It's Called Breath Holding Spells
*Ini sebetulnya postingan lama yang saya repost dan sesuaikan kembali, dulu menuliskannya masih berantakan ala-ala curhat. Padahal jika saya tuliskan dengan lebih baik mungkin bisa dibaca orang yang membutuhkan atau menghadapi masalah yang sama.
Menjadi Ibu ternyata seperti belajar dan kuliah di Universitas Kehidupan. Sejak anak pertama sampai anak ketiga membuat saya mau tidak mau mencari tahu dan mempelajari berbagai hal seputar kesehatan anak, terutama sejak memiliki Dek Paksi. Ilmu baru yang kemudian mengharuskan ayah dan Ibunya langsung menghubungi Om Google. Om yang paling mudah dihubungi sebelum menghubungi Dokter. Persoalan yang menghampiri Dek Paksi, mulai dari gangguan fungsi koagulasi, subependymal haemorrhage, lumbang fungsi, dan yang ingin saya bahas kali ini adalah BHS atau Breath Holding Spells.
Salah satu kasus terkait dengan kesehatan yang harus kami hadapi adalah saat Dek Paksi mengalami masa transisi setelah teraphy selama 9 bulan dari kejadian perdarahan otaknya hingga usia sekitar 2 tahunnya menyusul proses matangnya perkembangan otaknya.
Kasus tersebut dimulai saat saya tiba-tiba menerima laporan dari neneknya bahwa de Paksi menangis karena kesal, menjerit-jerit tapi kemudian tertahan nafasnya, tanpa ada suara, wajah dan tubuh membiru, sesaat kemudian wajah memucat lalu dia akan jatuh lemas seperti kelelahan. Kejadian yang sungguh membuat neneknya panik. Mendengar dari nenek sudah membuat merinding apalagi saat kemudian akhirnya saya menyaksikan sendiri. SubhanaAllah, jantung saya serasa berhenti. Orang awam termasuk saya waktu itu mungkin melihatnya seperti epilepasi atau kejang.
Awalnya kami konsultasikan ke Dokter spesialis anak yang biasa menangani Dek Paksi sejak lahir. Beliau menduga Dek Paksi mengalami apa yang diseebut dengan "Breath Holding Spells". "Silahkan bapak dan Ibu mencari tahu di internet," Demikian Dokter Fajar menyarankan kami
Dan Dek Paksipun direkomendasikan untuk menemui Neuorolog anak yang sebelumnya juga menangani de Paksi saat menjalani masa pengobatan dan teraphy pasca kasus subependymal haemorrhage.
Dr Anna sepakat dengan Dr Fajar, kalau Dek Paksi mengalami Breath Holding Spells, tidak ada pengobatan yang bisa diberikan hanya harus dilakukan pencegahan dan penguatan secara psikologis untuk mencegah munculnya keadaan ini..
Breath holding spell sering terlihat menakutkan dan membuat kita dag dig dug. Saat tiba-tiba anak bergerak-gerak kelojotan seperti kejang. Penyebabnya bisa karena merasa kesakitan, marah, atau takut. Anak ingin menangis keras tapi justru tidak bersuara dan seperti menahan nafas. Tubuhnya kaku dengan membiru di sekitar mulut namun sekejap kemudian tubuhnya lemas. Anak menjadi normal kembali dalam waktu kurang dari 1 menit.
Keadaan ini disebabkan suatu refleks yang abnormal menyebabkan 5% anak menahan napas cukup lama sampai ia menjadi tidak sadar. Dapat terjadi sampai 1-2 kali sehari. Setelah ia berumur 4 tahun akan hilang sendiri. Breathholding spell tidak berbahaya, dan bukan merupakan epilepsi. Tidak menyebabkan epilepsi atau kerusakan otak di kemudian hari. Untuk kasus Paksi alhamdulillah tidak pernah terjadi lagi semenjak usia 2 tahunan.
Sepanjang Paksi sering mengalami Breath Holding Spells ini, rasanya hidup seperti sedang bermain roller coaster. Untuk kasus Paksi umumnya terjadi saat dia kesal. Paksi sendiri memang kondisinya sangat mudah kesal dan marah. Dokter menyebutkan kondisi ini sebagai salah satu efek dari perdarahan di otaknya yang mengganggu kematangan dan menyebabkan kerusakan sel-sel saraf di otaknya.
Baca Juga: Dek Paksi, Hak Sang Maha Baik yang Dititipkan Pada Kami.
Nah kali ini saya mengutip dua pendapat dokter dari Alodokter nih. Dr Aditya Pratama dan Dr Siti Rahmayanti. Secara garis besar pendapat mereka serupa.
Menurut Dr. Adi, Breath Holding Spell merupakan sebuah kejadian yang tidak diketahui pasti penyebabnya. Beberapa kejadian terjadi dikarenakan hiperaktif dari suatu reflek yang normal. Pada kondisi Breath Holding Spell, terjadi episode henti nafas. Kejadian ini banyak terjadi pada usia 2 bulan hingga 2 tahun (pertama kali muncul). Sekitar 90% dari kejadian. dan umumnya akan menetap hingga usia 4 tahun, walau beberapa kasus ditemukan baru hilang secara sendirinya setelah 8 tahun.
Pada kejadian Breath Holding Spell dapat terjadi henti nafas hingga 1 menit yang dapat menyebabkan tubuh menjadi pucat dan tubuh menjadi biru. Hal ini akan menjadi normal kembali setelah beberapa saat. Kejadia nBreath Holding Spell dapat dipicu oleh rasa takut, sakit, panik dan marah. Beberapa kasus lain disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi (pada kasus ini dapat dilakukan pengobatan).
Sedangkan Dr. Siti menyebutkan Breath Holding Spell adalah fenomena yang cukup umum terjadi pada anak., terutama pada usia 6-18 bulan. Walaupun penyebab pastinya tidak diketahui, biasanya dipicu oleh kondisi dimana anak merasa teriritasi, marah, frustasi ataupun adanya cedera (misalnya anak mengalami jatuh). Banyak yang meyangka bahwa anak ingin mencari perhatian, namun ternyata berdasarkan penelitian anak tidak dapat mengontrol serangan tersebut dan sifat nya adalah refleks yang involunter.
Ada dua macam Breath Holding Spell: Pertama, Cyanotic spell, tandanya adanya gangguan nafas dari normal, biasanya akibat respon dari marah/emosi. Yang kedua, A pallid spell, melemah dan melambatnya denyut nadi anak, biasanya respon dari nyeri.
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada anak dengan Breath Holding Spell, dilakukan wawancara dengan anak dan orang tua, dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan kadar besi dalam darah, EKG dan EEG. Pemeriksaan kadar zat besi untuk memastikan adanya kemungkinan kekurangan zat besi. Terapi yang dianjurkan bila terbukti mengalami kondisi ini adalah dengan suplementasi zat besi.
Pemeriksaan EEG dilakukan untuk mendiagnosa, apakah kondisi henti nafas pada anak terjadi dikarenakan oleh Breath Holding Spell atau Epilepsi. Pada kasus epilepsi didapati EEG abnormal dan terjadi henti nafas yang disebabkan oleh episodik kejang. Sedangkan pada Breath Holding Spell anak memiliki EEG yang normal.
Baca Juga: Mengenang Proses Kehadiranmu Paksi
Pemeriksaan EKG diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyebab lain yang sering menyebabkan biru pada anak, salah satunya penyakit jantung bawaaan yang disebut Tetralogy of Fallot. Untuk menyingkirkan penyebab ini, harus dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti EKG ataupun echocardiogram untuk melihat struktur jantung.
Dek Paksi yang sebelumnya rutin menjalani EEG memudahkan dokter menganalisa kondisinya. Untuk kondisi Paksi, dokter berkesimpulan yang dialaminya memang Breath Holding Spell bukan epilepsi.
Menghadapi anak yang tiba-tiba mengalami Breath Holding Spell pasti orang tua akan panik dan khawatir. Memang sulit membedakan kondisi Breath Holding Spell yang dialami dapat berbahaya atau tidak. Jika masih di bawah satu menit dapat dilakukan beberapa hal berikut ini:
Jika kondisi anak menahan nafas hingga 1 menit atau lebih atau sampai pingsan atau kesulitan untuk bernafas, segera cari pertolongan emergensi dan bawa anak ke IGD. Kita juga bisa konsultasikan ke Dokter jika merasa perlu untuk mendapatkan penanganan dan edukasi atau bila serangan dirasa semakin parah dan semakin sering. Bagaimanapun kondisi kekurangan oksigen di otak saat terjadi serangan Breath Holding Spell tentu tidak baik untuk perkembangan otaknya jika terjadi terus menerus.
Mengenai terapi, bisanya akan hilang sendiri seiring anak bertambah usia, kondisi ini jarang menetap lebih dari usia 4 tahun. Alhamdullilah memasuki usia ke 3 tahun Dek Paksi sudah tidak lagi mengalami hal ini. Sehat selalu ya nak.
Tulisan ini merupakan bagian dari #KEBloggingCollab dari Grup Butet Manurung sebagai respon terhadap post trigger dari kelompok Khofifah Indar Parawansa tulisan Mak Harie Khairiah Emak Blogger dari Aceh di Blog KEB. Mak Harie sehari-hari menulis di blog http://www.khairiah.com/.
Sumber:
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/breath-holding-spell
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/apakah-penyebab-breath-hold-spell
*Ini sebetulnya postingan lama yang saya repost dan sesuaikan kembali, dulu menuliskannya masih berantakan ala-ala curhat. Padahal jika saya tuliskan dengan lebih baik mungkin bisa dibaca orang yang membutuhkan atau menghadapi masalah yang sama.
Menjadi Ibu ternyata seperti belajar dan kuliah di Universitas Kehidupan. Sejak anak pertama sampai anak ketiga membuat saya mau tidak mau mencari tahu dan mempelajari berbagai hal seputar kesehatan anak, terutama sejak memiliki Dek Paksi. Ilmu baru yang kemudian mengharuskan ayah dan Ibunya langsung menghubungi Om Google. Om yang paling mudah dihubungi sebelum menghubungi Dokter. Persoalan yang menghampiri Dek Paksi, mulai dari gangguan fungsi koagulasi, subependymal haemorrhage, lumbang fungsi, dan yang ingin saya bahas kali ini adalah BHS atau Breath Holding Spells.
Salah satu kasus terkait dengan kesehatan yang harus kami hadapi adalah saat Dek Paksi mengalami masa transisi setelah teraphy selama 9 bulan dari kejadian perdarahan otaknya hingga usia sekitar 2 tahunnya menyusul proses matangnya perkembangan otaknya.
Note:
Untuk mendapat gambaran tentang Dek Paksi, bisa dibaca cerita tentang awal-awal Kehidupan Dek Paksi. Jangan lupa baca lanjutannya masih tentang proses awal kesembuhan Dek Paksi.
Kasus tersebut dimulai saat saya tiba-tiba menerima laporan dari neneknya bahwa de Paksi menangis karena kesal, menjerit-jerit tapi kemudian tertahan nafasnya, tanpa ada suara, wajah dan tubuh membiru, sesaat kemudian wajah memucat lalu dia akan jatuh lemas seperti kelelahan. Kejadian yang sungguh membuat neneknya panik. Mendengar dari nenek sudah membuat merinding apalagi saat kemudian akhirnya saya menyaksikan sendiri. SubhanaAllah, jantung saya serasa berhenti. Orang awam termasuk saya waktu itu mungkin melihatnya seperti epilepasi atau kejang.
Awalnya kami konsultasikan ke Dokter spesialis anak yang biasa menangani Dek Paksi sejak lahir. Beliau menduga Dek Paksi mengalami apa yang diseebut dengan "Breath Holding Spells". "Silahkan bapak dan Ibu mencari tahu di internet," Demikian Dokter Fajar menyarankan kami
Dan Dek Paksipun direkomendasikan untuk menemui Neuorolog anak yang sebelumnya juga menangani de Paksi saat menjalani masa pengobatan dan teraphy pasca kasus subependymal haemorrhage.
Dr Anna sepakat dengan Dr Fajar, kalau Dek Paksi mengalami Breath Holding Spells, tidak ada pengobatan yang bisa diberikan hanya harus dilakukan pencegahan dan penguatan secara psikologis untuk mencegah munculnya keadaan ini..
Breath holding spell sering terlihat menakutkan dan membuat kita dag dig dug. Saat tiba-tiba anak bergerak-gerak kelojotan seperti kejang. Penyebabnya bisa karena merasa kesakitan, marah, atau takut. Anak ingin menangis keras tapi justru tidak bersuara dan seperti menahan nafas. Tubuhnya kaku dengan membiru di sekitar mulut namun sekejap kemudian tubuhnya lemas. Anak menjadi normal kembali dalam waktu kurang dari 1 menit.
Keadaan ini disebabkan suatu refleks yang abnormal menyebabkan 5% anak menahan napas cukup lama sampai ia menjadi tidak sadar. Dapat terjadi sampai 1-2 kali sehari. Setelah ia berumur 4 tahun akan hilang sendiri. Breathholding spell tidak berbahaya, dan bukan merupakan epilepsi. Tidak menyebabkan epilepsi atau kerusakan otak di kemudian hari. Untuk kasus Paksi alhamdulillah tidak pernah terjadi lagi semenjak usia 2 tahunan.
Sepanjang Paksi sering mengalami Breath Holding Spells ini, rasanya hidup seperti sedang bermain roller coaster. Untuk kasus Paksi umumnya terjadi saat dia kesal. Paksi sendiri memang kondisinya sangat mudah kesal dan marah. Dokter menyebutkan kondisi ini sebagai salah satu efek dari perdarahan di otaknya yang mengganggu kematangan dan menyebabkan kerusakan sel-sel saraf di otaknya.
Baca Juga: Dek Paksi, Hak Sang Maha Baik yang Dititipkan Pada Kami.
Nah kali ini saya mengutip dua pendapat dokter dari Alodokter nih. Dr Aditya Pratama dan Dr Siti Rahmayanti. Secara garis besar pendapat mereka serupa.
Menurut Dr. Adi, Breath Holding Spell merupakan sebuah kejadian yang tidak diketahui pasti penyebabnya. Beberapa kejadian terjadi dikarenakan hiperaktif dari suatu reflek yang normal. Pada kondisi Breath Holding Spell, terjadi episode henti nafas. Kejadian ini banyak terjadi pada usia 2 bulan hingga 2 tahun (pertama kali muncul). Sekitar 90% dari kejadian. dan umumnya akan menetap hingga usia 4 tahun, walau beberapa kasus ditemukan baru hilang secara sendirinya setelah 8 tahun.
Pada kejadian Breath Holding Spell dapat terjadi henti nafas hingga 1 menit yang dapat menyebabkan tubuh menjadi pucat dan tubuh menjadi biru. Hal ini akan menjadi normal kembali setelah beberapa saat. Kejadia nBreath Holding Spell dapat dipicu oleh rasa takut, sakit, panik dan marah. Beberapa kasus lain disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi (pada kasus ini dapat dilakukan pengobatan).
Sedangkan Dr. Siti menyebutkan Breath Holding Spell adalah fenomena yang cukup umum terjadi pada anak., terutama pada usia 6-18 bulan. Walaupun penyebab pastinya tidak diketahui, biasanya dipicu oleh kondisi dimana anak merasa teriritasi, marah, frustasi ataupun adanya cedera (misalnya anak mengalami jatuh). Banyak yang meyangka bahwa anak ingin mencari perhatian, namun ternyata berdasarkan penelitian anak tidak dapat mengontrol serangan tersebut dan sifat nya adalah refleks yang involunter.
Ada dua macam Breath Holding Spell: Pertama, Cyanotic spell, tandanya adanya gangguan nafas dari normal, biasanya akibat respon dari marah/emosi. Yang kedua, A pallid spell, melemah dan melambatnya denyut nadi anak, biasanya respon dari nyeri.
Pemeriksaan yang umum dilakukan pada anak dengan Breath Holding Spell, dilakukan wawancara dengan anak dan orang tua, dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan kadar besi dalam darah, EKG dan EEG. Pemeriksaan kadar zat besi untuk memastikan adanya kemungkinan kekurangan zat besi. Terapi yang dianjurkan bila terbukti mengalami kondisi ini adalah dengan suplementasi zat besi.
Pemeriksaan EEG dilakukan untuk mendiagnosa, apakah kondisi henti nafas pada anak terjadi dikarenakan oleh Breath Holding Spell atau Epilepsi. Pada kasus epilepsi didapati EEG abnormal dan terjadi henti nafas yang disebabkan oleh episodik kejang. Sedangkan pada Breath Holding Spell anak memiliki EEG yang normal.
Baca Juga: Mengenang Proses Kehadiranmu Paksi
Pemeriksaan EKG diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyebab lain yang sering menyebabkan biru pada anak, salah satunya penyakit jantung bawaaan yang disebut Tetralogy of Fallot. Untuk menyingkirkan penyebab ini, harus dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti EKG ataupun echocardiogram untuk melihat struktur jantung.
Dek Paksi yang sebelumnya rutin menjalani EEG memudahkan dokter menganalisa kondisinya. Untuk kondisi Paksi, dokter berkesimpulan yang dialaminya memang Breath Holding Spell bukan epilepsi.
Menghadapi anak yang tiba-tiba mengalami Breath Holding Spell pasti orang tua akan panik dan khawatir. Memang sulit membedakan kondisi Breath Holding Spell yang dialami dapat berbahaya atau tidak. Jika masih di bawah satu menit dapat dilakukan beberapa hal berikut ini:
- Pastikan anak ada ditempat yang aman,
- Baringkan anak
- Cegah anak terjatuh dan membentur seseuatu yang keras atau tajam
- Berikan kompres dingin pada dahi untuk memperpendek waktu serangan,
- Orang tua harus tetap tenang dan hindari kondisi pemicu dimana anak biasanya terkena serangan.
Jika kondisi anak menahan nafas hingga 1 menit atau lebih atau sampai pingsan atau kesulitan untuk bernafas, segera cari pertolongan emergensi dan bawa anak ke IGD. Kita juga bisa konsultasikan ke Dokter jika merasa perlu untuk mendapatkan penanganan dan edukasi atau bila serangan dirasa semakin parah dan semakin sering. Bagaimanapun kondisi kekurangan oksigen di otak saat terjadi serangan Breath Holding Spell tentu tidak baik untuk perkembangan otaknya jika terjadi terus menerus.
Mengenai terapi, bisanya akan hilang sendiri seiring anak bertambah usia, kondisi ini jarang menetap lebih dari usia 4 tahun. Alhamdullilah memasuki usia ke 3 tahun Dek Paksi sudah tidak lagi mengalami hal ini. Sehat selalu ya nak.
Tulisan ini merupakan bagian dari #KEBloggingCollab dari Grup Butet Manurung sebagai respon terhadap post trigger dari kelompok Khofifah Indar Parawansa tulisan Mak Harie Khairiah Emak Blogger dari Aceh di Blog KEB. Mak Harie sehari-hari menulis di blog http://www.khairiah.com/.
Sumber:
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/breath-holding-spell
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/apakah-penyebab-breath-hold-spell
Maksud dari anak dapat belajar untuk merangsang munculnya bearth holding spell itu mksdnya bgmna ya
ReplyDeletebiasanya BHS muncul karena rasa kesal atau marah, emosi tak tertahan. Nah kadang2 justru karena takt terkena serangan BHS orang tua trelalu overprotective, nah anak malah sengaja dan ingin mendapat perhatian kadang justru manja dan mudah tersulut emosinya sehingga merangsang BHS
ReplyDeleteBaru tau mba ada BHS ini , jadi nambah ilmu deh.
ReplyDeleteWah baru tau dengan istilah bhs ini, jadi penasaran kenapa dek paksi bisa terkena bhs
ReplyDeletewah saya baru tahu kalau namanya Breath Holding Spell. Anak saya pernah juga kalau kejeduk yang agak keras dia bisa menangis sampai nggak ada suara tapi sebentar kemudian normal lagi. Makasih shsaringnya mba.
ReplyDeleteMakasih udh share pengalamannya mbk ophie. Dan sehat selalu buat paksi amiinn
ReplyDeleteKondisi dimana anak merasa teriritasi, marah, frustasi ataupun adanya cedera. Kadang kalau dipikir bisa segitunya ya? Orang tua pastinya cemas dan ketakutan.
ReplyDeleteIkut deg-degan bacanya mba. Sulungku malah kena apilepsi, tapi yg kejang 2 detik. Penyebabnya nggak diketahui. Yg penting menghindari aktivitas fisik berlebihan, hawa dingin yg ekstrim, kurang tidur atau istirahat
ReplyDeleteAku kebayang sih mba gmn takutnya mba liat pertama kali. Pas anakku kejang2 krn demam tinggi, itu aku berasa ilang nyawa. Sampe mohon2 ke Allah supaya adek bisa selamat. Krn itu pertama kali aku melihat anakku kejang. Jd blank ga tau itu kenapa bisa terjadi.
ReplyDeleteSemoga dek paksi udah ga akan prnh mengalamin BHS ini lagi yaaa. Tetep sehat seperti kaka2nya
bikin deg deg an , kok jadi takut sendiri ya
ReplyDeleteBaru tahu. Wah jadi bisa ada persiapan untuk para pasangan muda yang belum atau mau punya anak
ReplyDeleteAncamana BHS lebih menakutkan dari yang dibayangkan. Aduh nggak kebayang kalau sampai dilihat sendiri dari mata kepala
ReplyDeletePemicu BHS cukup simpel tapi membawa dampak yang lumayan besar. Bagi orang tua tidak hanya ibu ayah juga harus tahu dan memperhatikan sangat kondisi anaknya
ReplyDeleteApapun gejala yang muncul di anak sebaiknya langsung dicari tau ya bun. Biar jika ada penyakit bawaan bisa cepat terdeteksi dan dapat ditangani dengan tepat
ReplyDeleteNgga kebayang sih paniknya kalo ketemu si kecil kena BHS. Liat anak kecil Kejang aja udah panik
ReplyDeleteAku kebayang sih mba gmn takutnya mba liat pertama kali. Pas anakku kejang2 krn demam tinggi, itu aku berasa ilang nyawa. Kondisi dimana anak merasa teriritasi, marah, frustasi ataupun adanya cedera. Kadang kalau dipikir bisa segitunya ya? Orang tua pastinya cemas dan ketakutan.
ReplyDelete