Skip to main content

Menyeberang dengan Nyaman dan Aman #Oleh2Swedia


Menyeberanglah dengan aman. Mungkin seperti itulah yang dikatakan sang pengendara kendaraan saat melihat pejalan kaki hendak menyeberang jalan. Sedemkian ramahnya kota-kota di negara maju terhadap pejalan kaki, lampu penyeberangan dan zebra cross yang memadai, hampir di setiap perempatan, pertigaan atau bahkan di antara sebuah jalur jalan yang panjang, dan tentu saja ketaatan pengendara jalan untuk membiarkan pejalan kaki menyeberang setiap lampu merah tanda mereka harus stop dan lampu hijau penyeberang jalan menyala.



Pejalan kaki tidak harus khawatir dan terburu-buru, mereka bisa menyeberang dengan aman dan nyaman. Bahkan untuk beberapa ruas jalan di mana tidak tersedia lampu penyeberangan seperti small alley yang hanya muat satu atau dua kendaraan dengan lalu lalang pejalan kaki yang cukup tinggi di wilayah down town, pejalan kaki tetap bisa menyeberang dengan aman karena semua kendaraan yang melintas akan otomatis berhenti dan menungu mereka menyeberang. Setidaknya begitulah yang saya alami dan amati di Australia, Singapura dan Swedia.


Itulah kenapa saya ingin membagi oleh-oleh dari Swedia yang ini, hmmm sebetulnya masih relevan juga sebagai oleh-oleh dari Melbourne, karena di kedua tempat ini, pejalan kaki dan penyeberang jalan merasa di-wong-ke (dimanusiakan) juga oleh para pemilik kendaraan. Sebetulnya bukan karena fasilitas atau sarana semata, tapi lebih pada sikap mental kita secara keseluruhan. Atau lebih tepatnya sikap mental kita dan mind set kita yang mempengaruhi keadaan termasuk, mempengaruhi pemangku kebijakan dalam memanusiakan para penyeberang dan pejalan kaki dengan menyediakan sarana yang memadai dan membuat kebijakan yang pro penyeberang dan pejalan kaki.



Bagaimana dengan di Indonesia khususnya Jakarta? Saya berani taruhan kalau kondisinya masih jauh dari gambaran ideal ini. Dengan fasilitas lampu penyeberangan saja seperti di zebra cross di depan stasiun atau di tempat strategis semacamnya (yang jumlahnya masih sangat minim), pengendara mobil dan terutama motor dengan tanpa rasa bersalah tetap menerobos lampu merah meskipun lampu hijau bagi penyeberang jalan masih menyala dan masih ada yang sedang menyeberang... Yang ada di kepala saya adalah keheranan yang luar biasa betapa angkuhnya pengendara di negara kita, menganggap enteng nyawa manusia lain yang menyeberang jalan.

Hal ini saya alami berkali-kali, awalnya bahkan saya mengeluarkan sumpah serapah, saking takut bercampur kesal karena saat menyeberang jalan dengan penuh kesulitan, kendaraan terutama motor tidak berusaha untuk berhenti dan membiarkan saya sampai ke seberang jalan dengan aman terlebih dahulu, tapi tetap melaju tanpa mengiraukan saya yang ketakutan. Ini kejadiannya di tempat dengan tanda zebra cross dan lampu penyeberangan lhooo :(... apalagi di tempat tanpa kedua sarana tersebut, dDuuh mirisnya, Biasanya mereka melakukan hal tersebut saat hanya ada sedikit orang yang menyeberang atau bahkan sendirian. Sebagian penyeberang biasanya menunggu sampai ada beberapa orang yang hendak menyeberang bersama. Kami bahkan harus melambaikan tangan sepanjang menyeberang memastikan pengendara tidak memaksa melaju sebelum kami sampai ke seberang.

Selain sikap mental sebagian besar dari pengendara kita yang belum punya kesadaran akan pentingnya menghargai dan menghormati hak penyeberang jalan untuk bisa menyeberang dengan aman, minimnya fasilitas penyeberangan juga salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya keamanan penyeberang jalan di negara kita. Jadi tanggung jawab negara untuk menyediakan fasilitas yang aman dan nyaman bagi warga negaranya tidak atau belum dipenuhi dengan baik. Sarana penyeberangan baru dibangun di wilayah-wilayah strategis dan pusat-pusat kota dan perkantoran, itupun masih tidak memadai karena sangat jauhnya letak satu jembatan penyeberangan dengan jembatan yang lain.

Meskipun begitu mereka yang memilih keamanan, akan memilih berjalan kaki agak jauh untuk bisa menyeberang dengan aman. Bisa kita perhatikan bahkan di beberapa tempat jembatan penyeberangan sangat sepi, tidak terawat dan tampak tak terpakai. Bisa jadi karena posisinya tidak strategis... Sementara di beberapa tempat strategis tidak tersedia sarana ini. Bingung kan???? Management jalan dan sarana prasarananya di negara kita masih menyisakan banyak PR...Kondisi ini diperburuk oleh ulah sebagian dari penyeberang kita yang juga masih “sok jagoan” dengan menyeberang jalan sembarangan, dan bukan pada tempatnya. Tidak juga mengherankan masih ada orang yang menyeberang jalan di bawah jembatan penyeberangan, hanya dengan alasan malas, terlalu jauh dan lain-lain.

Iya kembali ke oleh-oleh yang mau saya share tadi, selama di Stockholm, kebetulan saya stay di salah satu hotel di pusat kota, sehingga untuk sekedar berjalan-jalan menikmati Stockholm saya (bersama beberapa teman) cukup melakukannya dengan benar-benar berjalan kaki. Terbawa kebiasaan di Jakarta yang harus terburu-buru menyeberang jalan, *takut kesamber, karena pasti ada motor/mobil tiba-tiba melaju sesaat  melihat space kosong di jalan :D, saya diingatkan teman untuk tidak usah terburu-buru apalagi berlari, jangankan dengan sarana zebra cross dan lampu penyeberangan, tanpa kedua sarana inipun, saat kita menyeberang, pengendara menunggu dengan sabar. Iya, kontras sekali dengan kita.

Selain sangat menghargai penyeberang jalan, pejalan kakipun merasa sangat nyaman, karena sarana bagi pejalan kaki sangat memadai, bahkan bagi pengendara sepeda. Setiap jalur jalan dengan jelas terbagi antara pejalan kaki dan pengendara sepeda, selain jalur kendaran roda empat tentunya. Hampir tidak pernah saya bertemu dengan kendaraan yang dipacu dengan kecepatan tinggi selama saya di sana. Meskipun di jalur yang cukup ramai, bahkan di highway. Saya melihat orang-orang membawa anak-anak dan binatang peliharaan berjalan kaki di kota tidaklah merepotkan seperti halnya di Jakarta. Jangankan membawa anak-anak dan binatang peliharaan berjalan kaki di jalanan umum, berjalan sendiripun agak-mengkhawatirkan.

Sarana merupakan alasan utama, belum lagi etika pengendara kendaraan di sini. Jadi saya masih bermimpi mengajak anak-anak berjalan kaki dengan nyaman di jalanan umum. Mudah-mudahan ke depan ada perbaikan sistem dan manajemen jalan di Negara kita. Semoga mimpi saya ini terwujud, setidaknya saya bisa dengan nyaman mengajak cucu-cucu saya kelak berjalan kaki menikmati suasana tanpa kekhawatiran... amiiin

Comments

Popular posts from this blog

Melangitkan Sebuah Rindu Tuk Jadi Tamu di RumahMu

Duh semoga judulnya gak berasa lebay yaa. Tapi mengunjungi Baitullah merupakan satu rindu yang tidak hanya jadi mimpi di kala tidur buat saya. Mendengar orang bercerita tentangnya sering membuat hati saya bergemuruh. Melihatnya di televisi, di timeline medsos, di broadcast wa, atau bahkan jika tanpa sengaja melihatnya sekalipun sering membuat mata saya berkaca, tak jarang lalu ada yang mengalir di sudutnya. Pun ada yang menyentak-nyentak di balik dada. Saya merasakannya sebagai sebuah rindu.

Waspada Bahaya Racun Tomcat! Kenali dan Atasi Dengan Tepat!

Tomcat, keren sebutannya namun sayangnya efek dari racun yang berasal dari cairan tubuhnya baik melalui gigitan atau keluar dari tubuhnya karena dipencet atau terpencet ternyata sangat berbahaya bagi kulit. Sebuah sumber menyebutnya racun cairan Tomcat lima kali lebih kuat dari pada bisa Kobra. Bukan efek mematikan karena masuk dalam peredaran darah tetapi efeknya jika terkena kulit. Memang racun tomcat hanya menyerang kulit. Racun tersebut tidak mematikan walaupun sangat menyakitkan karena zat yang terkandung dalam cairan tomcat  yaitu paederin apabila terkena kulit kita akan menimbulkan gatal atau efek terbakar. 

FOCA Sachima: Cemilan Praktis untuk Keluarga di Segala Suasana

Morning Hectic Kehebohan rutin setiap pagi, -kecuali weekend -, rasanya hampir serupa untuk working mom tanpa asisten yang stay di rumah kayak aku. Apalagi kalau bukan seputar menyiapkan bekal untuk sarapan dan makan siang anak-anak,  plus bekal untuk aku dan suami karena kami juga berangkat kerja. Sesekali aku memang membawa bekal untuk makan siang di kantor.  Yang paling wajib adalah menyiapkan bekal untuk sarapan dan makan siang Ka Alin dan Ka Zaha. Sejak SMP, Dek Paksi menyempatkan sarapan di rumah lalu dibekali makanan ringan saja. Jadilah pagi hari harus jadi waktu yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas negara tersebut. Jujur lumayan PR memikirkan bekal dan menu apa yang harus disiapkan setiap paginya.  Bukan apa-apa karena bekal untuk Ka Alin dan Ka Zaha tuh wajib lengkap sih isinya. Secara mereka berdua berangkat pagi dan tidak sempat sarapan pagi di rumah, artinya sarapannya juga disiapkan di paket bekal yang mereka bawa. Mereka juga pulang petang, ...