Tahun ini tanpa disangka akhirnya kami berani juga memulai untuk mewujudkan salah satu impian. Tanpa disangka karena semua yang terjadi seperti mengalir begitu saja tanpa perencanaan sebelumnya. Tengah tahun lalu saya dihubungi Kakak saya dari kampung yang menawari sepetak tanah. Hmm sebetulnya meski masih banyak sawah, bukit, dan berlatarbelakang Gunung Ciremai, desa kelahiran saya gak kampung-kampung amat sih. Apalagi sejak pemekaran wilayah dan menjadi Kota Kecamatan.
Banyak pusat pergerakan ekonomi dipulihkan dan berkembang di sini, mulai banyak pendatang yang berniaga atau mencari penghidupan di desa kami. Padahal tidak sedikit warga masyarakat aslinya yang merantau ke kota lain untuk mencari penghidupan atau memang kemudian menetap di kota lain. Iya, seperti saya. Sejak kuliah merantau ke Jakarta, bekerja, menikah dan berkeluarga. Pulang kampung pada momen-momen tertentu, sambil silaturahim dengan Ibu yang sudah mulai sepuh.
Eh, kembali ke soal impian tadi ya. Kakak saya menghubungi saya. "Kamu punya tabungan gak?..." Rupanya ada saudara sepupu kami yang BU (butuh uang) dan ingin menjual tanahnya yang masih berdekatan dengan tanah yang diwariskan Bapak saya. "Sayang kalau dijual ke orang lain, mendingan kalau ada uang kita beli saja." Kami jujur saat itu tidak terpikir untuk membeli tanah yang luasnya dua kali lipat tanah dengan rumah yang kami tempati sekarang. Rumah yang sedang dan masih kami cicil ini luasnya hanya 120m2. Kapan lunasnya? Mungkin saat ka Alinga masuk SMA, kecuali kami ada rezeki untuk segera melunasinya.
"Ayo kita patungan saja, atau kalau kamu gak minat aku pinjem uangmu. Aku yang beli" Begitu saran Kakak saya. Saya memang punya sedikit uang yang sengaja saya sisihkan dan niatkan untuk keperluan-keperluan besar misalnya saat anak-anak mau masuk sekolah, jatuh tempo asuransi pendidikan anak-anak dan seterusnya. Ibu saya juga menelpon dan menyarankan saya untuk membeli saja tanah tersebut.
Kakak laki-laki saya yang lain (pas di atas saya) menyarankan hal yang sama. "Sudah kamu beli saja, posisinya strategis di hook. Nanti jalan setapak di depannya bakal diperbaiki dan jadi jalan desa. Mobil dan motor bisa lewat sana". Iya posisinya memang strategis. Selain posisi hook, di depannya ada sungai kecil dan jalan setapak, Seberang jalan baik sisi depan maupun kanan ada persawahan dan kolam-kolam ikan penduduk.
Singkat cerita dengan agak memaksakan diri karena artinya uang tabungan persiapan kebutuhan-kebutuhan besar itu harus dipakai. Kami membeli tanah tersebut. "Hmm tapi kan masih ada asuransi, nanti kita claim saja saat Ka Zaha atau Dek Paksi mulai masuk sekolah." Begitu saran suami saya. Cukup lama tanah itu kemudian menganggur. Tidak sepenuhnya menganggur karena Kakak saya membuat kolam ikan di sana. Tak lama kemudian dia menyarankan agar segera diproduktifkan. Saya tidak terpikir membangun rumah. Rumah Mimi saya cukup luas untuk menampung kami anak, cucu, dan menantunya saat pulang kampung.
Bagaimana cara memproduktifkannya? dibuat kolam ikan hasilnya tak seberapa karena luasnya hanya sekitar 300m2, ditanami tanaman juga kok "nanggung". "Bangun kontrakan saja..." Kembali Kakak saya menyarankan. "Kontrakan? di kampung memang laku?" "Eits jangan salah, sekarang banyak yang membangun kontrakan dan hampir selalu penuh, banyak peminatnya." Rupanya pergerakan ekonomi membuat permintaan kontruksi atau "papan" meningkat seiring meningkatnya harga aset.
Dengan memberanikan diri karena kami sudah lama memimpikan punya pintu rezeki lain selain sebagai pegawai akhirnya kami meng-iya-kan. Kakak yang selama ini sudah punya pengalaman membangun beberapa proyek rumah, bangunan umum, sekolah, masjid dan sejenisnya di kampung menyanggupi untuk menangani semuanya, -kontraktor kecil-kecilan- "Tenang saja, saya sudah punya langganan toko bangunan, kita bisa ambil dulu, kamu siapin aja pelan-pelan budgetnya" Well memang harus dengan mental dan modal nekat sih kayaknya.
Tanpa terasa sudah 50 persen pembangunanya berjalan. "Tinggal atap dan genteng lalu finishing" Lumayan ngos-ngosan tapi rasanya ada kelegaan melihat bangunan tersebut bulan lalu saat long weekend. Kami pulang kampung sekaligus silaturahim dengan Ibu saya. Semuanya diatur oleh kakak saya. Saya hanya menerima laporan keuangan dan menyiapkan uangnya. So far kami sepakat saja karena memang tak punya cukup waktu untuk mengawasi sendiri proses pengerjaannya. "serahkan saja pada ahlinya", rasanya untuk soal membangun rumah dan sejenisnya Kakak saya jauh lebih berpengalaman.
"Nanti dibuat atapnya rangka baja ringan saja. Lebih simpel dan ringan. Gentengnya juga pake genteng model baru saja. Kalau suatu saat mau ditempati sendiri, bisa tetap nyaman dan kualitasnya bagus. Sekarang trend-nya pake genteng kayak gitu. Bitumen namanya, sering disebut genteng aspal. Cara pemasangan hampir mirip dengan model atap sirap. Genteng aspal bisa menyerap panas matahari dengan baik, jadi rumah lebih terasa sejuk, gak berisik lagi." Duh lengkap banget penjelasannya.
sumber gambar: milik pribadi dan www.onduline.com/id |
"Genteng Bitumen tuh gampang pemasangannya, jadi bisa kerja cepat, lumayan menghemat ongkos tukang kan?udah gitu pemeliharaannya juga mudah. Nanti kan yang menempati orang lain, kalau sering bocor rusak atau pas kena angin misalnya copot dan lain-lain kan repot." "Ini posisinya pas di hook, matahari sore langsung ke arah rumah. Depannya sawah lagi, pake bitumen tetep bikin hawa adem di dalam rumah. Trus kalau hujan juga gak berisik, Yang menempati merasa nyaman."
Saya jujur pura-pura paham saja. Padahal saya mikir, genteng kayak apa sih maksudnya? Untung saya emak pintar yang selalu didukung gadget dan online hahaha. Saya langsung googling dung. Supaya ada gambaran genteng apa sih yang dibicarakan kakak saya. Belum selesai tanda tanya di kepala saya. Kakak saya malah menambahkan lagi: "Rumah kamu juga tuh di Jakarta, nanti kalau direnovasi. Ganti saja semua kayu-kayunyanya pake baja ringan. Biar gak dimakan rayap kayak sekarang. Gentengnya pake genteng Bitumen. Banyak variasinya, kamu bisa pilih warna dan modelnya. Rumah model minimalis kayak punya kamu tuh bagusnya pake Onduvilla tuh."
sumber gambar dari www.onduline.com/id |
Memang rumah kami sejak pertama kami tempat belum direnovasi total. Hanya menambahkan atap tidak permanen untuk tempat cucian dan jemuran. Saya makin penasaran deh sama Bitumen. Beneran baru denger sih. Well, ternyata sebetulnya genteng aspal Bitumen sudah lama juga masuk ke pasaran kontruksi Indonesia. Ternyata genteng jenis ini memiliki banyak keunggulan. Fisiknya lentur jadi lebih fleksibel saat pemasangan. Selain itu bisa segala desain atap, mau miring, rata, lurus melengkung, semua bisa memakai genteng jenis ini.
Karakter bahannya kuat, meski bentuknya lembaran tapi tidak mudah sobek atau pecah bahkan jika terbentur benda lain. Genteng ini juga tidak mengandung metal berlebihan. Ternyata metal memicu oksidasi bahan menjadi mudah berkarat. Sedangkan genteng yang mengandung semen mudah retak jika terjadi perubahan temperatur udara.
Ternyata salah satu "pemain lama" di industri genteng bitumen ini adalah PT Onduline SA. Sejak tahun 1950, Onduline memproduksi atap ringan yang terbuat dari bitumen, serat selulosa dan organik, resin dan mineral-mineral lainnya yang ramah lingkungan, serbaguna dan hemat biaya. Awalnya memang didirikan di Perancis namun sekarang Onduline telah melebarkan sayap hingga ke lebih dari 100 negara dan masuk ke pasar Indonesia sejak 1977. Wuih sudah cukup lama ternyata. Pada tahun 2014, Onduline resmi membuka kantor cabang perwakilan pertamanya di Indonesia., PT. Onduline Indonesia. Distribusi produk Onduline terus meluas di lebih dari 30 provinsi di Indonesia yang didukung oleh lebih dari 40 distributor dan 2,000 toko.
Ada banyak produk dari Onduline Indonesia, Onduline ramah lingkungan dalam memproduksi produk-produknya. Onduline telah mencapai jejak karbon rendah dan mendaur ulang sekitar 200.000 ton bahan setiap tahun. Salah satu produk andalannya yakni Onduvilla menggunakan serat daur ulang dan pigmen alami untuk pewarnaan.
Untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi Onduline dengan ketat menguji semua sistem dan bahan, meningkatkan formulasi dan garansi. Produk Onduline bersertifikat dan berstandar SNI dengan memenuhi ISO artinya produksi dan managemennya mematuhi standar dan peraturan ketat serta teknologi bersertifikat melalui laboratorium dan uji lapangan (ISO 9001 dan 14000).
Namun untuk produk genteng bitumen, 3 jenis genteng ini yang paling populer: Onduline Classic, Onduvilla, dan Bardoline. Hmm namanya unik-unik ya, supaya gak salah pilih dan pas dengan kebutuhan kita sebaiknya memang tahu apa sih spesifikasi dari masing-masing produk.
1. ONDULINE CLASSIC
Bentuk genteng dengan atap ringan dan bergelombang yang dapat diaplikasikan pada rangka baja ringan dan rangka kayu. Ondulline Classic ini bahkan cocok untuk dinding. Beratnya hanya sekitar 3 kg/m² dan fleksibiel sehingga dapat di-install menggunakan rangka baja ringan dan kayu. Lembaran Ondulline Classic hanya membutuhkan peralatan sederhana pada saat pemasangan seperti paku untuk rangka kayu dan sekrup untuk baja ringan.
Berbeda dengan material atap lain, produk Ondulline Classic merupakan atap ringan yang mudah dibawa dengan menempuh medan yang buruk sekalipun.Sebuah solusi yang dapat diandalkan untuk semua iklim! Oh ya pastikan membeli produk Onduline yang asli dengan melihat stamp pada setiap lembarannya, seperti gambar di bawah ini:
Hmm jadi apa saja kelebihan dari ONDULINE CLASSIC?
2. ONDUVILLA
Produk andalan kedua dari Onduline adalah Sebagai alternatif dari atap beton atau tanah liat serta metal, Onduvilla kedap terhadap air, dapat diandalkan dan ramah lingkungan karena menggunakan serat daur ulang dan pigmen alami untuk pewarnaan. Berkat kenyamanan thermal dan kinerja akustik yang baik, memberikan kenyamanan dari panas dan suara berisik hujan. Hmm ini dia kelebihan dari Onduvilla:
3. BARDOLINE
Produk berkualitas tinggi lainnya adalah BARDOLINE yang terdiri dari beberapa lapisan yang menjadikan produknya berkualitas tinggi. Ada dua lapisan anti air dari aspal dan diantara keduanya terdapat perkuatan dari fiberglass. Bardoline® merupakan atap shingle ringan yang memiliki pilihan warna yang menarik dan beragam dengan berat hanya 10kg/m² sehingga mampu menutupi atap rumah dengan keindahan atap batu yang dibentuk dari butiran kepingan papan tipis dengan bentuk rupa dan warna yang lebih spesial.
Duuh kece-kece banget nih gentengnya, bikin galau ya tapi memang genteng bitumen sangat variatif dan bisa disesuaikan dengan segala jenis bangunan termasuk rumah, Yang paling penting genteng ini ringan, menyerap panas matahari sehingga rumah jadi adem dan tentu saja tidak berisik saat hujan. Pilihan yang sulit untuk diacuhkan yaa. Setelah selesai rumah kontrakan saya harus segera memilih renovasi model apa untuk rumah saya, terutama atapnya. Hmm yang penting sih nabung dulu nih buat mewujudkannya.
Sumber gambar dan referensi:
http://id.onduline.com/id/
Tulisan ini menjadi Pemenang I dalam Onduline Writing Competition 2016 #OWC2016
Gentengn ya model baru ya Mba.. Warnanya cantik2 pula..
ReplyDeleteIya cantik2 mba...bikin ngiler.
Deletewaktu mau bangun kios, saya lihat itu. tapi masih pilih seng aja. hehe.
ReplyDeletePas renove aja mas hahaha
DeleteGenteng dari tanah liat jadi gak laku dong. Xizizi. Boleh juga nih milih genteng ini buat bangun rumah nanti.
ReplyDeleteAda pasarnya sendiri2 sih mba...tp memang jadi lebih banyak pilihan.
DeleteDilihat2 dulu mba... Jd enak bs lebih banyak referensi...
Waah nyari ah di Batam ada nggak ya Mbak? Pas hujan gini bocor pula genteng rumah ini, udah 13 tahun belum direnovasi.
ReplyDeleteKayaknya sih udah ada di batam mba lina... Selamat hunting
DeleteSaya juga ga paham urusan pergentengan, Mba. Yang penting berkualitas, harganya terjangkau dan cantik. Hihi. Alhamdulillah ya, tercapai cita2nya. :)
ReplyDeleteAlhamdulillah dalam proses terwujud mba Al...
DeleteSmoga lanjut terus...
Genteng jaman skrg super kece,bagus dan sedap dipandang mata ya mbak.pasti yg punya rumah kerasan tinggal di rumah yang penuh inovasi gentengnya😣☺😊😆
ReplyDeleteHahaha ini bikin adem rumah mba...
DeleteKarena mmg didesain sedemikian rupa.
Aku baru tau genteng bitumen di tegal udah ada belum yak penasaran hehehe
ReplyDeleteKemungkinan sih udah ada mba...
DeleteYuk hunting mba...
bagus ya mba gentengnya...kami berencana merenovasi rumah nih..bisa jadi referensi penting..
ReplyDeleteSiap! Monggo dipertimbangkan mba...siapa tahu cucok
DeleteGenteng jenis ini belum pernah aku tahu sebelumnya. Model dan warnanya oke juga nih, mba. Btw, alhamdulillah ya punya kontrakan dkampung buat nambah-nambah. Ikut bahagia, mba :)
ReplyDeleteIya mba alhamdulillah memberanikan diri nih!
DeleteWiii warnanya cakep mba.. Info penting nih buat nanti kalau bangun rumah. Makasih mba :)
ReplyDeleteSama2... Semoga bs jadi referensi yaa
DeleteSama2... Semoga bs jadi referensi yaa
DeleteDududuuu jadi juragan kontrakan nanti dech, empat jadi empat puluh ya, aaamiin. Aku baru dengaer genteng bitumen
ReplyDeleteAmiiin ya rabb
DeleteUsaha yang longlasting nich Mbak, membuat kontrakan
ReplyDeleteIya relatif aman juga mba
Deletebaru dengar nih genteng bitumen :)
ReplyDeletetapi untuk rangka atap bangunan rumah dan kantor, di kampung saya memang udah banyak yang pake baja ringan Mba Ophi, alasannya yah karena lebih praktis dibandingkan kayu :)
Iya cucoknya dg atap yg ringan juga mba utk baja ringan ini
DeleteMbak itu kalo kena angin besar gak takut terbang gitu? hehe maap parno solanya kalo ujan sering angin gede gitu
ReplyDeleteInsyaAllaj Engga mba..ini didesain sedemikian... Malah tahan sm hujan n angin nih
DeleteJd referensi kalo nanti renov rumah ;) .walo biasanya slalu suami yg ngatur begini2 mbak :D
ReplyDeleteJd referensi kalo nanti renov rumah ;) .walo biasanya slalu suami yg ngatur begini2 mbak :D
ReplyDeleteBisa jadi salah satu alternatif referenai mba...
DeleteAku tunjukkin suami nih, mbak, katanya udah lama ada memang tapi waktu itu harganya mahal. Jadi rumah kami pakai asbes. Semoga ada rezeki buat ngganti nantinya :)
ReplyDeleteMonggo mba..amiiin smoga ya. InsyaAllah ada...
Delete