Suka dengan cantiknya penampakan bunga yang saya pikir berasal dari Belanda ini sejak masa remaja dulu. Gadis kampung kok suka sama tulip...melihatnya saja paling dari gambar sampul buku atau gambar kalender. Menyukai sekaligus memimpikan bisa melihatnya langsung di negara asalnya.
Salah satu buku diary saya zaman SMA yang masih saya simpan sampai sekarang *bukan karena buku ini pemberian spesial dari seseorang juga sih*, sampulnya bergà mbar bunga tulip yang cantik. Saat kuliah S1 saya mendapatkan postcard dari teman senior saya yang sedang fellowship di negeri kincir angin, selain bergambar potongan keju juga bergambar sebatang tulip yang cantik...tulip oh tulip.
Beberapa tahun kemudian saya berada di sebuah taman dengan ribuan bunga tulip berwarna warni, ada yang kuncup, baru merekah dan mekar, lengkap dengan kincir angin dan bule-bule berpakaian tradisional negeri keju tersebut...Bukan di negeri Belanda...tapi di sebuah kota di wilayah Victoria Australia dalam momen Tulip Festival. Saya membeli beberapa tangkai di dalam pot...sesampai di Brunswick Melbourne...taka ada yang bertahan lama...mereka gagal berkembang...entah saya yang salah merawat atau si cantik ini yang terlalu ringkih dan tak bisa beradaptasi.
Saya memang belum bisa menginjakkan kaki di salah satu negeri impian saya, baik tempat tulip ini dikembangbiakkan maupun negeri asalnya si cantik ini. Iya karena ternyata tulip ini asalnya dari Turki, dibawa dicuri dari sana lalu dikembangbiakkan di Belanda. Haishhh ada luka lama nih...dua negara impian saya yang terkait dengan si cantik tulips...yang gagal saya kunjungi karena sesuatu hà l :(...ahh semoga semesta masih mendukung impian saya untuk bisa berkunjung ke sana suatu hari... dengan dari "jalan" yang lain...amiin.
Beberapa bulan lalu seorang rekan memberi informasi confference di Belanda. Sayang hari itu pula dateline memasukkan paper...hiks. Ya sudah...mungkin belum jodoh ya. Saat saya tahu rekan saya justru diterima papernya untuk conference tersebut saya tak melewatkan kesempatan. "Mbaak aku mau bibit tulipnya aja yaaa".
Karena lahan di halaman rumah tak luas, saya menggunakan media pot. Tanah saya gunakan beberapa kantong tanah yang sebelumnya disiapkan Kakung untuk menanam berbagai bibit buah di depan rumah. Ada beberapa kantong yang tak terpakai. Saya keluarkan saya bersihkan dari batu-batu dan sampah non organik yang masih terbawa. Selain itu saya tambahkan pupuk organik yang biasa dijual di penjual tanaman hias.
Untuk satu bibit, satu pot. Ukuran pot saya sesuaikan mengingat menurut petunjuk di packagenya untuk penanaman di lahan langsung, satu bibit ditanam dengan kedalaman x jarak antar tanaman 12 × 10 cm. Bibit tulip yang wujudnya mirip dengan umbi bawang merah/putih itu tampaknyang siap ditanam. Setiap ujungnya menyembul calon tunas. 10 bibit, 10 pot... mudah-mudahan tumbuh subur dan bisa berbunga sebagaimana mestinya. Kalau liah kemasannya...tertulis "mixed color" hmmm berarti berwarna warni nih... Aih can't hardly wait to see those lovely tulips blooming and coloring our days...hope so ;).
Ikut penasaran plus deg deg-an hahaha, moga sukses tumbuh dan berbunga ya mak Ophi ;)
ReplyDeletehihihi amiiin... semoga ya mak...:)
Deleteapakah bsia tulip ditanam di suhu lokal kita? kemaren saya sempet tanem indoor dengan bantuan AC kantor, dan berhasil berbunga. untuk berbagi info aja: http://www.kaskus.co.id/thread/5359dc676c07e7c0088b4816/menanam-tulip-di-daerah-tropis-tangerang---indonesia/
ReplyDelete