Untuk teman-teman yang bukan
orang awak, sudah pernah ke Kota Padang dan Bukit Tinggi? Ada yang belum pernah, tapi banyak juga yang
sudah tampaknya. Hmm saya sendiri sudah
beberapa kali mengunjungi kedua kota ini, bukan untuk berwisata sebetulnya,
tapi karena mendapat tugas dinas ke sana, biasanya penelitian atau pengumpulan
data. Nah, tapi selama masih bisa
mengatur waktu, kunjungan dinas ini biasanya bahkan bisa dipastikan selalu
diselingi dengan kegiatan berwisata entah wisata budaya, belanja, kuliner dan
utamanya wisata alamnya. Dari sekian kali kunjungan saya ke kedua kota di
Sumatera Barat tersebut, kunjungan pertama saya yang paling berkesan buat saya,
amat sangat berkesan dan saya selalu ingin lagi dan lagi mengulangi keseruan
perjalanan “wisata” saya saat itu.
Sejujurnya di luar alasan yang
agak-agak pribadi, *kok jd malu gini sih, -bahwa perjalanan pertama saya ke
Kota Padang dan Bukit Tinggi tepatnya 8 Tahun lalu di pertengahan 2005 itu merupakan
perjalanan dinas pertama saya ke Pulau Sumatera, dan saat itu saya pergi dalam
sebuah tim, dimana ada salah satu rekan kerja saya, yang saat ini merupakan
Ayah dari 3 anak-anak saya. Nah…*jangan cengar cengir gitu deh… Waktu itu
ceritanya kami masih “PeDeKaTe”, yaah semacam pendekatan untuk mengenal lebih
serius begituuu, Tidak lebih dari setahun sejak perjalanan dinas bersama dan
pertama itu kami sah menjadi suami-isteri lhooo, hahahaa. Lhoo kok jadi
membahas yang ini ya…oke back to the Tour de Padang, Bukit Tinggi dan
sekitarnya :D
Jadi kenapa pengalaman waktu itu
sangat berkesan untuk saya, karena kami mendapatkan tour guide yang tepat, yang
memang sangat mengenali wilayah Sumatera Barat dan potensi wisatanya. Iya
sesampai di Kota Padang. salah satu tim
kami kebetulan adalah orang Padang, yang merantau dan berkarir di Jakarta. Beliau
saat itu sekalian hendak pulang kampuang hahaha, dan menginaplah kami di rumah
beliau, di kota Padang Selatan, sekitar 7 km dari Pantai Air Manis yang
terkenal dengan legenda si Malin Kundang. Kami menikmati pagi hari dengan suasana
sejuk dan hijau, dengan berjalan kaki ke Pantai Air Manis, lumayan melelahkan
karena ternyata cukup jauh dan berkelok-kelok, sebetulnya ada angkutan kota
yang bisa kami pilih, tapi kami sepakat untuk menikmati pagi dengan jalan kaki.
Meskipun agak kecewa dengan kondisi patung si Malin Kundang yang saat itu tidak
terawat, tapi pemandangan dan suasana sepanjang jalan menuju dan di pantai
membayar rasa kecewa tadi, hmmm belum lagi ada kesan-kesan romantis hahahaha
*tutupmuka
Dari Padang kami melanjutkan perjalanan
ke Bukit Tinggi, karena sebetulnya tujuan penelitian kami adalah di Bukit
Tinggi …Kami dijemput dengan mobil kijang dan seorang driver yang ternyata
sekaligus seorang Tour Guide dari travel tempat kami menyewa kendaraan. Dan
dimulailah perjalanan seru yang sangat berkesan itu…
Dalam perjalanan dari Kota Bukit Tinggi, tentunya kami tidak
melewatkan untuk singgah berfoto dan menikmati suasana di Cagar Alam Lembah
Anai, dilanjut dengan makan siang di Rumah Makan Sate Padang Mak Sukur di
Padang Panjang. Dalam perjalanan ini, sang driver juga menunjukan beberapa
tempat menarik yang mungkin belum banyak orang ketahui, jika posisinya memang
tidak di pinggir jalan dan tidak terlalu jauh, kamipun di antar sampai ke
tempat tujuan. Kami bahkan menyempatkan diri melihat kemegahan Istano
Basa Pagaruyung, sebuah obyek wisata sejarah di Pagaruyung, nagari yang terletak di dekat Batusangkar, ibu kota kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat. Beruntung sekali saya bisa mengunjungi Istana ini sebelum terjadinya
kebakaran karena tersambar petir di tahun 2007. Namun seiring dengan renovasi
istana ini, di Tahun 2010 di wilayah ini dibangun jembatan layang 9 kelok, Nah
dalam kesempatan kunjungan saya yang lainpun saya belum sempat mengunjungi
jembatan ini.
Perjalanan Padang – Bukit Tinggi
tak terasa melelahkan. Kami menginap di hotel yang sangat strategis karena
dekat dengan alun-alun kota yang menyuguhkan suasana yang sangat kental
dengan nuansa sejarah, budaya dan kuliner Sumatera Barat, yakni di Hotel
Novotel Bukit Tinggi. Bisa dibayangkan dengan mudahnya kami bisa dengan
berjalan kaki ke Lobang atau Gua Jepang dan menikmati indahnya Ngarai Sianok,
tidak kalah mudah kami bisa menikmati suasana di sekitar Jam Gadang, Pasar
Tradisional: Pasar Atas dan Pasar Bawah. Selain bisa memilih berbagai cindera
mata di Pasar tradisional ini , wisata kuliner khas Sumatera Barat -Nasi Kapau-
bisa kita pilih sesuai selera mengingat banyakknya warung-warung yang
menyediakan menu Nasi Kapau dengan cita rasa dan penampilan yang otentik,
dengan suasana yang sangat khas, sangat menggugah selera. Jadi jangan pernah
melewatkan ini jika teman-teman berkesempatan berkunjung kesana. Tapi jangan
lupa untuk berbagai cindera mata, teman-teman harus pandai menawar…untuk mendapat
harga yang bagus.
Jadwal dan waktu penelitian telah
kami atur sedemikian karena kami sangat antusias untuk bisa mengunjungi semua
tempat yang Tour Guide kami rekomendasikan. Beberapa tempat baik wisata alam,
budaya, belanja dan kuliner di beberapa kota/kabupaten di sekitar Bukit Tinggi.
Sang Tour Guide menyebutkan satu minggu tidaklah cukup untuk mengexplore semua
keindahan dan keunikan Sumatera Barat. Sehingga kami mencoba memilih
tempat-tempat yang mungkin bisa kami kunjungi dengan waktu yang tidak terlalu
lapang, mengingat pagi hari hingga jam makan siang bahkan terkadang sampai jam3
sore kami fokus dengan tugas. Tapi kami sangat beruntung karena tetap bisa
menikmati wisata di beberapa wilayah di Sumatera Barat .
Kami berkesempatan menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan di Lembah Harau
Payaukumbuh, luar biasa indahnya. Topografi
Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang, terdiri dari Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan
Bukit Tarantang dilengkapi dengan pemandangan 5 buah air terjun ( sarasah )
yang sangat besar. Selain sebagai obyek wisata alam yang luar biasa indah, Lembah
harau ini kaya dengan cerita sejarah dan legenda di dalamnya yang semakin
memperkuatnya sebagai wahana budaya. must visited place, jika teman-teman mengunjungi Suamtera Barat sempatkan mampir
ke Lemah Harau ini.
Next
destination adalah sepasang Danau Kembar yang biasa disebut Danau di Ateh dan
Danau di Bawah, Pada tahun 2005, sarana prasarana dan pengembangan wisata di
Kecamatan Danau Kembar Kabupaten Solok ini belum sebagus saat ini. Saat kami
mengunjungi tempat ini, meskipun infrastruktur jalan sudah cukup memadai,
tetapi justru mendekati wilayah danau masih belum tertata dengan baik. Melewati
hijaunya perkebunan teh, hijau dan segarnya alam di sekitar danau, kami juga
menikmati perkebunan terong belanda dan menikmati jus-nya … hmm segar-segar …
Tentunya jika teman-teman berkunjung ke sana saat ini, suasana dan keindahan
alam-nya tidak berkurang namun dengan sarana yang jauh lebih memadai, itu info yang
sangat dapatkan dari berbagai sumber. Karenanya, saya sangat ingin menikmati
kembali perjalanan ke sana.
Hijau dan Indahnya Danau Di Atas |
Dari
Solok, mari kita explore Kabupaten Agam, Iya betul kami menuju ke Danau
Maninjau dengan Kelokan yang harus kami lalui, Kelok 44. Kemilau Danau
Maninjau, suasana sejuk dengan perbukitan yang hijau dan rimbun, kami memilih
salah satu rumah panggung di pinggiran danau, melihat anak-anak yang berenang
menunggu pengunjung melemparkan uang koin. Di danau ini juga terdapat
pembudidayaan ikan tawar. Puas menikmati Danau Maninjau, kami juga mengunjungi
Rumah Kelahiran Buya Hamka, dan makan di sebuah warung (sesuai rekomendasi sang
Tour Guide), menikmati Bakwan Ikan Rinuak, ikan kecil berprotein tinggi yang hanya
ada Danau Maninjau dan pastinya sangat lezat. Saya tidak yakin apakah warung
makan ini masih ada atau tidak, tapi saya terobsesi untuk bisa lagi menikmati
Bakwan Ikan Rinuak…Hmmm Yummmyy. Saat ini yang terkenal justru Palai Ikan
Rinuak sejenis pepes ikan Rinuak… Nah saya juga penasaran dengan yang ini…
Ini di kelok ke berapa ya dari Kelok 44 |
Budidaya ikan air tawar |
Kami juga diajak langsung ke pusat kerajinan dari Perak, kerajinan tangan sulam dan border tradisional bahkan berburu “Jangek” kerupuk kulit asli atau khas Sumatera Barat langsung ke rumah produksinya dan berburu keripik singkong balado "sanjai" yang krenyess dan hot itu.
Kalau di Yogyakarta ada Kota
Gede, di Sumatera Barat ada Koto Gadang, pusat perajin perak terbesar di Sumatera Barat
yang dapat ditempuh hanya dalam 30 menit dari Bukit Tinggi. Kota Gadang dengan
kerajinan peraknya telah berkembang pesat sejak zaman penjajahan Belanda dan
menjadi objek wisata budaya dan belanja yang menarik banyak wisatawan. Selain
itu kami diajak datang langsung ke sebuah home industry sulam tradisional di Bukit Tinggi,
di Kecamatan Ampek Angkek yang menyediakan berbagai produk sulam tangan
tradisional, sangat exclusive dan dengan harga yang relative mahal, mengingat
proses pembuatannya yang masih tradisional dalam berbagai bentuk seperti taplak
meja, sarung bantal, sandal, jilbab, mukena, dan aneka motif pakaian. Konon,
pedagang Arab bernama Khadijah dan Maryam yang membawa keterampilan menyulam
ini kepada penduduk setempat.
Dari
cerita perjalanan wisata Sumatera Barat ini ada beberapa tempat yang juga kami
kunjungi tapi saya agak lupa nama tempat/wilayahnya, maklum sudah 8 tahun
lalu. Tapi kesan mendalam dari beberapa
obyek wisata yang saya gambarkan tadi membuat saya bermimpi mengajak anak-anak,
tentu saja bersama suami berkunjung kembali kesana atau bahkan ke berbagai destinasi
lain di wilayah Sumatera Barat yang belum sempat saya kunjungi, Napak Tilas jadi salah satu
rencana dan impian saya, dan saya pun sudah mendapat tawaran hangat dari
beberapa teman kuliah untuk menginap di rumah mereka jika suatu saat berkunjung
ke sana… Keluarga kecil kami akan bisa melakukan Tour de West
Sumatera, one day … InsyaAllah.
salam.
ReplyDeletesumatra barat memang indah dan tidak bosan-bosannya kita untuk berkunjung ke sana.
namun saya ingin berwisata dengan gaya lain misannya dengan bersepeda bukitinggi dan maninjau si Sumatra Barat
kunjungi kami kalau anda-anda ingin melakukannya bersama kami.
terima kasih.
waaah, kebayang yaa bersepeda di bukit tinggi dan maninjau... huhuyyyy banget ituuuh :P
Deletehehehe..
Deleteia mbak...
saya aja udah coba mbak, sampai-sampai saya ngos-ngosan.
hehehe