Persahabatan tuh tak mengenal RAS dan suku bangsa. Saya sepakat sekali, jadi ceritanya saya lagi kangen banget sama salah satu sahabat baru saya ini. Baru karena memang kalau dari hitungan waktu kami saling mengenal belum lama. Tapi, saya merasa chemistry kita berdua tuh "ketemu", dan saya rasa sih "we are more than just friend", dalam artian kami lebih dari sekedar berteman karena secara "kimiawi" tadi kami merasa saling dekat satu sama lain meskipun nyatanya setelah kebersamaan selama satu bulan di negeri orang. Bukan di Indonesia juga bukan di Korea Utara. Kami belum pernah bertatap muka secara langsung lagi.
Kami berada di tempat yang sangat berjauhan ribuan kilometer, lebih parahnya sangat sulit untuk bisa berkomunikasi. Repotnya saya gak bisa komunikasi anytime saya mau, iya saya bisa kirim email, tapi ya harus sabar karena gak tahu kapan dia bisa membalas email saya. pastinya menunggu saat dia sedang tour of duty keluar negeri. Sesuatu yang di zaman serba global dan canggih ini seharusnya bukan menjadi halangan, namun ternyata tidak demikian halnya dalam hubungan dan komunikasi dengan penduduk negara yang satu itu.
The Democratic People's Republic of Korea, begitu nama official negara ini, DPR Korea. Negara tertutup, begitu kesan dunia pada negara ini. Hanya secuil informasi saja yang bisa saya peroleh tentang negara ini, yang mostly ceritanya bernada negatif. Otoritarian pemimpin negara komunis sosialis ini yang banyak kita temukan di media. Betapa tertutupnya negara ini terhadap dunia luar. Ketatnya aturan menyangkut kebebasan informasi dan berpendapat, ketat?? Ah bahkan tak ada kebebasan itu. Sistem pemerintahan yang sangat sentralistik dan "pemujaan" terhadap presidennya atau senjata nuklir...Ah tapi wajah seram dan mengerikan tentang Negara Korea Utara itu, tak saya temukan pada sosok, Wong Sim Kang.
Kang, begitu dia biasa kami panggil, adalah sosok gadis muda yang sangat lembut, pendiam dan agak pemalu pada awalnya, memberi kesan dingin yang ternyata salah besar. Sosok lembut dan cantik ini ternyata sangat manis, ceria, ramah, hangat, dan terbuka pada saya. Saya pikir dia introvet, hmm bisa jadi basically dia pribadi yang introvet, yang ini bukan tanpa dasar ya, karena kami mendapat satu sesi khusus seputar pengenalan kepribadian dan pengembangan potensi diri. Tapi kedekatan kami yang berawal dari suatu training internasional di Stockholm itu kemudian membuat dia mau lebih terbuka pada saya.
Kami satu group (Group 5) saat itu, 5 peserta dari Indonesia, Bangladesh, Myanmar, Cambodia dan North Korea, 3 orang dari kami kemudian menjadi sangat dekat. Seperti keluarga baru... saya sih menganggap mereka berdua Kang dan Veasna (pemuda dari Cambodia) memang layaknya adik-adik saya. Hmm mereka sempat kaget dan tak percaya saat saya bilang saya sudah emak-emak dengan 3 anak hihihi, "really? You look so girly..." Aihhh emang sih awet muda ane *ditimpuksapu* usia mereka berdua beberapa tahun lebih muda dan dua-duanya single. Pemuda Cambodia ini bahkan jauh lebih muda dari kami, usianya masih di bawah 30tahun...
Entahlah, naluri ke-emak-an saya menangkap sejak awal kami dipertemukan dan dipersatukan dalam satu grup, saya merasa ada yang berbeda dari tatapan sang pemuda saat melihat pemudi cantik nan lembut sahabat saya ini. Ternyata pada akhirnya saya benar, karena memang kemudian terbukti dia memiliki rasa special pada gadis bermata sipit dengan pipi ranum memerah saat merasa malu ini.
Saya berani bilang bahwa persahabatan kami yang sebulan itu sungguh
memberi warna bagi kehidupan kami masing-masing. Kami dekat tak sekedar
urusan materi training atau sharing soal change project masing-masing.
Kami mengenal lebih jauh, latar belakang, keluarga dan pekerjaan kami.
Mereka berdua familiar dengan cerita tentang 3 krucils saya.
Mereka berdua (Kang dan Veasna) menurut saya sangat cocok, mereka sama-sama penyuka anjing dan memiliki
binatang peliharaan itu sebagai best friend mereka. Sama-sama baik hati.
Sama-sama penyanyang. Itulah kenapa kemudian ketika Veasna menceritakan
perasaannya, saya bilang saya akan membantu menghubungkannya dengan
Kang. "Naluri Mak Comblang" saya serasa tertantang hihihi.
Kami sering jalan bareng, entah memang hanya bertiga atau dengan
beberapa teman lainnya dari Indonesia, North Korea dan Cambodia. Menikmati
Stockholm di senja dan malam hari yang dingin usai jam training
berakhir. Mencari makan malam, selera kami sebagai orang Asia relatif
sama sehingga kami sering makan bersama dan sharing menu, syaratnya "No
Pork". Mereka mengerti dan menerima keberatan saya soal menu satu ini.
Let's choose chicken, beef or vegies...Ophi, don't worry you may eat
them as well. it's safe Selesai makan kami berhitung, hihihi
*patungan*. Maklum allowance kami memang tak besar. Terbatas untuk
beberapa kali lunch atau dinner yang tidak disediakan panitia (free
individual luch/dinner).
Kami bahkan sering kumpul di salah satu kamar, lalu membuat pesta. Jangan bayangkan pesta besar yaa... Pestanya ya makan-makan hihihi makan mie instant. "Noodle Party", hampir semua dari kami ternyata membawa bekal makanan satu ini, kami saling berbagi. Selain instant noodle tadi, masing menyumbang bekal makanan khas dari negara masing-masing. Kang bawa Kimchi saya sih kebetulan bawa dendeng kering dan oreg tempe kering.
Bukan hanya sekali, kami kerap ngumpul di salah satu kamar, bahkan saat
kami di Hasslehom, Veasna bela-belain keluar di cuaca dingin malem itu,
membeli nasi dan lauk di sebuah restaurant Vietnam dan mengundang kami
makan di kamarnya, digabung dengan bawaan masing-masing kami.
Bercengkarama, bercanda haha hihi, tak terasa membunuh waktu.
Menghangatkan dinginya eropa utara di malam hari.
Cerita dan obrolan kamipun seputar hal-hal keseharian yang kami alami. Tak ada tema serius macam politik atau sejenisnya.
Bahkan gadis lembut itu ternyata bisa ngocol dan tidak malu melawak di
antara kami. Biasanya ini bagiannya saya dan Mbak Kris temen Indonesia
juga. Saya ingat sekali, Kang cerita tentang anekdot lucu versi Korut
tentang calon menantu dan mertua.
Menurut Kang, laki-laki Korea Utara itu kebanyakan perokok berat dan peminum. Meskipun kedua hal tersebut merupakan kebiasaan buruk namun tampak tidak "keren" jika mereka tidak merokok dan minum. Namun demikian sebagai ayah yang baik, biasanya para orangtua tetap ingin mendapatkan calon suami yang baik bukan perokok dan peminum bagi putrinya. Al kisah ada calon mertua sebenarnya sejak awal tak suka dan kurang sreg dengan calon menantu. Padahal selain pria ini pilihan putrinya, dia juga bukan perokok dan peminum. Namun, dengan berbagai alasan sang calon mertua berusaha menjegalnya. Terutama dengan kedua alasan tadi. "Aah jadi kamu tidak merokok dan minum??? Ah... Saya tidak yakin dan meragukan kelaki-lakian kamu kalau tidak merokok dan minum, kamu tidak cocok menjadi suami anak saya". Kira-kira begitulah endingnya. Cara Kang membawakan cerita tersebut membuat kami terbahak-bahak, karena banyak campur aduk dengan bahasa "tarzan"...tapi inti ceritanya yaa seperti tadi itu hihihi
Menurut Kang, laki-laki Korea Utara itu kebanyakan perokok berat dan peminum. Meskipun kedua hal tersebut merupakan kebiasaan buruk namun tampak tidak "keren" jika mereka tidak merokok dan minum. Namun demikian sebagai ayah yang baik, biasanya para orangtua tetap ingin mendapatkan calon suami yang baik bukan perokok dan peminum bagi putrinya. Al kisah ada calon mertua sebenarnya sejak awal tak suka dan kurang sreg dengan calon menantu. Padahal selain pria ini pilihan putrinya, dia juga bukan perokok dan peminum. Namun, dengan berbagai alasan sang calon mertua berusaha menjegalnya. Terutama dengan kedua alasan tadi. "Aah jadi kamu tidak merokok dan minum??? Ah... Saya tidak yakin dan meragukan kelaki-lakian kamu kalau tidak merokok dan minum, kamu tidak cocok menjadi suami anak saya". Kira-kira begitulah endingnya. Cara Kang membawakan cerita tersebut membuat kami terbahak-bahak, karena banyak campur aduk dengan bahasa "tarzan"...tapi inti ceritanya yaa seperti tadi itu hihihi
Kami juga membahas harga seekor babi, di Korea Utara babi diternakkan dan tentu menjadi pemasok daging utama. Sayangnya karena mudah perawatannya, kadang-kadang mereka diabaikan. Saat musim semi, panas, dan gugur mereka gemuk-gemuk tapi di akhir musim dingin kemudian mereka akan kurus karena kesulitan pakan dan malasnya pemilik ternak merawat mereka mengingat dinginnya cuaca. Lain waktu Kang memang pernah email ke saya menanyakan infromasi untuk menjajaki kemungkinan import soyabean dregs dari Indonesia untuk pakan babi. Sayangnya saya tak punya informasi memadai soal ini.
Lain lagi cerita babi dari Cambodia. Besarnya nilai
lamaran/mahar dari seorang pemuda cambodia untuk calon isterinya
setidaknya harus senilai minimal seekor babi yang gemuk. Harga babi
dewasa yang gemuk dan siap dipotong juga cukup mahal, karena semakin
jarang orang memelihara babi, kecuali di daerah terpencil. Nilai mahar
ini diukur dari harga babi karena pada dasarnya, minimal keluarga
mempelai yang mengadakan pesta menghidangkan berbagai masakan dari
daging babi sebagai menu utama.
Di desa-desa, bahkan babi menjadi barang yang dikirimkan mempelai pria kepada mempelai wanita. Kami kemudian ramai-ramai menyarankan agar Veasna membeli anak babi yang harganya masih murah, untuk kemudian dipelihara sendiri dan seteleh besar dan gemuk dijadikan modal lamaran. *hahahaha* wajah putih Veasna tampak merah padam mendengar gurauan kami.
Di desa-desa, bahkan babi menjadi barang yang dikirimkan mempelai pria kepada mempelai wanita. Kami kemudian ramai-ramai menyarankan agar Veasna membeli anak babi yang harganya masih murah, untuk kemudian dipelihara sendiri dan seteleh besar dan gemuk dijadikan modal lamaran. *hahahaha* wajah putih Veasna tampak merah padam mendengar gurauan kami.
Sebetulnya bukan tidak pernah saya mengajak bicara soal yang agak sensitif tentang politik pada Kang. Dengan gaya saya yang "culun", saya pernah bertanya soal Presidennya. Awalnya saat saya melihat pin yang disematkannya di baju. Pin yang bergambar wajah tersebut ternyata sosok Kim Jong Ill. Iseng saya tanya kenapa dia pakai? Apakah keharusan itu memakainya? Awalnya dia terlihat agak risih mendengar pertanyaan saya. Namun dengan tenang dia menjawab, hal ini merupakan tradisi sebagai bentuk penghormatan kepada sang Presiden.
Hmmm agak terheran-heran dengan ketundukan mereka pada sang Presiden. Klo masih di dalam negeri mereka sih bisa jadi karena takut lalu mereka memasang pin tersebut (pastinya pernah dengar dung bagaimana otoriternya sang Presiden?). Tapi saat di negara lain?lalu mereka tetap patuh? Waah saya jadi salut dengan ketaatan mereka. Saya juga sempat menanyakan soal hubungan mereka dengan negara tetangga terdekatnya yang selama puluhan tahun terlibat perang dingin. Jawaban politis yang keluar dari mulut Kang adalah "mungkin mereka memang tak mau berteman dengan kami karena mereka takut", "takut kenapa?", "iya takut dengan senjata kimia yang kami punya". Untuk soal-soal politik saya tak mau menelusur lebih lanjut.
Pekerjaan kang di komisi investasi dan penanaman modal, membuatnya berkesempatan bisa sering mengunjungi China untuk keperluan tugas. Dalam kesempatan itulah dia ternyata bertemu orang Indonesia -Chinese Indonesian-, dan belajar beberapa kata dan istilah Indonesia. Dia juga bercerita bahwa dia familiar dengan beberapa produk buatan Indonesia seperti mie instan dan produk plastik merek lion star (gapapa kan sebut merek di sini). Dia memuji bahwa produk Indonesia tersebut bagus dan berkualitas. Selain soal anak-anak, Kang juga banyak bertanya soal saya dengan keislaman saya, jilbab saya... dia mengkonfirmasi apakah orang Islam yang sudah menikah dilarang bercerai?bahkan soal polygami... Berapa kali saya harus sholat dalam satu hari dan sejenisnya :)
Dalam kesempatan tugas di China itulah dia baru bisa berhubungan dengan "dunia luar". Dia akan mengirim saya email dan menjelaskan berapa lama dia akan berada di China. Komunikasi kami tersebut lewat sebuah akun email yang dibuatkan Veasna di Stockholm waktu itu. Karena alamat email yang dia punya sebelumnya hanyalah alamat email kantornya. Alamat email yang sama yang digunakan semua orang di kantornya.
Saat ada email masuk untuknya, akan ada bagian yang menyeleksi lalu jika "lolos", maka dia dipanggil untuk membaca dan membalasnya. *tepokjidat* serasa ada di zaman apa yaaa? Saat komunikasi menjadi barang sangat mahal??? China yang lebih maju dan terbuka soal ini memang tak seketat Korea Utara. Meskipun hampir semua media sosial semacam facebook, twitter, blogspot, whatsapp dll di-banned di china, setidaknya masih bisa menggunakan email dan we chat. Satu-satunya aplikasi untuk berbincang yang diperbolehkan adalah we chat.
Selama tugas di China inilah biasanya Kang berkirim kabar via email dengan saya, dia selalu menanyakan kabar anak-anak. Sedangkan saya selalu kepo dengan perkembangan statusnya *hihihi toyor diri sendiri*. Sampai terakhir saat dia tugas di Shanghai bulan Mei lalu, dia masih jomblo. Hmmm padahal selain Veasna yang keliatannya cinta berat *inibahasajadulkayaknya*, ada juga temen cowok Indonesia saya yang ngefans berat sama Cah Ayu (begitu dia menamai Kang) ini. Setiap saya mendapat kabar dari Kang, pasti saya woro-woro pada dua bujangan itu. Hahaha yang satu cinta tak sampai, yang lainnya cinta terpendam *oooh piluuu*.
Iya, di akhir masa training, kemudian memang Veasna menyampaikan
perasaannya dengan cara yang unyu-unyu, tentu setelah saya provokasi
*kompor*, sebuah boneka teddy bear kecil yang dia beli saat kami di
Copenhagen. Waktu itu saya pikir dia beli buat ponakannya :D, dan sebuah
frame dari besi yang unik yang dibelinya di Kosta Boda salah satu pusat industri
kaca di Swedia.
Frame ini membingkai gambar Kang, yang diambilnya dari koran lokal di Hassleholm yang memuat berita tentang kunjungan belajar kami selama seminggu di kota tersebut. Keikutsertaan peserta dari Korea Utara menjadi salah satu berita yang cukup menarik perhatian. Gambar Kang diantara peserta training, cukup jelas terpampang di sana. Tanda cinta yang sangat manis menurut saya, dan saya yang ditugasi sebagai mak comblang untuk menyampaikannya.
Frame ini membingkai gambar Kang, yang diambilnya dari koran lokal di Hassleholm yang memuat berita tentang kunjungan belajar kami selama seminggu di kota tersebut. Keikutsertaan peserta dari Korea Utara menjadi salah satu berita yang cukup menarik perhatian. Gambar Kang diantara peserta training, cukup jelas terpampang di sana. Tanda cinta yang sangat manis menurut saya, dan saya yang ditugasi sebagai mak comblang untuk menyampaikannya.
Mengingat saya sudah juga mencoba
menjajaki, status dan posisi kang yang memang masih single dan
available, pandangan dia dengan pasangan yang lebih muda, atau dengan
pasangan beda negara. Saya pikir Veasna memiliki peluang cukup besar,
terlebih mereka terlihat makin dekat. Veasna yang sangat helpful,
membantu banyak hal terutama kesulitan Kang menghandel "teknologi". Tapi
analisa mak comblang gadungan ini ternyata salah. Jawaban Kang adalah,
"aku terima frame dan fotonya, tapi aku tak suka boneka beruang teddy, buat
anakmu aja phi.."
Nah lhoo, tentu saya bilang saya tidak bisa menerimanya. Gak enak lah sm Veasna. "Sama seperti kamu, Aku juga menganggapnya sebagai adik laki-laki saja phi... Lagi pula pasti nanti jadi heboh di kantorku, ini bisa jadi gosip besar. Aku tak suka dibicarakan, kamu tahulah bagaimana maksudku"... Jyaaaa beginilah repotnya ya, klo urusan privatpun jadi urusan negara hihihi, tak ada kebebasan individu, tak ada ruang privat.
Nah lhoo, tentu saya bilang saya tidak bisa menerimanya. Gak enak lah sm Veasna. "Sama seperti kamu, Aku juga menganggapnya sebagai adik laki-laki saja phi... Lagi pula pasti nanti jadi heboh di kantorku, ini bisa jadi gosip besar. Aku tak suka dibicarakan, kamu tahulah bagaimana maksudku"... Jyaaaa beginilah repotnya ya, klo urusan privatpun jadi urusan negara hihihi, tak ada kebebasan individu, tak ada ruang privat.
Setalah training di Stockholm, seharusnya kami bisa bertemu lagi di Beijing April lalu untuk phase lanjutannya. Regional seminar selama satu minggu, isinya selain workshop adalah presentasi progress change project kami dari masing-masing negara. Sayangnya Kang tidak mengantongi izin sehingga kami tak bisa melepas kangen. Saya sedih dan lumayan kecewa, hmm tapi ada dua orang pemuda yang lebih patah hati karena Kang tak datang... *hmm pastinya bisa ketebak ya*. Sayapun yang sudah menyiapkan oleh-oleh dan kenang-kenangan khusus untuk Kang akhirnya memberikan kepada rekan lain. Ya mosok dibawa pulang lagiii
Terahkhir komunikasi kami lewat email ya bulan Mei lalu saat dia sekitar
3 minggu tugas di Shanghai, saya kaget sekaligus senang seperti
biasanya. Ternyata dia punya kabar gembira karena baru saja dipromosikan
pada jabatan baru. Karena kesibukannya di tempat baru itulah, April
lalu Kang tak diizinkan datang ke regional seminar. Seperti biasanya Kang
menanyakan kabar anak-anak saya, bagaimana kondisi para krucils.
Dia bahkan menanyakan hasil ujian ka Alinga. Oktober tahun lalu Ka Alinga tengah UAS saat saya sedang di Stockholm dan memantaunya lewat skype. Kang masih ingat rupanya. Dia juga bilang sudah menyiapkan sebuah baju traditional anak korea untuk de Paksi. "Hmm simpan saja, semoga suatu hari kita bisa ketemu lagi ya", begitu saya bilang. "Iya saya juga berharap begitu". Saya mengundangnya untuk datang ke Jakarta, karena pasti itu jauh lebih mudah ketimbang saya yang berkunjung ke Phyong Yang. Dia berjanji akan berusaha suatu hari bisa mewujudkan hal tersebut. Semoga semesta mendukung ya Kang...
Dia bahkan menanyakan hasil ujian ka Alinga. Oktober tahun lalu Ka Alinga tengah UAS saat saya sedang di Stockholm dan memantaunya lewat skype. Kang masih ingat rupanya. Dia juga bilang sudah menyiapkan sebuah baju traditional anak korea untuk de Paksi. "Hmm simpan saja, semoga suatu hari kita bisa ketemu lagi ya", begitu saya bilang. "Iya saya juga berharap begitu". Saya mengundangnya untuk datang ke Jakarta, karena pasti itu jauh lebih mudah ketimbang saya yang berkunjung ke Phyong Yang. Dia berjanji akan berusaha suatu hari bisa mewujudkan hal tersebut. Semoga semesta mendukung ya Kang...
Saya teringat dengan puluhan merpati di alun-alun Copenhagen. Saya bilang pada Kang bahwa merpati itu burung yang setia dengan pasangannya dan kelompoknya. Merpati juga symbol persahabatan. Kami sempat memberi makan merpati-merpati tersebut... yang semoga persahabat kita secantik merpati yang tak ingkar janji... meski terpisah jarak dan budaya...
Khamsahamnida for this lovely friendship Kang... Hope to see u again one day *Hugs*
Nice friendship mak..mieinstan? Tetep ya walau di.negeri seberang. Tipsnya dong mak biar awet muda? Hihi
ReplyDeleteiya mak.. kemanapun kita pergi in**mie tetep seleraku hihihi... hahaha awet muda brarti ngaku udah tua ya mak :P
DeleteSaya blm pernh keluar negri..ah asyiknya bisa kesana ya...
ReplyDeletealhamdulillah, semoga ada kesempatan ya mak.. semangat
Deletewaa, di Korut :) sayang banget ya padahal boneka Teddy Bearnya cakep. hehe. semoga persahabatan kian marak meski terpisah jarak.
ReplyDeleteiya mak teddy bearnya lucu n imut hihi... amiin seru bersahabat dengan org2 muda dr berbagai negara
Deletesenang sekali bisa kesana
ReplyDeletealhamdulillah mak
Deletekapan ya saya bisa kesana ^_^
ReplyDeleteamiin, semoga ya
Deletewaww korea benar2 indah yah
ReplyDeleteini picturenya bukan dr kore mak... smuanya lg di stickholm hassleholm dan copenhagen
DeleteCerita persahabatn yang begitu menyentuh
ReplyDeletemakasih mak,... banyak hal yang belum saya ceritakan yang jujur membuat saya berharap kami bisa ketemu lagi...
Deletepersahabatan manis antar negara ini sy berkesan mmg buat saya
ah lucunya. senang bisa mengenal orang dr berbagai latar belakang. yg pasti jadi saling mghormati ya mbak.
ReplyDeleteiya lucu dan seruu...jadi kangen euy...
Deleteiya lucu dan seruu...jadi kangen euy...
Deleteceritanya seru banget Mak Ophi.. suka suka.. :)
ReplyDeleteHahaha iyaa begitulah kenyataannya mak. Makanya kangen banget masa2 ituuuh
DeleteMba Ophi kaya pengalaman yaa..seru banget ini kisahnya, Kang tertutup mungkin nggak yaa memang ada SOP dari negaranya, hhmm seperti apa ya rasanya jadi orang Korea Utara..
ReplyDeleteSenangnya mbaa punya kenangan manis sama teman dari negara lain ya.. :D Aku selalu penasaran sama orang North Korea.. Huah ternyata urusan pribadi pun bisa jd urusan negara.. Masih komunikasi sama Kang mba? Salam yaa dari aku.. hehe.. :)
ReplyDeleteBaca cerita teh Ophi pun aku jadi pengen kenal sama Kang dan berharap dia jadian sama Veasna hihi. Duh email pun segitunya ya diintervensi? Salamin sama Kang ya, Teh kalau email-emailan lagi.
ReplyDeleteNanti, aku bakal datangin korut ini.. Selalu penasaran dgn negaranya.. Aku udh cari banyak info bagaimana masuk ke negara ini, salah satunya hrs lwt tur resmi yg sudah diizinkan oleh pemerintah korut.. Hrg tur lumayan bgt mba. 4rb usd per orang. Dan tour resminya ada di china :D. Tp gpp, aku bakal nabung supaya bs kesana..
ReplyDeleteMertuaku jg prnh cerita, pas masih jd diplomat di korut, orang2 sana memang tertutup ya. Dan tempat2 tertentu slalu dipisah antara org lokal dan org asing.. Sampe segitunya... Antara serem mau krn pemimpinnya yg kejam, tp juga penasaran pgn liat sendiri :)
Seneng ya mbak punya sahabat kek gini wlpun jauh di mata dekat dihati. Jaman kuliah aku jg punya temen deket dr China skr udh balik sono dia paling komunikasi via sosmed gtu deh
ReplyDeleteSemoga persahabatannya langgeng ya mbak Ophi, wah nggak nyangka ya ternyata di Korut semua hak warga dibatasi , sampai sekedar berkirim email aja susah, salam buat 3 krucil mbak.
ReplyDeleteAh, jadi kangen ke Pyongyang lagi. Mahal, tapi. Hehehe.
ReplyDeletenice banget Mak eh Mbak xixixixi eksekusi dong novelnya :)
ReplyDeletembaaaa ophiiii, ternyata aku pernah komen di siniii 2017 :D. prnh bilang kalo aku pgn ke korut, dan 2 thn kemudian bisa tercapai, ya Allah, ga nyangkaaa loh :D. niat itu memang penting yaaaa kalo udh kepengin sesuatu.Sisanya Allah yang wujudkan :) . Terharu baca cerita Kang.. semoga sih suatu saat nanti bisa ketemu lg ya mbaa
ReplyDelete