Skip to main content

Isteri, The Agent of Change

Membaca Giveaway dari Mak Mugniar saya langsung garuk-garuk kepala padahal gak gatel, haduuuh berat bener nih, "Isteri yang Baik". Eits bukan temanya saja, tapi itu seperti kok sebuah gelar yang ngeri-ngeri sedap gitu..hiks... am I a good one?.

Lalu setengah iseng, saya bertanya pada ayahnya krucils. "Yah isteri yang baik itu menurut ayah kayak gimana sih?". Jujur setelah bertanya begitu sebetulnya saya pengen ngacir karena takut mendengar jawaban si ayah. "Hmmm..." Jiya si ayah pake mikir dulu lagi. Gak tahu kalo yang nanya ini sudah dag dig dug menunggu jawaban. "Isteri yang baik itu, yang bisa membawa perubahan di dalam rumah, perubahan yang baik untuk keluarga." Ahhh ada sedikit kelegaan, atau keGE-ERan yaa??hhihi lalu keisengan saya muncul lagi. "Meskipun dia tidak bisa memasakkan makanan untuk suami dan anak-anaknya setiap hari? tidak bisa menyiapkan baju yang harus suami pakai ke kantor setiap pagi karena sibuk ngurusin krucils?" Aiiih pertanyaannya modus banget yaa.

Ah tapi saya bukan mau membahas percakapan kami. Saya melihat bahwa salah satu saja dari kriteria seorang isteri yang baik memang adalah pengaruh positif yang bisa dibawanya di dalam keluarga. Sebuah perubahan positif yang menggerakkan isi rumah ke arah yang lebih baik. Bukan selalu ia isteri atau ibu yang tinggal di rumah saja, mereka yang berkarir di luar rumahpun kiranya bisa menjadi agen perubahan di keluarga. Salah satu indikatornya adalah perubahan yang positif di dalam keluarga.

Tak setiap wanita seberuntung Khadijah yang memiliki suami sempurna seperti Baginda Rasulullah. Pun tak selalu kita bisa berharap seberuntung Ruqayyah isteri Utsman bin Affan sang saudagar kaya raya nan sholih. Karena ada saat di mana wanita harus bisa menjadi penyeimbang bagi suaminya yang mungkin masih harus juga berjuang menjadi imam dalam keluarganya dan juga berjuang menopang ekonomi keluarga. Peran isteri sebagai pendamping sang imam, laksana seorang agen perubahan. Peran yang tidak yang sepele. Peran yang justru menjadi sangat signifikan dan membutuhkan daya juang yang tidak ringan.

Tak selalu setiap wanita mendapati imamnya sebagai paket sempurna yang sudah siap terbekali diri dalam membimbing keluarga, karena satu dan lain hal. Di sanalah isteri, wanita yang menjadi pendamping hidup dan Ibu bagi anak-anak suaminya mendapatkan amanah yang sungguh besar mendampingi sang imam. Pun jika suami ternyata memang alhamdulillah telah tahu dan mampu menjalankan perannya sebagai imam, peran isteripun tidak kemudian menjadi lebih kecil karenanya. Karena biduk rumah tangga sesungguhnya dijalankan berdua. Karena aktifitas di dalam rumah memang buruh motor penggerak. Jika ada dua kenapa harus berjalan sendiri. Jika ada yang belum tahu arah jalan, mengapa tak menggandeng tangan pasangannya menuju arah yang seharusnya.

Peran sang agen perubahan mungkin terlihat sederhana, tapi sungguh dalam maknanya. Sangat sederhana dan tampak mudah, seperti misalnya mengajarkan dan membiasakan tiga kata ajaib (magic words) di rumah, kata tolong, maaf dan terimakasih. Yang kemudian tanpa disadari telah menjadi tiga kata yang melekat di bibir semua anggota keluarga yang ternyata menghangatkan hubungan dan komunikasi antar keluarga. Hmmm mudah-mudah sulit, bisa mudah bisa sulit. Sekuat apa sang agen perubahan menjalankannya dengan konsisten.

Sesederhana mengingatkan krucils untuk belajar menepati waktu sholatnya lima kali dalam satu hari, dengan sebuah teladan nyata. Bonusnya, rasa haru dan bangga saat menjelang tidur dan sang Ibu sedang "libur"sholat, tiba-tiba si sulung 7 tahun berkata: "Ibu aku kan belum sholat Isya...aku sholat Isya dulu yaa, nanti baru bobo lagi" Ahhh nak semoga engkau menjadi pecinta sholat dan bisa menjadi tauladan juga bagi adik-adikmu. Bonus lainnya, rasa bahagia saat pulang kerja dan waktu Maghrib baru menjelang, para krucils siap di depan pintu dan menyambutnya dengan: "Ibuuu aku cudah colat sama kaka-kaka, aku colatnya pintelll gak becandaa "

Sang agen perubahan, si pencetus dan penjaga aturan "No TV after Maghrib". Meski terdengar sederhana, namun tantangan yang harus dilalui dan konsistensi terhadap aturan yang dibuat sungguh mensyaratkan keteguhan hati. Sang agen perubahan yang ingin melestarikan sholat berjamaah di rumah yang diwarisinya dari sang mendiang ayahandanya. Menularkan dan mengenalkannya di keluarga kecilnya. Menawarkan pada sang Imam keluarga untuk bersama-sama berkomitmen, selama waktu sholat tiba dan kita ada di rumah, kita berjamaah dengan para krucils. Mengenalkan pada krucils keindahan sholat berjamaah. Tak selalu mulus, kadang diakhiri dengan tangisan atau gelak tawa krucils yang belum paham makna khusyuk. Namun perubahan itu terjadi, berjalan dan semoga semakin baik.

Sang agen perubahan, mau berkomitmen menyisihkan waktu istirahatnya sepulang kantor mendengarkan bacaan si gadis 5 tahun yang terbata mengeja kata dan mengeja huruf hijaiyah dalam buku Iqro. Mendengarkan dan memperhatikan bacaan Iqro yang sudah semakin sulit untuk si gadis 7 tahunnya. Bersedia menyisihkan waktu istirahatnya untuk sekedar bercanda, bernyanyi, tertawa berpelukan dengan jagoan 3 tahunnya. Menunjukkan pada sang imam, bahwa selelah apapun saat sampai di rumah jadilah bagian dari kehidupan anak-anakmu. Lambat laun, sang  imam belajar dan mau berbagi menjalani komitmen ini.

Agen perubahan, yang tak bosan membangunkan sang imam agar tak terlewat mendirikan shubuhnya. Agen perubahan yang mengingatkan sang Imam untuk mendahulukan nafkah kepada orangtuanya saat hendak membagi penghasilan bulanannya. Agen perubahan yang mengingatkan jadwal sedekah 2 bulanan dan perubahan-perubahan sederhana lainnya.

Isteri, agen perubahan, dengan segala kekurangan dan kelebihannya membangkitkan semangat positif untuk seluruh anggota keluarga.

Tulisan ini diikutkan Giveaway Istri yang Baik” 

Comments

  1. Istilah yang ...... membuatku berkaca lagi, Mak Ophi: Agent of Change ....

    Terima kasih ya sudah ikutan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama2 mak niar...semoga bermanfaat dan tentu juga membuat saya lagi2 berkaca diri

      Delete
  2. Agen Perubahan. Keren istilahnya, Mbak. :)

    ReplyDelete
  3. Memang peran istri sangatlah penting dalam keluarga, dialah sesungguhnya pensuport utama kesuksesan suami dan anak anaknya. Istri adalah psikolog, financial manager, motivator, dan planner yang handal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah berat yaa peran isteri pak..semoga semua isteri diberi kekuatan untuk bs menajalni peran tersebut dengan amanah yaaa

      Delete
  4. meng amin kan doa mba di atas. hiks, berat tapi harus dijalani..

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.

Popular posts from this blog

Melangitkan Sebuah Rindu Tuk Jadi Tamu di RumahMu

Duh semoga judulnya gak berasa lebay yaa. Tapi mengunjungi Baitullah merupakan satu rindu yang tidak hanya jadi mimpi di kala tidur buat saya. Mendengar orang bercerita tentangnya sering membuat hati saya bergemuruh. Melihatnya di televisi, di timeline medsos, di broadcast wa, atau bahkan jika tanpa sengaja melihatnya sekalipun sering membuat mata saya berkaca, tak jarang lalu ada yang mengalir di sudutnya. Pun ada yang menyentak-nyentak di balik dada. Saya merasakannya sebagai sebuah rindu.

Waspada Bahaya Racun Tomcat! Kenali dan Atasi Dengan Tepat!

Tomcat, keren sebutannya namun sayangnya efek dari racun yang berasal dari cairan tubuhnya baik melalui gigitan atau keluar dari tubuhnya karena dipencet atau terpencet ternyata sangat berbahaya bagi kulit. Sebuah sumber menyebutnya racun cairan Tomcat lima kali lebih kuat dari pada bisa Kobra. Bukan efek mematikan karena masuk dalam peredaran darah tetapi efeknya jika terkena kulit. Memang racun tomcat hanya menyerang kulit. Racun tersebut tidak mematikan walaupun sangat menyakitkan karena zat yang terkandung dalam cairan tomcat  yaitu paederin apabila terkena kulit kita akan menimbulkan gatal atau efek terbakar. 

FOCA Sachima: Cemilan Praktis untuk Keluarga di Segala Suasana

Morning Hectic Kehebohan rutin setiap pagi, -kecuali weekend -, rasanya hampir serupa untuk working mom tanpa asisten yang stay di rumah kayak aku. Apalagi kalau bukan seputar menyiapkan bekal untuk sarapan dan makan siang anak-anak,  plus bekal untuk aku dan suami karena kami juga berangkat kerja. Sesekali aku memang membawa bekal untuk makan siang di kantor.  Yang paling wajib adalah menyiapkan bekal untuk sarapan dan makan siang Ka Alin dan Ka Zaha. Sejak SMP, Dek Paksi menyempatkan sarapan di rumah lalu dibekali makanan ringan saja. Jadilah pagi hari harus jadi waktu yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas negara tersebut. Jujur lumayan PR memikirkan bekal dan menu apa yang harus disiapkan setiap paginya.  Bukan apa-apa karena bekal untuk Ka Alin dan Ka Zaha tuh wajib lengkap sih isinya. Secara mereka berdua berangkat pagi dan tidak sempat sarapan pagi di rumah, artinya sarapannya juga disiapkan di paket bekal yang mereka bawa. Mereka juga pulang petang, ...