Saya banyak belajar dari short course ini, tentu saja selain
bagaimana managemen pelayanan publik dijalankan di Swedia dalam berbagai
aspeknya, mulai dari pelimpahan kewenangan kepada daerah dalam
mengelola bidang pendidikan, kesehatan dan lainnya, belajar bagaimana
perusahan daerah/BUMD mengelola management perusahaan mereka sekaligus
melihat langsung ke lokasi BUMD di bidang pengeolahan air bersih,
penanganan sampah dan pemanas ruangan. kami juga bahkan mengunjungi dan
belajar dari pemilik peternakan sapi yang hanya memiliki 4 orang
karyawan (2 diantaranya sepasang suami isteri yang juga ikut "bekerja"
di peternakan tersebut) dan 4 buah mesin/robot pemerah susu sapi
menangani sekitar 200 ekor sapi.
Me and Kang from North Korea |
Saya juga banyak belajar
dari peserta lain dari beberapa negara di Asia ini. Kalau sebelumnya
saya cerita soal lesson learned dari seorang Bapak (pejabat) dr
Bangladesh, kali ini saya mau berbagi tentang bagaimana pertemanan saya
dengan teman baru dari Korea Utara (Korut) yang langsung nge-Klik. sengaja saya singkat
hehe, sebetulnya yang bersangkutan tidak akan tahu, karena dia tidak
punya akun FB dan media sosial sejenisnya, karena itu terlarang di
negaranya bahkan akun emailpun dia harus menggunakan akun bersama milik
kantornya, sebuah komisi di bidang investasi dan joint venture.
Training kali ini memang berbeda dari sebelumnya, begitu yang selalu disampaikan penyelenggara, antara lain karena untuk pertama kalinya ada peserta dari Korut dan Myanmar. dan saya beruntung saya bisa kenal dan lumayan dekat dengan salah dua dari peserta dari kedua negara tersebut (masing-masing ada 2 peserta), karena kebetulan di 2 minggu pertama kami berada dalam group yang sama.
Training kali ini memang berbeda dari sebelumnya, begitu yang selalu disampaikan penyelenggara, antara lain karena untuk pertama kalinya ada peserta dari Korut dan Myanmar. dan saya beruntung saya bisa kenal dan lumayan dekat dengan salah dua dari peserta dari kedua negara tersebut (masing-masing ada 2 peserta), karena kebetulan di 2 minggu pertama kami berada dalam group yang sama.
Awalnya saya sedang sharing dengan antusias
bagaimana terkagum-kagumnya saya dengan sistem pendidikan di Swedia,
terutama bahwa semuanya FREE, ditanggung dan dibayar Negara dari Pajak,
serta bagaimana Pemerintah Daerah bisa mengelola amanat Pemerintah Pusat
di bidang pendidikan dengan berlomba memberikan yang terbaik bagi
penduduk di daerahnya. Teman saya dari Korut ini kemudian balik bertanya
kepada saya tentang sistem pendidikan di Indonesia, dengan sedikit agak
malu saya ceritakan bagaimana idealnya sistem pendidikan kita di atas
kertas, bahwa kita-pun punya sistem semacam itu, 9 tahun pendidikan
GRATIS dan 20% APBN kita adalah untuk sektor pendidikan, walaupun pada
praktiknya pendidikan serasa makin mahal dan korupsi di sektor
pendidikan juga semakin besar mengimbangi alokasi APBN/D yang juga
membesar untuk sektor ini.
Lalu dengan polos saya bertanya
balik kepadanya, dan saya agak tercengang (karena pengetahuan saya yang
minim tentang sistem negara ini dan yang saya tahu soal mereka hanyalah
bahwa negara mereka sangat tertutup, memiliki pemimpin yang sangat
otoriter, mereka tidak akur dengan tetangganya di Selatan dan mereka
punya senjata Kimia/Nuklir, dan mostly itulah yang banyak disebutkan di
media, sehingga itulah yang terekam di kepala saya), saat menerima
jawaban bahwa pendidikan gratis di negaranya utk 12 Tahun Pendidikan
Dasar Wajib, jika mereka ingin melanjutkan ke tingat Universitas,
Negara juga siap membayari.
Untuk sektor kesehatan, mereka juga GRATIS menerima fasilitas kesehatan dan itu berlaku bagi semua warna negara tanpa kenal kelas. Belum sampai disitu, teman saya bilang bahwa untuk mendapatkan Rumahpun mereka GRATIS, tentunya Rumah/Apartemen dengan standar kelayakan yang sama. Jika ingin lebih mewah tentu saja boleh asal punya uang katanya. Memang negara2 sosialis di satu sisi memiliki kekurangan tapi di sisi lain juga punya kelebihan. dan kita harus jujur mengakuinya. Sepetember tahun ini, Pemerintah Korut mulai membuka dan memberikan keleluasaan sektor private dalam menjalankan dan mengelola usahanya dalam hal tingkat produksi dan sistem penggajian pegawai.
Untuk sektor kesehatan, mereka juga GRATIS menerima fasilitas kesehatan dan itu berlaku bagi semua warna negara tanpa kenal kelas. Belum sampai disitu, teman saya bilang bahwa untuk mendapatkan Rumahpun mereka GRATIS, tentunya Rumah/Apartemen dengan standar kelayakan yang sama. Jika ingin lebih mewah tentu saja boleh asal punya uang katanya. Memang negara2 sosialis di satu sisi memiliki kekurangan tapi di sisi lain juga punya kelebihan. dan kita harus jujur mengakuinya. Sepetember tahun ini, Pemerintah Korut mulai membuka dan memberikan keleluasaan sektor private dalam menjalankan dan mengelola usahanya dalam hal tingkat produksi dan sistem penggajian pegawai.
Dalam
hal bersosialisasi mereka tidak setertutup yang saya bayangkan semula,
dalam waktu tidak lama, mereka mampu berbaur. Dan saya sampai lumayan
dekat dengan salah satunya, sering sharing dan berbagi banyak hal
termasuk masalah yang bersifat personal/pribadi. Saya rasa dia mau
berbagi hal tersebut karena dia percaya pada saya, seperti saya percaya
padanya. Bedanya mereka tampaknya biasa berbicara sangat lemah lembut
dan suara yang pelan, tentu saja sangat kentara berbeda dengan peserta
dari negara lain seperti Bangladesh, Sri Lanka, Cambodia, China, Myanmar,
dan Indonesia serta Vietnam yang relatively sangat NYablak, Nyablak dan
lumayan Nyablak :D...
Saat berdiskusi tentang Change
Project misalnya saat saya memberikan banyak masukan pada project yang
dirancangnya dan ternyata pendapat saya sama seperti pendapat mentornya,
dia bilang kamu benar Ophi, apa yang kamu bilang sebelumnya pada saya
sama seperti yang mentor saya sampaikan pada saya, harusnya kamu memtor
saya, atau kamu jd consultant saya saja hahaha...sejak itu saya
perhatikan dia banyak bertanya (untuk belajar) terkait dg praktik di
negara kita dalam bidang kerjanya.
Mereka tampaknya sangat
menghormati dan mengagumi Presiden mereka, menyematkan pin kecil
bergambar sang Presiden di baju mereka, saat saya tanya, apakah itu
suatu kewajiban? teman saya menjawab bukan, tapi ini semacam tradisi,
penghormatan terhadap sang presiden. Hmm, saya bilang dia masih muda
sekali ya? memangnya diwariskan yaa kepresidenannya (hahaha..saya dengan
lagi2 polos) mempertanyakan hal tersebut. Teman saya ini tidak marah,
dan menjelaskan bahwa tidak diwariskan, tapi memang kami rakyat Korut
memilih dia menggantikan kakeknya, hmmmm sebuah pembelaan yang
mengagumkan :).
Diskusi kami selain seputar negara
masing-masing memang banyak diwarnai kepolosan kepolosan kedua belah
pihak, hahaha...Dia sangat tertarik dengan saya dan jilbab saya, dengan
Islam Indonesia saya, keseharian saya dan anak2, mendiskusikan hal-hal
yang tidak saya sangka akan dia tanyakan, dan saya tidak merasa risih
menjawabnya karena tampaknya seperti itu juga yang saya lakukan padanya
:)..
Teman saya cerita bahwa hubungan mereka dengan Korsel
mengalami pasang surut, karena walaupun lebih sering bersitegang
mereka pernah juga mengalami masa damai dan bekerja sama termasuk ketika
membangun zona ekonomi Kaesong. Beberapa pertanyaan yang sebetulnya
mungkin sangat sensitive tetapi dengan "polos"nya saya mintakan
pendapatnya antara lain saat saya tanyakan padanya.
Me: Kenapa sih negaramu kok sering bersitegang dengan negera tetangga terdekat?Pertanyaan polos berikutnya adalah:
She: hmmm mungkin karena senjata nuklir kami,
Me: ooh Korsel tidak suka yaa?
She: iya kelihatannya begitu, begitu jawabnya.
Me: kenapa sih negara kamu memproduksi senjata nuklir? (hahaha....tidak kalah polos, dia menjawab:)
She: untuk mengantisipasi diri dan jaga diri jika ada serangan,
Me: "ooh memang siapa yang mau menyerang negaramu?
She: Bisa jadi Amerika, mereka kan tidak suka pada kami.
Me: cuma bisa senyum dan angguk-angguk tidak berani melanjutkan pertanyaan selanjutnya.
Takut dibilang Dodol hahaha...
Tapi
sebetulnya yang ingin saya bagi dari Curhat kali ini adalah bahwa saat
kita saling percaya dan kita saling menghargai satu sama lain,
sesungguhnya perbedaan tidak akan menjadi penghalang untuk membangun
persahabatan dan komunikasi, karena kita saling percaya bahwa kita
berbeda sekaligus bahwa kita sama.
Semoga selepas training
ini pertemanan kami tetap berlanjut meskipun satu-satunya cara
berkomunikasi dengannya adalah melalui email kantornya dan pasti harus
melalui sensor atasannya, hmm berarti saya tidak boleh mempertanyakan
hal-hal polos dan sensitive semacam itu lagi hahahaha.....
Saat ada tour of duty ke China pertengahan November, Kang mengirim email kepada saya melalui akun gmail yang dibuatkan oleh salah satu teman kami. Segera setelah dia akan kembali ke Korea Utara, dia mengemail saya bahwa tak lama lagi dia tidak bisa dihubungi lewat email tersebut dan mengirimkan alamat email kantornya. ...
Dalam emailnya dia menanyakan kabar anak-anak saya, dan hasil UTS anak saya. Rupanya dia mengingat semua percakapan kami. Hmmm waiting for our next meeting Kang, see you soon my Beautiful and lovely girl ...
Saat ada tour of duty ke China pertengahan November, Kang mengirim email kepada saya melalui akun gmail yang dibuatkan oleh salah satu teman kami. Segera setelah dia akan kembali ke Korea Utara, dia mengemail saya bahwa tak lama lagi dia tidak bisa dihubungi lewat email tersebut dan mengirimkan alamat email kantornya. ...
Dalam emailnya dia menanyakan kabar anak-anak saya, dan hasil UTS anak saya. Rupanya dia mengingat semua percakapan kami. Hmmm waiting for our next meeting Kang, see you soon my Beautiful and lovely girl ...
No comments
Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.