Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Dear Ayah sayang...
Hmmm gini yah, ada lomba blog yang temanya menulis surat cinta untuk
pasangannya nih. Untuk yang sudah menikah ya buat suaminya kalau yang belum menikah
suratnya buat calon jodohnya... Naaah ini jadi teringat kebiasaan aku dulu
nulis surat macam begini nih hihihi... It was couple years ago, before I
finally met you in the name of JODOH. Yups kita berjodoh Inshaa Allah sesaat
setelah IJAB dan QABUL di 14 April 2006 itu.
Hampir delapan tahun ya yah, SubhanaAllah seperti roller coaster, ada saat
naik, turun, excitment, melambat lalu melaju cepat memacu adrenalin, ada saat
terasa lega berhasil melewati satu tahap menegangkan... Halaaah Ayah pasti
nyengir kuda, kalo aku yang naik roller coaster, pastinya penuh teriakan dan
jeritan sambil menyebut nama-nama Allah, pengen buru-buru turun yaaks :P
#ndesso. Baiklaaah, yang naik roller coaster kan bukan cuma aku, tapi Ayah juga
naaah sekarang malah nambah tiga personil... jadi berlima kita ya.
Hari demi hari bak naik roller coaster, serasa cepat waktu berlalu melihat
tiga buah hati tercinta kita yang membesar, bertumbuh, subhanaAllah.. memberi
warna warni di kehidupan kita berdua. SubhanaAllah betapa banyak pelajaran yang
aku dapatkan dari pengalaman ini, dari pengalaman delapan tahun menjadi JODOHmu
yah...inshaa Allah masih akan ada sekian banyak pelajaran dan pengalaman yang
akan kita lalui ke depan.
Setiap do’a di akhir shalatku, selalu inshaa Allah ku panjatkan do’a untuk
kita berlima. “Ya Allah anugrahi kami, pasangan dan anak keturunan cahaya penyejuk
mata hati, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”. Semoga do’a yang sama Ayah panjatkan pula di akhir setiap shalat Ayah. Tidak
ketinggalan do’a yang satu ini Ayah..”Ya Allah Rabbku karuniakan kami dan anak
keturunan kami, orang-orang yang mendirikan shalat”. amiin
Seperti dulu kita sadari berdua, bahwa saat aku akhirnya memilihmu bukan
karena engkau yang terbaik di antara yang lainnya. Seperti itu pula kuyakini
saat akhirnya engkau meminangku yah. Baiklah setidaknya keyakinanku saat itu adalah
bahwa Ayah adalah sosok yang siap dan mau bergandengan tangan denganku untuk
belajar dan belajar menjadi lebih baik dalam banyak hal. Iya kita belajar
bersama, di satu sisi mungkin aku lebih dahulu tahu dan “pandai” atas satu hal,
maka tidaklah aku bermaksud sombong atau menghinakanmu dengan mengulurkan
tangan mengajakmu bersama bertumbuh dan berkembang. Jangan merasa
sakit hati jika saat menuntunmu aku “galak”... yaaah memang begitu lah pembimbing
yang baik harus tegas dan disiplin. Dan jangan merasa gengsi karena itu tidak
berarti posisimu sebagai Nahkoda kuambil alih, tidak sama sekali yaah. Bukankah
itu sesuai dengan janji awal kita untuk bergandengan menjadi pribadi yang lebih
baik dari sebelumnya?? Sebagaimana Ayah dengan sabar hati menuntunku tanpa lelah untuk lebih sabar dan positive thinking dalam segala hal.
Eitss mungkin ada baiknya yaa, kita ambilkan contoh sedikit dari kalimatku di
atas tadi, supaya tidak timbul salah
pengertian. Iya, kau, aku dan semua yang
mengenal dekat kita pasti tahu, bahwa dari sisi pengetahuan (aku tekankan lagi
ya yah, pengetahuan) agama, secara
garis besar aku lebih sedikit tahu dari Ayah...yaa karena latar belakang
keluarga dan pendidikan serta lingkungan kita. Again pengetahuan yaaa, soal
pemahaman,penghayatan, dan pengamalan... itu biarlah antara masing-masing kita
dan Tuhan yang tahu. Untuk ketiga hal
ini harusnya kita saling berlomba yaa, menjadi yang terbaik di hadapan Allah.
Masih teringat bagaimana proses awal kedekatan kita dulu, kamu belajar
memperlancar membaca al-Qur’an bersamaku?? Saat kamu menyanggupi dan mau
menjalani itu dengan sabar, aku percaya bahwa jika kita berjodoh kita akan siap
berbagi, belajar dan berproses menjadi lebih baik. Selain itu tentang pentingnya shalat dan bagaimana aku berusaha menguatkan diri
untuk menggiring kita sekeluarga menjadi keluarga cinta shalat dan al-Qur’an.
Menuntutmu untuk terus memperbaiki bacaan shalat, menambah koleksi hafalan
surat pendek, dan hal-hal sejenis itu. Karena aku ingin imam shalatku sekaligus
imam keluargaku bisa betul-betul memimpin keluarga ini menujuNya. Tidak sekedar
memenuhi nafkah, memiliki rumah, kendaraan atau menyekolahkan anak-anak kita.
Karena yang dibutuhkan anak-anak kita tidak hanya hal-hal yang kusebutkan tadi
kan yah??? Kita berdua belajar dari masa lalu kita masing-masing kan? J
Jujur, ini menjadi keraguan terbesar bagi muslimah dewasa seperti aku saat itu, untuk memilih lelaki seperti mu.
Yang mungkin dari banyak aspek cukup memadai tapi belum dari aspek pengetahuan
agama. Terlebih pesan Mimi (Ibu), “Mimi gak cari yang macem-macem, yang penting
rajin shalat”... Naaah itu dia...*mesammesem sendiri. Ingat juga saat aku bilang dengan sedikit
bercanda “... Kalau Almarhum Bapak masih ada, mungkin kamu gak bakal lulus jadi
menantunya yaah, bacaan shalatmu belum lancar
dan fasih...” Di antara keraguan itu, di delapan tahunan yang lalu, selalu ku pasrahkan
pada Nya...”akankah dia menjadi JODOHku ya Rabb..., mudahkan jika memang
demikian, mudahkan pula aku melepaskannya jika memang itu yang terbaik”.
Teringat jelas perkataan salah seorang dosenku saat itu (beliau yang merasa
baru “hijrah” di masa tuanya), yang juga pernah berusaha mencarikan jodoh
untukku, bahwa di lingkungan tempatku bekerja saat ini (di mana kita bertemu
yah J ) mungkin
aku akan menemukan nuansa dan pribadi-pribadi dengan kualitas dan pengetahuan
yang berbeda dengan lingkunganku semula, namun itulah tantangan dan arena
dakwah bagiku. Alangkah baiknya jika aku
bisa membawa kebaikan dengan menularkan nilai-nilai kepada calon pasanganku
kelak. “Jangan menutup diri, siapa tahu kamu bisa memberikan kebaikan dan warna
baru bagi orang yang menjadi jodohmu kelak...tidak semua orang berangkat dari
latarbelakang keagamaan yang sama, Jika kamu lebih baik dalam hal ini,
bimbinglah pasanganmu... itu nilai ibadah dan perjuanganmu.”
KuasaNyalah pada akhirnya, sehingga Ayah berani dan lantang mengucapkan
“Saya terima nikah dan kawinya dengan mas kawin sebagaimana disebut tunai” .
Sesaat saja setelah Amak (kakak laki-laki ku) menyelesaikan kalimat IJAB. KuasaNyalah pada akhirnya, Ayah siap belajar
dan berubah lebih baik bersamaku. Sebuah “IJAB dan QABUL” yang tak kan
terlupakan dalam hidupku. Inshaa Allah
aku tidak salah memilih Ayah kaan??? Ayah masih selalu dan siap untuk
bersama-samaku bergandengan tangan membangun keluarga ini menjadi keluarga yang
menenangkan, penuh cinta dan penuh kasih, iya yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
Semoga Allah selalu memberi kekuatan pada kita berdua, untuk konsisten dalam ikatan atas nama Allah ini.
Dan seperti apapun warna kehidupan dan kebersamaan kita dalam delapan tahun
ini. Alhamdulillah Ayah selalu jadi suami yang baik, mau belajar dan tak ada
rasa gengsi sedikitpun untuk mau belajar bersama memperbaiki pengetahuan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman beragama kita. Tidak tersinggung
saat harus aku ingatkan bahwa akan ada hari di mana kita dibangkitkan dan kita
butuh bekal untuk hari itu, bukan semata-mata materi dan harta benda duniawi.
Amalan-amalan baik dan ketaatan kita padaNya, yang akan membantu kita di
kehidupan yang sesungguhnya itu. Maaf kalau aku agak galak, hmmm galak banget
malah yaaa :D,... Iya, adalah beban dan tanggung jawabku juga untuk
mengingatkan nahkodaku agar kapal ini tidak karam atau tidak berlayar ke arah
yang tak seharusnya. “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” begitu
titahNya.
Semoga Allah selalu menguatkan hatiku untuk bersabar menjalani ladang
ibadahku di rumah tangga kita ini ya yah.. semoga Allah juga selalu memberi
kita hidayah dan kekuatan menjalaninya, semoga Allah menjaga api semangat di
hati kita untuk selalu belajar dan memperbaiki diri, karena saat ini telah ada
tiga anggota keluarga yang harus kita bimbing bersama. Aku takkan mau
menjalaninya sendiri, aku butuh kamu ... kamu tetap harus di depan ... aku akan
siap mendampingimu menjaga mereka sampai pada kehidupan yang sesungguhnya bagi
mereka di kemudian hari, inshaa Allah. Ku
mohonkan keikhlasanmu, atas apa yang aku lakukan yang tak lain kuniatkan untuk
kebaikan kita semua.
Alhamdulillaah, rutinitas shalat berjamaah kita menjadi lebih indah dan
berwarna dengan ketiga malaikat kecil kita. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya
dalam proses belajar ini. Indahnya shalat berjamaah di rumah yang jadi
cita-citaku yang ingin ku titipkan pada anak-anak kita sebagai kenang-kenangan
indah masa kecil mereka yang kelak akan mereka wariskan pula pada anak-anak
keturunan mereka. Hmmm indahnya J
Alhamdulillah bacaan surat pendek Ayah setelah al-Fatihah di setiap shalat
berjamaah kita sudah lebih bervariasi sekarang, lebih baik lagi, tambah lagi
koleksinya dan perbaiki tajwidnya ya Ayah sayang. Baca al-Qurannya juga harus
lebih konsisten, harus lebih serius. Bukan untuk aku bukan atau karena aku,
tapi karena Allah, untuk Allah. Yang pada hakikatnya untuk Ayah sendiri, untuk
anak-anak Ayah.. Maaf kalau sekarang konsentrasiku beralih pada ketiga buah
hati kita. Saatnya memang kita fokus pada mereka sekarang dan aku tak mau
sendirian menuntun mereka, aku mau Ayah ada di sana. Seperti seharusnya,
mengayomi kami. Sssst tahukah Ayah ketiga permata hati kita itu sesungguhnya adalah guru kita, merekalah yang mengajari kita untuk menjadi orang tua yang lebih
baik dan lebih baik ...Merekalah yang meneguhkan kita untuk selalu menguatkan
diri di jalan ini.
Yuuk bareng-bareng kita yah, supaya semangat terus. Jalan masih panjang,
anak-anak butuh pendamping yang kuat lahir dan bathin... mereka butuh kita
berdua untuk menjaga dan mengawal kehidupan mereka sampai akhirnya bisa kita
lepaskan. Tidak ada yang tidak mungkin, Ayah pasti bisa kalau Ayah mau...iniiih
aku selalu siap mensupport ... as always *kedipinmata
Di atas semua itu aku mohon maaf jika dalam delapan tahun kebersamaan kita,
banyaaak, banyaaak salah dan khilafku pada Ayah... mohon keridhoan dan
keikhlashannya atas setiap tindakanku yang mungkin melukai hatimu... tidaklah
aku bisa berbahagia dengan menyakiti hati Ayah...:)
With Love,
*Genggam tanganku dan mari kita menguatkan diri untuk konsisten memperbaiki
diri dalam mengarungi bahtera ini menujuNya...
PS: Surat cinta ini telah dibaca sang penerima dan mendapat approval untuk
di-publish;
mamacihh Ayahhh *^-^
Waah, senang me-review masjid y? keren.
ReplyDeleteMampir juga ke blog-blogku ya :)
Salam.
waah commentnya kayaknya salah kamar ya mak...
Deletebtw sy sudah mampir lhoo ke b;og-b;ognya sekaligus ninggalin jejak.
bagus mak blog2nyaa
majasih maak
Aih, cantik dan cakep ya putra putrinya Mba. Pengin cubit pipi dedek Paksi :)
ReplyDeleteSemoga bahtera keluarga Mba selalu dalam lindungan Allah SWT ya, sehingga terus berjalan sesuai arah yang telah ditetapkanNya. Aamiin.
alhamdulillaah, makasih mbak, klo kata ortunya yaa anak2nya yg paling cantik dan cakep ya mba...boleh tuuh dicubit sayang tapi yaaa
DeleteAmiin untuk do'anya... Amiin ya Rabb