Sudah baca cerita sebelumnya kan??ada di sini yaa... yuuk lanjut ke perjalanan pertama di Sawarna, menyaksikan matahari terbit di Pantai Legon Pari: Karang Beureum dan Karang Taraje.
petunjuk objek wisata |
Pantai Legon Pari
Pagi buta, selesai sholat subuh, entah semangat apa yang membangunkan kami bahkan sebelum para ojek datang menjemput, kami sudah siap. Para krucils bahkan tak kesulitan bangun, tanpa tangisan pagi. Sempat sarapan roti dan kue-kueh kering dan menyantap pop mie, sekedar isi perut sebelum main air di pantai. Tiga motor ojek, A Heri (anak Pak Mandor) membonceng Ayah dan dek Paksi, Mang Ujang membonceng saya dan Ka Al, Bapak pemilik home stay membonceng Mbah Uti dan Zaha. Here are we go..
petunjuk objek wisata |
Menuju Pantai Legon Pari, berarti mengambil arah ke arah kedatangan kami kemarin. Sebuah plang petunjuk lokasi terpancang di samping sebuah sekolah dasar. Tepat di depan sebuah gang kecil (bukan jalan), selebar sekitar 1 meter saja. Objek Wisata Legon Pari, begitu petunjuknya. Motor masuk ke gang kecil melewati perkampungan rumah penduduk berkelok-kelok. Sampai akhirnya tiba di sebuah jembatan yang menghubungkan sungai/kali yang lumayan besar, sekitar 120 meter lebar sungai.
menuju jembatan |
Menuju jembatan, posisi agak menanjak. Ahhh jujur saya sangat tegang. Jembatan tampak bergoyang-goyang. Motor yang saya kendarai di urutan kedua. Dag dig dug menyaksikan motor pertama yang membawa Mbah uti dan Zaha bergoyang-goyang di tengah jembatan dan akhirnya sampai ke seberang. Hari masih agak gelap saat itu, saya merasa beruntung setidaknya bisa menyembunyikan wajah saya yang pasti pias, pucat karena ketakutan. Saya takut ketinggian, menyebrangi jembatan salah satu hal yang sangat menakutkan buat saya. Sambil memegang erat jaket Mang Ujang, menutup mata dan komat kamit menyebut nama Allah, akhirnya saya bisa bernafas lega saat motor sampai ke ujung jembatan. Kaka Alinga malah tampak kegirangan, seru katanya. Ka Alinga terus menggoda Ibunya yang gemetaran ketakutan.
jembatan goyang |
Jalanan terjal, ini yang agak landai/tidak terlalu curam |
Sampai di sebrang jembatan, uji nyali belum berakhir. Jalanan menanjak yang berkelak kelok. Hmm masih tak mengapa karena jalan berkonblok. Sampai di ujung jalan berkonblok, jantung saya serasa mau copot karena kemudian kami membelah persawahan dengan jalan yang hanya kurang dari satu meter dengan bebatuan yang cukup tajam. Jalan tidak lurus, tapi menanjak ke atas bukit, lalu menurun.. semuanya curam dan berkelok-kelok. Haduuh saya sudah pengen nangis minta turun dari motor. "Pak Ujang, apa saya turun aja dulu Pak, nanti klo sampai atas baru naik lagi".. sumpah saya takut bukan kepalang, takut motor terjatuh atau mundur, di jalanan yang curam dengan bebatuan yang tajam. "Jangan bu, duduk aja bu...pegangan yang kencang".
Motor yang saya kendarai honda beat matic, mungil dan kecil, membuat saya makin ketakutan. Kaka Alinga justru makin girang.. "whuaaa seru buuu," lalu tertawa-tawa menggoda saya. "Gimana bu, seru buu, asiik kan buu, rasanya enak kan bu... manis, asam, asin kan rasanya hihihihi" begitu goda Ka Al. Pak Ujang justru keheranan dan tertawa melihat tingkah Ka Al yang sama sekali tidak ketakutan bahkan menikmati jalur off road tersebut. Sekitar dua puluh menit yang sangat menegangkan,sampailah kami di rimbunnya pepohonan kelapa pertanda pantai sudah di depan mata.
Turun dari motor, kami langsung tertawa-tawa keras, menertawakan ketakutan kami. Mbah Uti yang biasanya jagoan juga tampak pucat ketakutan...*hihihi*. Ayahnya anak-anak juga tak kalah ngeperrr...Waduuuh luar biasa para ojek Sawarna ini. Ahhh sekarang saya paham kenapa ongkos ojek luar biasa mahal. ihhhh itu sih taruhannya nyawa, kalau tidak terbiasa dan tak bernyali baja, pasti tak bisa melewati jalan yang luar biasa menantang tadi, kalau terjatuh atau terpeleset..ihh serem. Motorpun pasti cepet rusak terbentur-bentur batu. Tapi tampaknya mereka sudah terbiasa. "Ah itu biasa bu, kalau habis hujan jalanan lebih parah dan sulit lagi".
Sampai di Legon Pari, mereka menyarankan kami ke sisi lain pantai, Karang Bereum begitu sebutannya. Sekitar 500 meter dengan motor kami diantarkan ke sisi pantai dengan karang-karang yang luar biasa indah. Ternyata kami bukan orang pertama. Ada beberapa pengunjung yang juga sudah siap menyambut matahari terbit di Legon Pari. Karang yang landai di pinggir pantai, kemudian dipercantik dengan karang di bagian tengah... dihempas ombak yang kian meninggi.
Menjelang sunrise |
nelayan pulang melaut |
Ahhh SubhanaAllah cantik sekali, rasanya terbayar sudah ketakutan kami menempuh perjalanan ke Legon Pari. Saya sudah menyiapkan baju ganti untuk kami. Kalau sudah sampai ke sini wajib mandi dan main air deh... supaya puas dan terbayar rasa penasaran. Kalau sekedar photo-photo, kurang afdol *twing2*. Menunggu sang matahari muncul dibalik bukit, kami bersiap-siap berpose menunggu kedatangannya. Satu kata..."awesome..."
Karang beuruem, sebelum sunrise |
Untuk main air, kami disarankan kembali ke pantai tempat kami pertama tiba. Tapi kami memilih menyusuri bibir pantai ketimbang naik ojek. Motor kembali ke tempat kami tiba. Saya dan trio krucils berjalan menyisir pantai, sambil memunguti karang-karang dan kerang di sepanjang jalan. Ayahnya sibuk mengambil gambar. Mbah Uti malah sibuk menelpon, maklum sedari tiba kemarin sore tak ada sinyal simpati. Saat ada sinyal, langsung deh... saya sendiri tak beruntung karena tetap tak dapat sinyal. Tapi sudahlah, justru saya punya alasan untuk tak mengangkat telepon. Mari berlibur dan menikmati indahnya pantai selatan Banten..:) *yuhuuuuu*
Karang Beureum |
Pantai Legon Pari seperti pantai di kawasan Sawarna lainnya, berpasir putih lembut. Saya langsung bermain air dengan Ka Al dan Ka Zaha. Jagoan ganteng, dek Paksi tampak kedinginan karena main ombak di Karang Bereum tadi. Dia enggan bermain air lagi dan memilih main pasir ditemani Mbah Uti. Beberapa kapal nelayan datang membawa ikan hasil pancingan di tengah laut. Mereka baru tiba setelah berangkat menjelang malam. A Heri membeli beberapa ekor, mengikatnya dalam kardus. Menawari kami untuk membeli ikan yang nanti bisa dibakar di warung bapaknya. "Nanti kita beli yang sudah matangnya saja a" . Memang kemudian makan siang kami, adalah ikan bakar yang dibeli Heri dari nelayan di Legon Pari. Ikan yang diperoleh, kebanyakan sejenis ikan tongkol yang disebut Ikan Cengkir, jenis yang sama dengan yang kami santap di Pelabuhan Ratu kemarin.
Sunrise di Legon Pari |
Sayangnya kami tidak bisa ke Karang Taraje... Karang dengan undakan seperti tangga (taraje) itu, ada di sisi kiri Pantai Legon Pari, arah sebaliknya dari Karang Beureum. Air laut sedang pasang dan cukup tinggi. Berbahaya jika memaksakan diri ke Karang Taraje, karena undakan dan jalan menuju karang tertutup air laut yang tengah pasang. Kami cukup mengambil gambar dari jauh.
Karang Taraje dari kejauhan |
Bermain air, pasir dan melawan ombak. Saya dan duo krucils benar-benar menikmati pagi ini. Setelah puas... akhirnya kami membersihkan badan di kamar mandi/toilet yang tersedia. Untungnya pantai ini terhitung sepi sehingga kami sangat menikmati suasananya. Selesai mandi dan berganti pakaian. kami mencari makanan untuk sarapan. Tak banyak pilihan, hanya ada satu warung dan selain makanan dan minuman ringan hanya menyediakan mie rebus dan teh manis. Baiklah, sekedar mengisi perut, mie instan rebus + telor dan teh manis. Anak-anak tetap ingin bermain, ada ayunan dan juga berlarian di sepanjang pantai. Sekitar pukul 9 pagi, kami putuskan melanjutkan perjalanan selanjutnya, ke Gua Lalay.
Ziayudi Fam Were Here, |
Yuhuuuuu seruuuu |
Serunya bermain air |
Ke Gua Lalay... "Kita harus melewati jalan yang sama untuk bisa sampai ke Gua Lalay??" itu pertanyaan pertama saya pada para ojekers... *tutupmata*
Objek Wisata lainnya di Sawarna selain Pantai Legon Pari, ada Gua Lalay, Pantai Tanjung Layar dan Pasir Putih, serta Pantai Gua Langir... untuk mencapai Lokasi bisa diklik informasinya di sini.
Objek Wisata lainnya di Sawarna selain Pantai Legon Pari, ada Gua Lalay, Pantai Tanjung Layar dan Pasir Putih, serta Pantai Gua Langir... untuk mencapai Lokasi bisa diklik informasinya di sini.
jembatan gantungnya kereen yaaaa...smoga bisa beneran ke sanaa.. aamiin
ReplyDeletekeren tapi nyeremin buat saya yang takut ketinggian mak xixixi.. *amiiin*, ikut mendoakan mak
DeleteWah mbak ni suka traveing ya,, keren2 uey t4 yang dikunjungi...
ReplyDeleteKapan ya mbak bsa traveling bawa mbak ??
hai mak.. sy prnh ke karang taraje,duluuuuuu bgt!wkt sy smp :D,jdi pengen ksana lgi...
ReplyDeleteWaah dulu mungkin jauh lebih menantang dan eksotis ya maaak...
Deletewaaaaa ini ssruu banget mbak ophie sunsetnya cantik pantai dan objeknya juga adek'nya menikmati sekali yah suka mbak...semoga saya bisa nyampe sini juga dah aamiin ^-^.9
ReplyDeleteAnak2 suka pantai ki...ngikutin emaknya iniiih
Deletejembatannya keren banget mbak... tapi lebih keren pantainya, aktifitas nelayan bikin pantai lebih hidup...
ReplyDeletehahaha jembatan paling menegangkan yg saya temui hehehe
Deleteiya seru liat nelayan pulang membawa ikan ikan segar
pantai? pengen nyebur deh hihih
ReplyDelete