Saya menjadi Ibu bagi ketiga krucils saya secara sectio tanpa pernah merasakan kontraksi dan bukaan. Ada stigma negatif terhadap wanita yang bersalin dengan proses section, seolah tak sempurna menjadi wanita dan bergelar Ibu. Terlebih, jika proses sectio dipilih karena alasan vaginal birth konon lebih sakit. Alhmadulillah saya tak pernah berpikir negatif sedemikian. Kalaupun ada yang memilih dengan alasan tersebut, bagi saya manusiawi saja.
Saat hamil anak pertama, tak terpikir akan
melahirkan melalui sectio. Kebetulan saya pertama kali hamil dan melahirkan di
Melbourne. Tenaga kesehatan sangat mendukung proses
melahirkan secara natural. Terlebih untuk kehamilan tanpa masalah berat,
dipastikan diarahkan untuk menjalani vaginal birth, kecuali untuk kasus
khusus. Jadi sectio itu last option...just in emergency case.
Kehamilan pertama alhamdulillah terhitung
tak ada kendala serius. Hanya pada usia 37 minggu harus melakukan ECV (Eternal
Chepalic Version) karena posisi masih sungsang. Tenaga medis memutar arah kepala baby secara manual. prosesnya
hanya beberapa detik. Meskipun mayoritas ECV
selalu sukses namun tetap ada kasus gagal. Untuk kasus gagal ini
biasanya, baby harus langsung dikeluarkan melalui emergency cesarean.
Alhamdulillah sukses, Baby Al mau berputar dan menetap dalam posisi tersebut
sampai waktu kelahirannya.
Namun terkadang kita tak bisa memilih dan
Tuhanlah sang sutradara utama. Saya harus melahirkan secara sectio. Untuk pertama
kalinya, saya menginap di rumah sakit dengan tindakan medis serius. "No dilatation, semoga dalam minggu ini kamu sudah kembali untuk
bersalin. Jika tidak, kamu harus kembali ke rumah sakit 2 minggu lagi untuk
induksi" begitu kira-kira saran
dokter pada kunjungan ke minggu 40. Saya
dan suami mencoba berbagai cara yang disarankan dari berbagai literatur agar
saya bisa konstraksi. Tak ada
konstraksi, mulas, dan pembukaan sampai minggu ke 42.
Tepat 42 minggu, Senin, 24 September 2007 saya diantar suami ke rumah sakit sekitar pukul 09.00. Kami tak membawa
perlengkapan karena hanya cek
persiapan induksi. Saya akan diminta kembali esok harinya saat mulai kontraksi atau mulas. Saat dilakukan CTG (Cardiotocography), ternyata Baby Al mengalami
gawat janin, detak jantungnya
tak karuan. No option, saya harus segera masuk
ruang operasi. Tidak ada perasaan takut. Meski ada rasa hampa namun pikiran saya hanya satu: Tuhan,
selamatkan bayi saya, bagaimanapun jalannya. Kisahnya di sini.
Sembilan bulan usia Baby Al dan masih menggunakan kontrasepsi, saya hamil Baby Zaha. Tepat 1,5 Tahun dari operasi pertama saya
harus ikhlas melakukan sectio kedua. Dokter tak memberi pilihan dan tak mau
mengambil resiko. Alhamdulillah Baby Za lahir sehat. Ceritanya di sini. Saya kembali agak terkaget-kaget ketika usia Zaha baru 1 tahun 9 bulan, saya mendapati diri positif
hamil yang ketiga. Kehamilan Baby Paksi juga alhamdulillah tak ada kendala
serius. Dengan catatan dua kali sectio dan dalam jangka waktu yang berdekatan,
kembali saya tak bisa memilih. 2,5 tahun setelah sectio kedua, saya kembali
berada di meja operasi untuk sectio ketiga. Alhamdulillah Baby Paksi lahir
dengan selamat.
Bagi saya,
vaginal birth atau cesarean birth bukan pilihan. Apapun saya jalani
asalkan bayi-bayi saya terlahir selamat. Entahlah jika proses ini mengurangi “keibuan”
saya, tapi bagi saya Ibu adalah Ibu, bagaimanapun mereka melahirkanmu ke dunia.
Sungguh itu tak mengurangi cintanya padamu, tak sedikitpun.
Hallo mak, saya juga yg melahirkan dengan SC dan sepertinya anak kedua juga akan SC lagi karena itu, pinggang saya sempit, udah morfologi dari sananya jadi mau normal syusah
ReplyDeleteIyaa kadang kita memang gak bisa memilih...tapi apapun insyaAllah itu yg terbaik ya maak
DeleteJujur ya Bi... aku sampai sekarang gagal paham kalau ada stigma demikian. Suwer. Yang penting anak-anak kita lahir dengan selamat kan yaaaa ^_^
ReplyDeleteIyaaa...tugas ibu masih panjang dan perjuangan pertaruhan nyawa tak beda antara sc n vaginal birth
DeleteSetujuuu... Melahirkan normal atau operasi itu bukan pilihan, pilihannya adalah bagaimana agar bayi terlahir selamat, begitupun ibunya. Aku melahirkan 2 x alhamdulillah normal, berharap yg ketiga normal jg. Tp selalu siap utk segala kemungkinan. Sukses maak... :*
ReplyDeleteYup bersyukur bs melahirkan scr natural ya mak...wah mau nambah lagi yaa smoga lancar yaa
DeleteIya mbak, daripada kita memaksa untuk melahirkan normal ternyata berdampak negatif untuk si anak. Ada kasus teman yang bidannya berkeras untuk si ibu melahirkan normal akhirnya si anak menderita keterbelakangan mental karena terlalu lama di jalan lahir sebab tidak ada kontraksi/rasa sakit sama sekali... Wal'iyadzubillah..
ReplyDeleteKalau saya tetap berharap bisa melahirkan normal mak... :)
Semoga sukses GA nya mak...
Mostly sy yakin semua berharap bs natural birth yaa krn memang sebetulnya menurut saya lebih sedikit resikonya. Tp mmh kadang tak bs milih mak...sukses utk lahirannya ya mak
Deletemba.. salam kenal ya..
ReplyDeleteaku juga dua kali sc dan tidak merasakan kontraksi..tapi ya bagi aku itu yg terbaik yg di berikan oleh Allah.. yg penting gmn caranya kita merawat anak kita bukan masalah proses kelahirannya saja.
Yup setuju...itu yg terbaik kita jalani n tugas ibu masih panjang yaa
Deletesaya juga dua anak sectio mak. sebenarnya 3x hamil, yg kedua keguguran,
ReplyDeleteWaah sama ya mak...kemungkinan klo nambah lg 3 dan berhasil harus sectio lagi yaa...tp gpp sing pentings elamat dan sehat
Deletesaya juga 2X sectio mak :)
ReplyDeleteYang penting anak dan emak sehat...:*
ReplyDeletesetuju maak
Deleteyang juga SC semua. Yang penting ibu dan anak sehat dan selamat, ya :)
ReplyDeleteIya mak keke....sing penting sehat dan selamat semua...ibu dan anak.
Deletesaya melahirkan normal, tapi tetap salut sama yang SC karena perjuangannya ga bisa dibilang mudah juga terutama pasca operasi..
ReplyDelete