Sesi pagi sesuai
jadwal kami studi visit di dua health center.
Tempat yang pertama adalah sebuah rumah perawatan orang-orang usia
lanjut atau semacam panti jompo. Yin Ling Nursing Home for elderly people. Dari
sisi fisik, gedung, dan fasilitas dari Nursing home sangat luar biasa demikian
pula dari sisi pelayanan dan jasa kesehatannya. Di home center ini tersedia sekitar 260 (mudah-mudahan tidak salah tangkap :D) tempat tidur untuk para usia lanjut mulai usia 65 tahun sampai di atas 100
tahun. Setiap lantai menyediakan kamar-kamar yang terdiri dari kamar 1
tempat tidur, 2 tempat tidur, 3 tempat tidur dan 4 tempat tidur sesuai harga
kamar.
Harga untuk kamar 1 tempat tidur sekitar 3.000 RMB/bulan termasuk berbagai macam perawatan tapi tidak termasuk makanan. Cukup mahal, jika dikonversi ke rupiah harganya setara hampir 6 juta rupiah perbulan. Waah setara beberapa apartemen kelas menengah di Jakarta ya. Tapi memang harga ini sesuai fasilitas yang ada. Memang harga properti amat sangat mahal di Beijing.
Untuk apartemen seluas 45m2, teman saya harus mengeluarkan uang sebesar sekitar 6 miliar rupiah. Itulah mengapa pada malam hari Beijing realtif sangat sepi karena penghuni pada siang hari banyak yang kembali ke rumah mereka yang letaknya cukup jauh di luar Beijing, persis seperti Jakarta. Karenanya pemerintah sangat serius menangani transportasi publik yang menghubungkan Beijing dengan kota-kota di sekitarnya.
Harga untuk kamar 1 tempat tidur sekitar 3.000 RMB/bulan termasuk berbagai macam perawatan tapi tidak termasuk makanan. Cukup mahal, jika dikonversi ke rupiah harganya setara hampir 6 juta rupiah perbulan. Waah setara beberapa apartemen kelas menengah di Jakarta ya. Tapi memang harga ini sesuai fasilitas yang ada. Memang harga properti amat sangat mahal di Beijing.
Untuk apartemen seluas 45m2, teman saya harus mengeluarkan uang sebesar sekitar 6 miliar rupiah. Itulah mengapa pada malam hari Beijing realtif sangat sepi karena penghuni pada siang hari banyak yang kembali ke rumah mereka yang letaknya cukup jauh di luar Beijing, persis seperti Jakarta. Karenanya pemerintah sangat serius menangani transportasi publik yang menghubungkan Beijing dengan kota-kota di sekitarnya.
Setiap lantai dilengkapi dengan “Nursing & Care”, ada dokter dan perawat jaga yang siap sedia memberikan pelayanan di setipa lantai selama 24 jam. Di setiap lantai tersedia “activity area”, di mana para usia lanjut ini bisa melakukan berbagai aktifitas di area ini. Mereka bisa membaca, bermain Mahyong, Menggambar, melukis membuat kerajinan tangan atau sekedar mengobrol dengan sesama mereka.
Selain itu khusus di lantai tiga terdapat hall besar, yang bisa juga dilihat dari lantai 4 dan 5. Hall ini merupakan tempat berkumpul para usia lanjut untuk melakukan olahraga atau senam, psikologi sharing dan berbagai aktivitas group. Kami juga melihat fasilitas gym khusus untuk para manula dengan permasalahan tertentu dan didampingi oleh pendamping yang terlatih.
Kami sempat diajak untuk bicara pada 2 orang
lanjut usia yang tengah melakukan exercise, satu diantara mengalami masalah di
kaki. Kami menyangka usianya sekitar 70an tahun saja ternyata sudah 97 tahun...
luar biasa dia kelihatan fresh dan happy ternyata dia tak mengidap penyakit
khusus yang lain selain masalah kakinya. Beliau hampir 6 tahun berada di center
ini. Saat ditanya, bagaimana perasaannya
selama tinggal di tempat ini? Dia bilang dia bahagia dan puas dengan fasilitas
dan pelayanan dalam center.
Seorang usia lanjut lainnya bahkan tahun depan masuk ke usia 100 tahun, tak kalah bahagia meskipun tak sesegar rekannya. Di Hall lantai 3, para usia lanjut tengah melakukan exercise ringan dipandu oleh seorang trainer. Beberapa di antaranya sangat antusias mengikuti gerakan trainer, sebagian masih dibantu oleh pendamping, bahkan ada yang hanya duduk di kursi rodanya menyimak saja.
Seorang usia lanjut lainnya bahkan tahun depan masuk ke usia 100 tahun, tak kalah bahagia meskipun tak sesegar rekannya. Di Hall lantai 3, para usia lanjut tengah melakukan exercise ringan dipandu oleh seorang trainer. Beberapa di antaranya sangat antusias mengikuti gerakan trainer, sebagian masih dibantu oleh pendamping, bahkan ada yang hanya duduk di kursi rodanya menyimak saja.
Di lantai satu ada sebuah perpustakaan yang sumpah amat sangat cozy, OMG... kalau perpustakan di kantor saya bisa se-cozy ini, hmmm betah deh berlama-lama di sana *ngayal*. Perpustakaan ini merupakan sumbangan dari salah satu perusahaan.
Di luar geduang terdapat area terbuka, semacam taman dilengakpi dengan fasilitas exercise bagi usia lanjut. Seorang usia lanjut wanita tengah dengan ceria dan gesitnya melakukan gerakan-gerakan ala pesenam profesional. Waah keyen di usia selanjut itu dia bisa mengangkat kakinya hampir 120 derajat ke atas. Hikksss melihat betapa sehat, aktif dan bahagianya para manula tadi saya jujur meninggalkan PR untuk saya pribadi untuk lebih serius menjaga kesehatan dan gaya hidup, termasuk olahraga. Tidak (lagi-lagi) hanya sekedar menjadi resolusi tahunan *keplak*
Kunjungan
berikutanya adalah sebuah health comunity center. Yuetan Community Health Center ini melayani untuk masyarakat sekitar
di wilayah ini dengan jangkauan sekitar radius
4. 000 km2. Yang menarik adalah
mereka menyediakan pratik pengobatan tradisional di sini. Pelayanannya
dilakukan oleh seorang medical practitioner/dokter.
Pengobatan tradisional tersebut seperti aromaterapic medicine, accupunture, traditional massage, coping, penggunaan herbal dan masih banyak lagi. China terkenal sebagai salah satu negara yang kaya dengan praktik pengobatan tradisional. di Indonesia, masih ada pemisahan yang jelas antara pengobatan di rumah sakit dengan dokter dan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional tersebut seperti aromaterapic medicine, accupunture, traditional massage, coping, penggunaan herbal dan masih banyak lagi. China terkenal sebagai salah satu negara yang kaya dengan praktik pengobatan tradisional. di Indonesia, masih ada pemisahan yang jelas antara pengobatan di rumah sakit dengan dokter dan pengobatan tradisional.
The Great Wall of China, - the 'Long Wall of Ten Thousand Li',
Naah sampailah
saya di acara yang paling ditunggu ...
Selesai makan siang dan berganti kostum... disarankan memakai sepatu yang nyaman untuk bisa menaiki
tembok China yang cukup tinggi dan menantang ini, selain itu karena posisinya
di pegunungan alangkah baiknya mengenakan pakaian yang nyaman dan bagi yang tak
bisa bersahabat dengan angin pegunungan sebaiknya mengenakan jacket. Sekitar 1 jam dari Hotel yang ada di pusat
kota Beijing kami melaju menuju arah utara. Tembok China bisa dinikmati dari
beberapa pintu gerbang. Kami masuk dari pintu JUYONGGUON yang ada di utara kota Beijing.
Saya semangat '45 menaiki tangga demi tangga. Jujur saya lupa kalau saya pada dasarnya takut pada ketinggian. Haduuuh *tutupmuka*, iya seumur-umur baru dua kali naik roaler coaster bianglala di Ancol dan sekali-kalinya naik Flying Fox saat Outbond Kantor di Sukabumi. Naik esklator yang curam gitu jujur kalau terpaksa pasti saya pegang erat pengangannya hihihi. Melewati pos pertama saya masih santai. Memasuki tangga-tanga setelah pos pertama yang lumayan curam dan jarak antar tangga yang cukup tinggi membuat saya ngos-ngosan.
Belum terjadi apa-apa sampai tiba di pertengahan tangga memasuki pos kedua saya menengok ke belakang dan haduuuh.... kaki saya langsung gemeteran dan jantung berdebar. Ternyata posisi saya cukup tinggi dan ruang terbuka di belakang saya membuat jantung makin tak karuan. Untung saya segera menyadari kalau saya masih "takut ketinggian", buru-buru saya putuskan berhenti. Setelah agak tenang, saya kemudian turun pelan-pelan. Turun menjadi lebih menantang dan mendebarkan ketimbang saat tadi menaiki tangga-tangga tersebut.
Saya putuskan untuk menikmati great wall dengan mengambil gambar dari berbagai sisi. Saya mengaku kalah dan menahan diri untuk tidak memaksakan diri naik. Mereka yang bisa sampai ke puncak akan mendapatkan gelar ksatria, entah yang dipastikan puncak berada di pos yang mana karena memang tembok ini merupakan benteng yang saling berhubungan dari satu sisi ke sisi yang lain. Ada sertifikatnya lhoo untuk mereka yang lolos menjadi ksatria. Tapi jangan salah, sertifikatnya bisa dibeli kok...ada yang jual di tempat souvenir hahaha.
Tembok besar China dibangun dari abad ke 3 SM sampai abad ke 17 M di batas utara negara China sebagai proyek besar pertahanan militer kerajaan China yang berkuasa, sepanjang lebih dari 20,000 km. Tembok China dimulai sejak bagian timur Shanhaigun di Provinsi Hebei dan berakhir di Jiayungguan di Provinsi Gansu di Timur. Badan utama tembok, jala tapak kuda, tower pengintai, shelter/pos di sepanjang tembok termasuk benteng dan melewati sepanjang dinding.
Untuk souvenir terdapat banyak toko souvenir di sana, sebaiknya tetap mencoba menawar walaupun banyak yang sudah diberi harga pas. Saya memberi beberapa karena memang ada kemungkinan tak bisa membei souvenir di pasar khusus. Sekaligus setidaknya membawa beberapa cendera mata. Yang menarik, ada seorang bapak tua yang menjual lukisan yang bisa berbahasa Indonesia. Sayapun iseng menawar hahaha... saya berhasil menawar sampai 50% dari harga sebuah lukisan dari batu hitam yang diukir dengan paku yang dibentuk sedemikian menggambarkan tembok China.
Peking Duck Dinner & Late Shopping in Night Market
Malam harinya kami diundang oleh duo orang teman Chinese kami, Moon dan Victor (nama bule mereka) untuk makan malam hanya dengan beberapa teman. tiga orang Indonesia, satu orang Cambodia, dan dua orang Bangladesh yang kebetulan satunya membawa isteri sehingga bertiga. Saat hendak berangkat di hotel kami bertemu dengan rombongan penyelenggaran Arne dan isterinya Barbo, Mattias dan Stina... yang ternyata kemudian kami kembali ketemu di Restauran dimana kami akan makan malam. So bergabunglah kami dalam satu meja besar.
Hidangan yang paling recommended menurut yang mentraktir adalah PEKING DUCK... saking terkenalnya kami kemarin sampai kehabisan dan harus menunggu sekitar 45 menit sampai si Royal Duck itu akhirnya bisa kami santap. Kenapa saya namai Royal Duck, karena bebek-bebek peking ini ternyata sangat istimewa, mereka tidak makan sendiri dengan paruhnya, tetapi ada petugas khusus yang menyuapi mereka. Belum lagi pakan khusus untuk mereka juga pastinya berbeda. Sehingga si bebek-bebek tersebut tentunya gembul dan makmur.
Setelah disajikan memang rasanya maknyuuss banget. Saya suka bagian kulitnya yang Crispy dan lumer di mulut, endang martondang. Cara memakannya pun memang agak beda. Bebek ini disajikan sudah diiris-iris tipis, disediakan semacam crepe yang sangat tipis, irisan daging bebek dicelup dalam saos, sedikit saja/secukupnya kemudian diletakkan diatas lembaran crepe tadi, tambahkan irisan daun bawang dan timun, lalu gulung crepe-nya dan rasakan sensasinya di mulut. Hmmm Yummmy...ini dia penampakannya.
Selesai makan, Victor dan Moon mengajak kami melihat sebuah pasar malam yang terletak di sebuah gang yang sangat terkenal, naik subway dekat restaurant (line 4) dan hanya dua stop setelah itu. Suasana sangat cozy... banyak pedagang kaki lima di sepanjang gang, di kanan kiri jalan berjejer toko-toko, bar, restaurant dan tempat-tempat nongkrong. Ahhh... sayang kami memang saat itu punya waktu terbatas karena subway hanya tersedia sampai pukul 11.
Sayapun hanya membeli beberapa pernak pernik kecil di pedagang kaki lima yang sebetulnya harganya lebih ramah ketimbang kalau kita beli di tempat wisata. Untuk beberapa item yang dijual ditoko tentu kualitas dan harganya berbeda. Tepat sekitar pukul 11.00 malam.. kami buru-buru kembali ke subway stasiun, kembali ke hotel dan bersiap untuk acara esok pagi. Hari yang sangat melelahkan, tapi jujur saya sangat menikmati hari ini.
Jangan lupa, ikuti kelanjutan Beijing Trip Part 5 yaa
Saya semangat '45 menaiki tangga demi tangga. Jujur saya lupa kalau saya pada dasarnya takut pada ketinggian. Haduuuh *tutupmuka*, iya seumur-umur baru dua kali naik roaler coaster bianglala di Ancol dan sekali-kalinya naik Flying Fox saat Outbond Kantor di Sukabumi. Naik esklator yang curam gitu jujur kalau terpaksa pasti saya pegang erat pengangannya hihihi. Melewati pos pertama saya masih santai. Memasuki tangga-tanga setelah pos pertama yang lumayan curam dan jarak antar tangga yang cukup tinggi membuat saya ngos-ngosan.
Belum terjadi apa-apa sampai tiba di pertengahan tangga memasuki pos kedua saya menengok ke belakang dan haduuuh.... kaki saya langsung gemeteran dan jantung berdebar. Ternyata posisi saya cukup tinggi dan ruang terbuka di belakang saya membuat jantung makin tak karuan. Untung saya segera menyadari kalau saya masih "takut ketinggian", buru-buru saya putuskan berhenti. Setelah agak tenang, saya kemudian turun pelan-pelan. Turun menjadi lebih menantang dan mendebarkan ketimbang saat tadi menaiki tangga-tangga tersebut.
Saya putuskan untuk menikmati great wall dengan mengambil gambar dari berbagai sisi. Saya mengaku kalah dan menahan diri untuk tidak memaksakan diri naik. Mereka yang bisa sampai ke puncak akan mendapatkan gelar ksatria, entah yang dipastikan puncak berada di pos yang mana karena memang tembok ini merupakan benteng yang saling berhubungan dari satu sisi ke sisi yang lain. Ada sertifikatnya lhoo untuk mereka yang lolos menjadi ksatria. Tapi jangan salah, sertifikatnya bisa dibeli kok...ada yang jual di tempat souvenir hahaha.
Tembok besar China dibangun dari abad ke 3 SM sampai abad ke 17 M di batas utara negara China sebagai proyek besar pertahanan militer kerajaan China yang berkuasa, sepanjang lebih dari 20,000 km. Tembok China dimulai sejak bagian timur Shanhaigun di Provinsi Hebei dan berakhir di Jiayungguan di Provinsi Gansu di Timur. Badan utama tembok, jala tapak kuda, tower pengintai, shelter/pos di sepanjang tembok termasuk benteng dan melewati sepanjang dinding.
Untuk souvenir terdapat banyak toko souvenir di sana, sebaiknya tetap mencoba menawar walaupun banyak yang sudah diberi harga pas. Saya memberi beberapa karena memang ada kemungkinan tak bisa membei souvenir di pasar khusus. Sekaligus setidaknya membawa beberapa cendera mata. Yang menarik, ada seorang bapak tua yang menjual lukisan yang bisa berbahasa Indonesia. Sayapun iseng menawar hahaha... saya berhasil menawar sampai 50% dari harga sebuah lukisan dari batu hitam yang diukir dengan paku yang dibentuk sedemikian menggambarkan tembok China.
Peking Duck Dinner & Late Shopping in Night Market
Malam harinya kami diundang oleh duo orang teman Chinese kami, Moon dan Victor (nama bule mereka) untuk makan malam hanya dengan beberapa teman. tiga orang Indonesia, satu orang Cambodia, dan dua orang Bangladesh yang kebetulan satunya membawa isteri sehingga bertiga. Saat hendak berangkat di hotel kami bertemu dengan rombongan penyelenggaran Arne dan isterinya Barbo, Mattias dan Stina... yang ternyata kemudian kami kembali ketemu di Restauran dimana kami akan makan malam. So bergabunglah kami dalam satu meja besar.
Hidangan yang paling recommended menurut yang mentraktir adalah PEKING DUCK... saking terkenalnya kami kemarin sampai kehabisan dan harus menunggu sekitar 45 menit sampai si Royal Duck itu akhirnya bisa kami santap. Kenapa saya namai Royal Duck, karena bebek-bebek peking ini ternyata sangat istimewa, mereka tidak makan sendiri dengan paruhnya, tetapi ada petugas khusus yang menyuapi mereka. Belum lagi pakan khusus untuk mereka juga pastinya berbeda. Sehingga si bebek-bebek tersebut tentunya gembul dan makmur.
Setelah disajikan memang rasanya maknyuuss banget. Saya suka bagian kulitnya yang Crispy dan lumer di mulut, endang martondang. Cara memakannya pun memang agak beda. Bebek ini disajikan sudah diiris-iris tipis, disediakan semacam crepe yang sangat tipis, irisan daging bebek dicelup dalam saos, sedikit saja/secukupnya kemudian diletakkan diatas lembaran crepe tadi, tambahkan irisan daun bawang dan timun, lalu gulung crepe-nya dan rasakan sensasinya di mulut. Hmmm Yummmy...ini dia penampakannya.
Selesai makan, Victor dan Moon mengajak kami melihat sebuah pasar malam yang terletak di sebuah gang yang sangat terkenal, naik subway dekat restaurant (line 4) dan hanya dua stop setelah itu. Suasana sangat cozy... banyak pedagang kaki lima di sepanjang gang, di kanan kiri jalan berjejer toko-toko, bar, restaurant dan tempat-tempat nongkrong. Ahhh... sayang kami memang saat itu punya waktu terbatas karena subway hanya tersedia sampai pukul 11.
Sayapun hanya membeli beberapa pernak pernik kecil di pedagang kaki lima yang sebetulnya harganya lebih ramah ketimbang kalau kita beli di tempat wisata. Untuk beberapa item yang dijual ditoko tentu kualitas dan harganya berbeda. Tepat sekitar pukul 11.00 malam.. kami buru-buru kembali ke subway stasiun, kembali ke hotel dan bersiap untuk acara esok pagi. Hari yang sangat melelahkan, tapi jujur saya sangat menikmati hari ini.
Jangan lupa, ikuti kelanjutan Beijing Trip Part 5 yaa
Tos mbak...sama2 takut ketinggian hehehe, ini bikin penasaran banget apalagi bisa naik dari beberapa sisi. Kalau ke sini dan mau naik sampai atas kayaknya kudu ramean biar nggak takut hehehe. Bebek peking......endeus banget pasti apalagi makan langsung di sana...nom...nom...
ReplyDeletehihi iyaa...
Delete