilih menggunakan CL dan belum kapok tiap pagi dan sore babak belur, bahkan sempat hampir kecopetan di CL.
Mereka yang punya pertimbangan seperti saya tentu tidak sedikit. Buktinya itu tadi, semakin hari peminat CL semakin bertambah meski masalah layanan dan perbaikan belum kunjung usai. Kemarin contohnya, saya terlambat tiga jam dari jam setor sidik jari. Yup konsekuensinya tentu saja potongan tunjangan. Hmm saya sih gak kaget, sebagai pengguna CL yang memilih jadwal kereta yang pali ng mepet karena menyesuaikan dengan jadwal mengantar anak ke Sekolah. Saya hampir selalu menerima kenyataan terpotongnya tunjangan karena telatnya jadwal CL. So far masih dinikmati aja deh angka potongan itu. Apa daya...
Saya kemudian berkhayal bagaimana kalau moda transportasi seperti CL, maupun moda transportasi lainnya di Indonesia, terutama di Jabodetabek (sebagai pengonsumsi energi atau BBM terbanyak) semakin baik dan nyaman. Hmm pasti Jakarta lebih lengang, tidak ada lagi parkir kendaraan di jalan tol atau di ruas-ruas jalan utama alias macet karena kebanyakan kendaraan. Masyakarat pasti lebih memilih moda transportasi umum, selain kenyamanan efeknya HEMAT ENERGI lhooo... bener deh)!!!
Jadi semoga saja janji Pemerintah untuk memperbaiki sistem transportasi kita bukan hanya menjadi rencana kerja di atas kertas yaa. Efeknya lumayan lhooo, penghematan energi yang luar biasa, bonusnya berkurang deh polusi. Ahhh indahnya. Bisa gak ya kayak gitu *ngayalll*
Eh tapi saya kagum lho sama Pemerintah China yang memberikan subsidi luar biasa untuk moda transportasi umumnya. Biaya public transport di sana murcee, murah banget plus nyaman. Untuk naik kereta cepat selama kita belum tape out, sejauh apapun jaraknya hanya dikenai 2RMB, Untuk bus malah hanya 1RMB.
Trus masyarakat menyerbu transportasi umum dong??pastinya, apalagi harga mobil dan pajaknya mahal. Pantesan waktu saya membeli hiasan untuk gantungan di mobil, penjualnya terheran-heran dan bilang waah kamu pasti sangat kaya bisa punya mobil. Ah enggak sih, kan nyicil hehehe *buka kartu*. Tapi beneran deh, Temen saya yang orang China wanti-wanti supaya jangan jalan-jalan di rush hour, karena penuh sekali katanya. Kamu nanti susah dan bisa terpisah satu sama lain (kami pergi dalam grup kecil), Nah kami agak maksa karena punya waktu terbatas mengeksplore Beijing akhirnya tetap pergi di jam sibuk dengan konsekuensi siap dengan penuhnya subway. Ternyata oh ternyata itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kepadatan commuter line di jam sibuk. Cin cay laah kata saya mah. Jadi yang penduduknya lebih banyak China apa Indonesia ya??? eh tapi mungkin Beijing tak sepadat Shanghai yaa... mungkin dari sisi keramaian Shanghai yang bisa disetarakan Jakarta. Tapi rekan saya yang pernah ke Shanghai menyebutkan tak terlalu jauh bedanya.
Mereka yang bekerja di Beijing justru banyak bertempat tinggal di kota-kota yang jauh dari Beijing. Selain biaya hidup, harga rumah, apartemen dan tempat tinggal sejenis di Beijing amat sangat mahal sekali. Ini bukan hyperbola, rekan saya yang bercerita. Kami harus bekerja sangat keras untuk bisa memiliki propety di Beijing. Tentu saja mereka ini kalangan profesional terdidik, apalagi kalangan bawah yaa. Kondisi ini yang menyebabkan mereka hanya mampu membeli property di kota yang jauh dari Beijing. Kalau kita ya semacam penduduk depok, tangerang, bekasi, dan bogor yang kerja di Jakartalah...
Tapi ya itu tadi, menyadari kondisi ini kemudian Pemerintah China memberi kemudahan dan kenyamanan transportasi publik. Kata rekan Chinessee saya tadi, subsidi Pemerintah China untuk sektor transportasi sangat besar. Hebat yaa...meski mahal tapi negara mau menjamin agar kenyamanan publik terpenuhi. Satu lagi, tentunya dengan demikian sebetulnya subsidi ini tepat sasaran. Mereka yang benar-benar membutuhkan yang menikmati subsidi transportasi. Bukan sekelompok kecil pemilik dan pengguna kendaraan pribadi.
Ehh ini kok ngelantur kemana-mana yaa.... mau dikasih judul apa ya postingan ini. Emak-emak yang menghayal bisa mendapat layanan prima dari transportasi publik macam Commuter Line...disela-sela mendrafting norma-norma hukum yang melelahkan itu saya butuh waktu untuk menuangkan khayalan yang indah. Ah tepatnya sih saya mengharapkan dan berdoa semoga kebutuhan masyarakat banyak semacam transportasi umum ini benar-benar diperbaiki hari demi hari. Jika perlu kenapa tidak subsidi besar-besaran macam China tadi toh penghematan anggaran negara untuk subsidi BBM dan penghematan energi jauh lebih "menguntungkan" bagi negara dan masa depan bumi.
Kalau layanan makin prima, pengguna makin banyak pasti subsidi terbayar juga kan?? tidak muluk-muluk sih yang penting perjuang dorong mendorong dan desak mendesak itu menjadi bagian dari kenangan saja, tak harus selalu mendapat kursi duduk kok. Asal masih bisa bernafas lega daaan... tepat waktu deh.
Kalau layanan makin prima, pengguna makin banyak pasti subsidi terbayar juga kan?? tidak muluk-muluk sih yang penting perjuang dorong mendorong dan desak mendesak itu menjadi bagian dari kenangan saja, tak harus selalu mendapat kursi duduk kok. Asal masih bisa bernafas lega daaan... tepat waktu deh.
Semoga khayalan ini kelak menajdi nyata...*bukan mimpi di siang hari*
Merindukan juga transportasi umum yg murah dan nyaman..kemarin2 saya naik angkot yg biasanya 2000 jadi 4000 rupiah itupun dengan muka sinis sang sopir, "Bu, kurang!!" Kasian...BBM naik jadi kehilangan senyum si bapak..hiks..eh ngelantur yaa
ReplyDeleteHahaha iya yaa... konsumen tuh yang paling repot deh klo ada kenaikan kayak begini ya mak
Deletepenting banget punya transportasi umum yang bisa diandalkan dan terjangkau..saya sangat menikmati public transport di negara-negara maju dan berharap Indonesia juga punya yang sama..
ReplyDeleteIniiih masih dalam tahap menghayal nih mak Indah...semoga kita bisa yaa
DeleteAku pakai CL tiap hari dan hampir tiap hari pula bergelantungan keinjek kegencet sana sini. Emang butuh CL yang lebih nyaman, deh :(
ReplyDeleteTos mak... kita ini memang kayak in hate and love relationship ya sama CL...benci tapi cinta hahaha...saya blm bisa move on dr CL walopun tiap hari harus berjuang kerass
DeleteAku sekarang juga suka naik Cl, mudah murah aman dan cepat :)
ReplyDeleteiya mak...klo bukan rush hour lumayan banget CL iniiih...semoga sih ke depannya jauuh lebih baik
DeleteSemoga ya, mak. Kalo bener2 direalisasikan, jalanan ga gitu macet. Sekarang masih sering macet di kotaku, padahal kota kecil. Mobil makin banyak yang lalu lalang di jalan, banyakan mobil baru pula.
ReplyDeleteNaah kemacetan tuh sekarang emmang sudah menjalar ke daerah ya mak...bukan lagi monopoli Jakarta dan sekitarnya lagi yaa
DeleteSukaa sama postingan ini krn diriku juga penyuka transportasi umum.
ReplyDeleteSemoga Indonesia lbh baik ya, Mba. Udah ga tahan macetnya.
Di kota asalku, Semarang, kalo rush hour hampir kyk Jkt :(
Amiin semoga yaa...bener deh kemacetan tuh skrg sudah jadi gejala di berbagai kota. Pastinya krn jumlah kendaraan pribadi makin banyak di jalanan. Coba Klo public transport makin baik... masyarakat jg bs makin nyaman n lbh memilih public transport yaa.
DeleteSemoga saja khayalan mba bisa menajdi nyata :) amiiiiiiin
ReplyDeleteamiin
Deletewah setuju banget, kenyamanan moda transportasi umum sebaiknya ditingkatkan, pun juga kesadaran dari drivernya untuk bisa lebih ramah dan mengemudikan kendaraan dengan lebih baik, tidak ugal-ugalan (ini untuk yang seperti bus atau angkutan kota sih)
ReplyDeletewikk harga nya istimewa banget, 1 malam $100 :o
ReplyDeletewahh bleh juga nih artikelll
ReplyDelete