Photo Credit: Dandiah Care Center |
(Robert Green Ingersoll)
"Marah adalah angin yang memadamkan cahaya lentera yang menerangi pikiran"
Minggu, 4 Agustus 2019 lalu apa sih yang paling berkesan di hari itu? Hmmm mati listrik nasional? Blackout, 4.0? Iya sih... itu mah memorable banget yaa. Kamu pada marah ga? Alhamdulillah saya ga sempet marah tuh. Maklum beberapa minggu ini kesibukan luar biasa menyita lelah lahir bathin lah *jiyaa mulai lebay.
Nah alhamdulillahnya hari minggu itu saya sempetsempetin pijit ke Mba pijit langganan dulu. Lumayan laah mengurangi kelelahan yang cukup menyiksa karena tumpukan rutinitas selama beberapa minggu. Agak riweuh juga terlebih harus menyiapkan anak-anak yang saya ajak nemenin eh nganterin saya untuk ikut workshop di daerah Gajahmada.
Nah alhamdulillahnya hari minggu itu saya sempet
"Boleh ya Ibu ikut workshop. Workshopnya bagus tentang anger management. Jadi biar Ibu ga marah-marah mulu. Kan cocok temanya buat Ibu."
"Ini seminarnya dari kantor bu?"
"Hmm bukan sih."
"blogger yaa...?"
"Hmm..."
"ya udah boleh tapi nanti kita jalan bareng ya bu, main bareng Ibu.."
"iya, insyaAllah ya... Selama Ibu workshop kalian main dulu ya sama Ayah".
Singkat cerita...
Setelah dirayu dan sedikit drama, saya berhasil turun dari mobil dan membuat Dek Paksi luluh dan mau merelakan Ibunya masuk ke dalam Favehotel.
"See you soon ya sayangnya Ibuk."
Workshop dilaksanakan di ruang Anggrek Favehotel Zainul Arifin. Menurut jadwal kegiatan ini dijadwalkan dari pukul 14.30-18.30 sudah termasuk practice. Jadi semacam half day workshop gitu sih. Temanya keren pisan, especially buat saya: Anger Management- Self Healing Therapy. Saat mengajukan izin ke suami dan anak-anak untuk mengikuti workshop ini, saya meyakinkan mereka: "materinya cocok kan buat Ibu?' Naah gak ada yang bisa mengelak. "Ya udah Ibu boleh ikut, tapi ..."
Baiklah ada *Term & Cond* yang harus dipenuhi seperti biasa. Tak apa karena seharusnya memang hari minggu waktunya bareng mereka, setelah kemarin juga saya seharian masih di luar rumah karena tugas kantor.
Baca juga: Di balik Dilema Dinas Luar Kota
Kenapa temanya pas banget?
Well, secara pribadi saya merasa mulai tidak nyaman dengan intensitas saya marah pada lingkaran keluarga terdekat: suami dan anak-anak. Sudah lama sih saya menjadi working mom tanpa support ART yang stay di rumah. Yaah gimana selain susah nyarinya dan gak sedikit masalah yang berpotensi muncul.
Pilihan menggunakan ART yang part time hanya untuk menyetrika baju dan beres-beres rumah merupakan pilihan yang paling realistis. Jadi gitulah.. bukan mau membela diri tapi saya sangat mudah terperangkap pada kelelahan yang seolah tak berujung dan sangat mudah frustasi menghadapinya. Akibatnya, ya gitu, gampang meledak alias ngomel-ngomel, marah-marah.
Makanya saat mendapatkan kesempatan ini saya langsung tertarik. Bukan hanya soal pengelolaan rasa marah atau anger management tapi ada self healing therapy yang menurut saya menarik dan berbeda. Jujur ekspektasi saya memang lebih pada aspek self healing therapy-nya karena persoalan mengelola emosi seperti rasa marah pasti tidak akan selesai dalam satu kali duduk ikut seminar kan?
Nah jika ada sesi di mana saya diajarkan juga bagaiman proses terapi untuk itu pastinya jadi nilai tambah tersendiri bukan?
Penyelenggara workshop ini adalah DANDIAH Care Center, yang ternyata digawangi oleh sepasang suami isteri psikolog. Bapak Dandi Birdy dan Ibu Diah Mahmudah. Keduanya psikolog yang sebelum memiliki care center dan juga HR Consultant, pernah bekerja di perusahaan BUMN & swasta. Care center dan HR consultant ini memang fokus pada psikologi dan sumber daya manusia. Ayah dan Ibu dari 3 orang putra putrri yang membuka biro psikologi karena berangkat dari pengalaman menghadapi masalah psikologi pada putrinya.
Baiklah ada *Term & Cond* yang harus dipenuhi seperti biasa. Tak apa karena seharusnya memang hari minggu waktunya bareng mereka, setelah kemarin juga saya seharian masih di luar rumah karena tugas kantor.
Baca juga: Di balik Dilema Dinas Luar Kota
Kenapa temanya pas banget?
Well, secara pribadi saya merasa mulai tidak nyaman dengan intensitas saya marah pada lingkaran keluarga terdekat: suami dan anak-anak. Sudah lama sih saya menjadi working mom tanpa support ART yang stay di rumah. Yaah gimana selain susah nyarinya dan gak sedikit masalah yang berpotensi muncul.
Pilihan menggunakan ART yang part time hanya untuk menyetrika baju dan beres-beres rumah merupakan pilihan yang paling realistis. Jadi gitulah.. bukan mau membela diri tapi saya sangat mudah terperangkap pada kelelahan yang seolah tak berujung dan sangat mudah frustasi menghadapinya. Akibatnya, ya gitu, gampang meledak alias ngomel-ngomel, marah-marah.
Makanya saat mendapatkan kesempatan ini saya langsung tertarik. Bukan hanya soal pengelolaan rasa marah atau anger management tapi ada self healing therapy yang menurut saya menarik dan berbeda. Jujur ekspektasi saya memang lebih pada aspek self healing therapy-nya karena persoalan mengelola emosi seperti rasa marah pasti tidak akan selesai dalam satu kali duduk ikut seminar kan?
Nah jika ada sesi di mana saya diajarkan juga bagaiman proses terapi untuk itu pastinya jadi nilai tambah tersendiri bukan?
DANDIAH Care Center
Penyelenggara workshop ini adalah DANDIAH Care Center, yang ternyata digawangi oleh sepasang suami isteri psikolog. Bapak Dandi Birdy dan Ibu Diah Mahmudah. Keduanya psikolog yang sebelum memiliki care center dan juga HR Consultant, pernah bekerja di perusahaan BUMN & swasta. Care center dan HR consultant ini memang fokus pada psikologi dan sumber daya manusia. Ayah dan Ibu dari 3 orang putra putrri yang membuka biro psikologi karena berangkat dari pengalaman menghadapi masalah psikologi pada putrinya. photo credit: Dandiah Care Center |
Menarik bahwa dalam menjalankan misinya, "menjadi biro psikologi yang berdakwah dalam kesehatan mental (spiritual dan emosional) untuk mengantarkan generasi Indonesia yang lebih baik" atau dalam konteks keluarga, "mengantarkan keluarga menjadi generasi mukmin berjiwa psychopreneur", Dandiah menjalankannya dengan menerapkan 3 pilar, yakni:
- spiritual parenting: pernikahan adalah ibadah kepada Allah, Allah tempat bergantung dan berharap.
- heart to heart parenting: pernikahan adalah hubungan emosional dari hati ke hati.
- empowering parenting: memberdayakan kekuatan dan fitrah orang tua sebagai pendidik sejati anak-anak.
Anger Management
Nah dalam workshop kali ini, peserta kemudian mendapatkan gambaran tentang anger management beserta contoh kasusnya, kemudian dipaparkan juga terkait dengan teori anger management dan praktik psikoterapi berupa self healing therapy dan teknik relaksasi. Self healing artinya kita bisa melakukan terapi sendiri, lakukan untuk diri sendiri baru kemudian bisa membantu orang lain. Nah untuk therapy yang dilakukan oleh Dandiah ini memang berfokus ada Self Healing Therapy (SEHAT) with DEPTH.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa ragam Self Healing Therapy yakni: Terapi Kognisi meliputi cognitive behaviour therapy, teknik affirmasi dan lain-lain; kemudian ada Terapi Emosi yang meliputi empty chair, emotional imagery therapy, life event review (DEPTH), narrative exposure therapy, self talk, dan lain-lain; Terapi Spiritual meliputi terapi kasih, doa, sedekah, dan lain-lain; serta Terapi Fisik seperti diet berbasis sehat pencernaan dan seimbang hormon.
Anger atau rasa marah merupakan emosi. Emosi merupakan energi yang private dan sah. Emosi juga merupakan energi yang kekal dan tidak bisa dimusnahkan. Itulah mengapa emosi harusnya dialirkan atau dilupakan bukan dialihkan. Karena emosi yang dipendam sesungguhnya akan menabrak hakikat dari emosi itu sendiri. Emosi akan tetap ada dalam jiwa jika tidak dialirkan. Ada hikmah, fungsi, dan kebutuhan dari "terciptanya" rasa marah dan diberikan kepada manusia. Nah bagiamana cara mengekspresikannya itulah yang harus dipelajari.
Baca Juga: Merasa Begitu Lelah? Kamu tidak sendiri Mom
Dari mana munculnya rasa marah?
Rasa marah justru sering muncul dari orang-orang yang berada dalam lingkaran terdekat dengan kita. Pasangan (suami - isteri), anak-anak, orang tua, mertua, kakak- adik. Di luar itu bagi mereka yang bekerja sumber rasa marah bisa muncul dari hubungan kerja, antara karyawan dan atasan, serta sesama rekan kerja.
Emosi yang belum dialirkan akan menyebabkan mental blocking atau tembok kemarahan yang menghalangi hubungan dan komunikasi dengan pihak lain. Mental blocking dapat berwujud sikap marah, kecewa, burn out, sakit hati, terpuruk sepi (loneliness), hampa tidak berdaya, rasa mager, dan sejenisnya. Emosi yang terpendam dan tidak dialirkan dengan baik bahkan dapat menyebabkan psikosomatis seperti maag, vertigo, migrain, allergy, bahkan cancer. Efek emosi tidak hanya pada aspek spikis namun juga mempengaruhi fisik. Karena kekuatan emosi bisa memblok kesehatan fisik.
Kenapa emosi berupa rasa marah harus dikelola atau di-manage? Karena daya tahan tubuh sangat tekait dengan emosi yang sehat. Emosi yang tidak sehat dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun bahkan dalam beberapa kasus psikosomatis bahkan se-level kanker. Pada banyak kasus Breast Cancer misalnya dapat diketahui bahwa kasus ini banyak terkait dengan forgiveness issue (6 dari 10 pengidap kanker). Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa marah-marah meningkatkan resiko serangan jantung 8,5 kali lebih tingga setelah 2 jam marah-marah.
Anger management bukan untuk mengalihkan rasa marah namun mengalirkan rasa marah di tempat yang benar dengan cara yang benar.
Rasa frustasi sebagai akibat dari tidak terpenuhinya apa yang diinginkan menimbulkan kesiapan agresi. Dari sanalah sebetulnya rasa marah berakar. Ibarat bahan bakar, maka rasa frustasi yang disimpan bersama waktu makin penuh dan semakin banyak. Dengan pemantik yang kecil sekalipun seperti korek api yang menyulut bahan bakar yang penuh tersebut, seperti itulah rasa frustasi yang menumpuk dan memupuk rasa marah menjadi sangat rentan untuk meledak bahkan oleh pemantik yang sederhana atau sepele.
photo credit: Dandiah Care Center |
Karena kita butuh memberi waktu kepada diri untuk menyadari sumber frustasi untuk memenuhi kebutuhan diri. Kita perlu menyadari "unfinished business", masa lalu yang mengganggu masa kini baik berupa inner child atau forgiveness issue, dan isu frustasi atau luka batin lainnya. Kasus inner child yang sering ditemukan misalnya "parent way", "sibling rivalry", achievement vs attachment, dan yang paling umum belakang muncul adalah kasus bullying psikis dan fisik. Kasus tema kegelisahan masa kini dan masa lalu antara lain kesehatan termasuk para parent in waiting, masalah finansial seperti hutang, ambisi dan karier, serta masalah pernikahan.
Beberapa kondisi status lowbatt selayaknya bisa kita sadari yang mana setiap orang mungkin berada pada kondisi yang berbeda-beda terkait titik terlemahnya. Ada orang mudah meledak saat dihinggapi rasa lapar, mengantuk, kurang istirahat, lelah, sakit, PMS, atau bagi wanita bisa juga 3 kondisi rentan ini diwaspadai yakni saat mengandung, melahirkan, dan menyusui.
Baca Juga: Having Baby after 40, Yay or Nay
Langkah berikutnya adalah bagaimana kita menyadari kebutuhan aktualisasi diri baik sebagai sosok maskulin maupun feminin melalui trait atau talent mapping.
Mengelola marah sangat penting karena rasa marah sangat manusiawi. Rasa marah diciptakan pasti ada manfaat di dalamnya. Bolehkah kita punya rasa marah? tentu boleh karena marah sebagai bentuk emosi yang merupakan energi yang kekal. Agar tidak merusak (agresi) baik ke diri maupun ke lingkungan, kita harus mengelolanya. Yang diolah atau diasah adalah ekspresi marah atau perilakunya. Emosi berbentuk rasa marah, sedih, takut, cemas, senang, semangat, iri, nayamn, dll. Sedangkan perilaku atau ekspresi emosi wujudnya adalah berteriak, menangis, melotot, memukul, membentak, mencibir, tersenyum, tertawa, dll.
Emosi adalah energi yang kekal dan tidak bisa dimusnahkan, dan bisa berubah bentuk. Kita perlu mengenali emosi dan reaksi emosi. Emosi sifatnya spontan, alamiah, butuh dialirkan, memiliki manfaat, seringkali tidak disadari, dan bersifat individual/subjektif. Namun reaksi emosi sifatnya dapat dikendalikan, dipelajari, ditunda, mengganggu dan membantu, disadari, dan dipengaruhi pendidikan dan budaya.
Tujuan anger management adalah untuk "menurunkan titik didih emosi marah". Kita bisa marah pada tempatnya, dengan kadar tepat, cara tepat dan tepat sasaran. Pada akhirnya pengelolaan rasa marah ditujukan untuk membentuk pribadi asertif. Mereka yang mampu mengekspresikan rasa marah dengan "rasa cantik", cara yang memuliakan martabat diri juga orang lain.
Untuk diketahui ada beberapa type kepribadian yang membentuk pola dalam menyikapi frustasi dan rasa marah. Yakni pribadi pasif, pasif -agresif, agresif, dan asertif. Nah pribadi asertif inilah yang ingin dibentuk lewat proses self healing therapy. Kita perlu mendidik emosi agar mampu menjadi pribadi assertif. Namun ini merupakan proses yang butuh waktu, tidak bisa mendadak.
Untuk diketahui ada beberapa type kepribadian yang membentuk pola dalam menyikapi frustasi dan rasa marah. Yakni pribadi pasif, pasif -agresif, agresif, dan asertif. Nah pribadi asertif inilah yang ingin dibentuk lewat proses self healing therapy. Kita perlu mendidik emosi agar mampu menjadi pribadi assertif. Namun ini merupakan proses yang butuh waktu, tidak bisa mendadak.
IQ seseorang berhenti di usia 25 tahun, namun EQ kita berkembang sepanjang hayat. Sepanjang usia kita memiliki kesempatan untuk menempa dan mengolahnya agar bisa bertumbuh menjadi semakin bijak dan semakin matang.
Baca juga: Mengapa saya Bekerja?
Self healing therapy sebagai cara mengelola rasa marah bukan hanya untuk kasus traumatis di masa lalu namun meringankan gelembung emosi di masa kini juga ke masa depan karena sumber-sumber frustasi di 3 dimensi waktu past, today, and future. Karena hidup kita dipengaruhi oleh masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Anger is the tip of the iceberg.
There is some sort of emotional pain or discomfort that is not getting dealt with directly and is getting turned into anger.Untuk tahapan pelepasan atau pengaliran emosi bisa menggunakan konsep 4A:
- Aware: Sadari dulu kejadian apa yang menyebabkan kita marah, siapa yang terlibat, dan seterusnya.
- Accept: Kita perlu mengakui dan menerima rasa marah tersebut, tidak perlu menyangkal atau denial.
- Allow: Lalu perbolehkan diri kita mengekspresikan rasa marah, mengalirkannya.
- Away: Setelah dialirkan dan disekpresikan kita biarkan rasa marah itu pergi dengan berpasrah dan memaafkan.
Berbaik sangka, syukur, ikhlash, ridha, berpasrah merupakan produk dari hati yang bersih yakni hati yang bisa mengelola emosi negatif dalam hal ini emosi marah. Jiwa yang memiliki emosi positif semakin mudah menyerap nilai-nilai spiritual sehingga akan mampu menyelaraskan antara lisan, perbuatan, pikiran, dan juga hati dalam artian sehat mental.
Salah satu metode therapy, -reframing- misalnya akan sulit diwujudkan jika emosi kita masih tersimpan dan bergejolak. Sehingga tahapan pelepasan merupakan hal yang sangat penting. Lepaskan dan pulihkan dulu sumber luka penyebab emosi negatif agar mampu meraih emosi positif dan menumbuhkan pribadi yang penuh kasih sayang baik kepada diri maupun kepada orang lain.
Pada akhirnya anger manajement bertujuan untuk "self compassion".
Mengapa?
Self compassion is the wisest, smartest version of yourself, whispering to you from the future...
Take care of me
Self care first!
with self compassion, we give ourselves the same kindness and care we'd give to good friend - Dr Kristin Neff
Yang kemudian perlu diketahui adalah 3 prinsip self compassion yakni:
- Self Kindness: Non-judgemental of self
- Mindfulness: Seeing self objectively
- Common Humanity: We all make mistakes
SEHAT with DEPTH (Deep Psych with Tapping Technique)
Setelah paparan tentang apa itu marah, teori anger management, dan mengapa rasa marah perlu dikelola? dan tentu saja dengan contoh-contoh kasus faktual yang pernah ditangani oleh Dandiah Care Center, tibalah kami ke sesi praktik.
Setelah sebelumnya diselingi sesi Ishoma, kami segera akan melakukan praktik self healing therapy dipandu oleh Pak Dandi, Bu Diah, dan Tim Dandiah.
Photo credit: Dandiah Care Center |
Awalnaya kami diminta untuk mengidentifikasi permasalahan kami masing-masing. Gangguan yang sekiranya menjadi masalah pribadi baik dalam bentuk gangguan fisik, emosi negatif masa lalu, masa kini, maupun masa depan seperti yang telah dijelaskan pada sesi pemaparan teori sebelumnya.
Proses terapi sendiri dapat dipilih berdasarkan topik:
- life review therapy
- emotional imagery
- tapping therapy
- surrender therapy
Sesi praktik dilakukan dengan mengubah posisi duduk peserta agar lebih leluasa dan aman. Kami juga diberi plastik hitam dan tissu. Kemudian suasana ruangan dibuat gelap dengan mematikan lampu dalam ruangan.
Baca Juga: Ibu Bekerja Dilarang Sakit
Dengan memejamkan mata kami diminta melakukan "penggambaran kembali" kasus atau kisah yang menyebabkan rasa marah. Kemudian semua peserta diminta mem-verbalkan rasa marah tersebut dengan bebas, menyebutkan nama, meneriakkan rasa marah, dan menumpahkan semuanya, sambil dilakukan tapping di beberapa titik tertentu di bagian tubuh kita dengan ujung 3 jari (telunjuk, jari tengah dan jari manis yang dibuat sejajar).
Lokasi titik tappingnya yakni:
- Sekitar ubun-ubun di kepala
- Pangkal alis
- Bawah mata
- Samping mata
- Bawah hidung di atas mulut (tempat kumis)
- Bawah mulut
- Atas dada kanan/kiri
- Bagian dalam pergelangan tangan
- Bagian luar pergelangan tangan
- Serta menepuk sisi samping telapak tangan
Tapping dilakukan berulang-ulang sambil meluapkan atau mengalirkan rasa marah. Untuk tapping dengan tangan kanan dilakukan pada lokasi titik tapping di bagian badan sisi kiri dan sebaliknya dilakukan berurutan selama beberapa menit secara sekuensial.
Ternyata titik-titik tapping tadi memiliki makna tersendiri. Ada korelasi antara titik somatif dan emosi. Misalnya kepala atau ubun-ubun tadi merupakan titik yang berhubungan dengan tuhan. Pangkal alis menyembuhkan trauma, frustasi, dan kelelahan. Samping mata mengalirkan kemurkaan. Bawah mata mengobati ketakutan, kekhawatiran, fobia, kecewa, sakit hati, tidak berdaya, dan kecanduan. Sementara titik di atas mulut di bawah hidung menyembuhkan kesulitan konsentrasi, rasa malu, dan persoalan psikologis yang dalam.
Pada sesi terapi ini ternyata ada efek yang langsung terasa. Banyak peserta yang kemudian mual dan muntah mengeluarkan cairan asam (bukan muntah yang ada isinya) sebagai efek dari terapi ini. Pantesan semua peserta diberi plastik kantong hitam. Semua peserta juga menangis bahkan banyak yang sampai menjerit dan menumpahkan semua beban dan sesak di dada. Proses mengalirkan ini memang merupakan proses yang harus dilalui guna menumpahkan dan melepaskan rasa marah tadi. berteriak, menjerit, memaki, dan seterusnya.
Nah selain itu memang dimungkinkan muncul efek fisik setelah melakukan terapi ini seperti buang air besar/kecil lebih berbau atau mencret, keringat pahit, tidur lebih nyenyak, dan ada memar di titik sakit, serta pemulihan fisik atau perbaikan sel tubuh yang rusak. Secara psikologis juga ada efek tertentu yang dirasakan seperti pola tidur lebih baik, meningkatnya selera makan, ambang stress menjadi lebih kuat dan pola komunikasi dan relasi lebih baik, tidak sumbu pendek atau mudah marah-marah lagi.
Terapi yang dilakukan sekitar 30-45 menit itu kemudian diakhiri dengan relaksasi. Ditutup dengan memenuhi kembali jiwa dan pikiran dengan rasa syukur, memaafkan, dan memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa. Saya pribadi merasa plong, well setidaknya 70% sudah teralirkan melalui terapi barusan.
Saya juga sempat bertanya kapan kita bisa melakukan self terapi seperti ini. Menurut Pak Dandi dan Bu Diah, terapi seperti ini bisa dilakukan dalam konteks preventif dan kuratif. Selain memang dilakukan untuk tujuan penyembuhan, dilakukan pula untuk pencegahan dan semacam maintenance. Maka kapanpun kita merasa perlu mengalirkan emosi kita bisa melakukannya. Kita mulai dari proses sadari tadi, jika kita sadar kita mulai membutuhkannya kita bisa melakukannya anytime.
Photo Credit: Dandiah Care Center |
Naah selain bisa melakukannya sebagai self healing, untuk kita sebagai orangtua kita bisa melakukannya untuk anak-anak kita. Sayangnya kita tidak bisa melakukannya untuk pasangan atau orang lain.
Jika kita mengikuti paket yang lebih lengkap akan mendapatkan juga materi tentang bagaimana membentuk prinadi yang assertif tadi. tentu sesinya lebih lama, bisa two days sessions.
Jadi gimana mau mencoba ikut workshop seperti ini juga? Manfaat secara psikologis dan fisik bisa kita rasakan terlebih jika kita melakukannya secara rutin.
Naah untuk yang tertarik mencoba bisa cuss langsung ke alamat Dandiah atau bisa juga lewat media sosialnya:
Head Office: Kota Harapan Indah 2 Cluster Taman Puspa Blok HO.6 No.43 Bekasi.
Office: Kompleks Citra Green dago Cluster Greenhill Blok Catalyna No.12A Dago Atas Bandung
IG: dandiah_consultant
FB: Dandiah & Associates HR Consultant
Email: marketing@dandiah.com dandibirdy@dandiah.com
Telp: 021 888 66 849
08121075029
088218295091
Maaakkk.... thanks for sharing this article
ReplyDeleteKeren buanget, karena emang di era jaman now, gampiiill banget buat meledakkk :D
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Self healing atau anger management menurut aku ini penting banget buat semua orang ya. Terlepas apapun profesinya. karena di jaman skrg org serba sibuk, apalagi kalo tinggal di jakarta yang rentan bgt akan stresss... terutama buat aku nih...
ReplyDeleteWaah menarik sekali anger management ini Mbak. Saya juga termasuk ibu yang gak sabaran dan suka marah sama anak anak karena hal-hal kecil. Kayaknya says harus ikut workshopnya nih kapan kapan.
ReplyDeletePenting banget nih mbak ikutan kayak gini....Marah memang reaksi alami ya...tinggal bagaimana memanage biar gak berefek kemana-mana...
ReplyDeleteMenarik juga nih. Kayaknya aku butuh deh. Aku kalau capek pasti cepet marah. Dan lebih banyaknya malah marah ama diri sendiri. Hahaha
ReplyDeleteWah harus dibintangin nih mba biar langsung dipraktekkan, aku juga kurang sabaran walau intensitas marah kini agak berkurang..berusaha santai..
ReplyDeleteBaru denger loh anger management seperti ini. Menarik banget, mungkin bisa juga ya untuk melepaskan beban dan trauma masa lalu. Aku salah berarti, aku kira memendam amarah bisa mengatasi segala nya. Ternyata ga begitu ya.
ReplyDeleteWah kantor nya ada yg di Bandung juga, langsung cus kepoin deh.
Kalau sudH mental blocking ya sudah deh nggak bakalan maju-maju. Pesimis, skeptis dan hal negatif lainnya.
ReplyDeletePenting banget mak punya management emosi seperti ini.. Apalagi menahan marah kan ya moms..
ReplyDeletePas banget saya bacanya, pas lagi kesel baca artikel ini. Saya kadang merasa bersalah karena marah. Tapi efeknya jadi nyalahin diri sendiri. Berarti memang harus diterima ya.. Baru dilepaskan dengan cara yang bijak.. Susah sih, harus rajin berlatih...
ReplyDeleteAku jadi ingat pernah nonton anger management dulu banget..sekitar tahun 2003 kayaknya. Lucuk tapi maknanya dalam. Aku pun dulu tidak bisa mengendalikan amarah dan efeknya gak bagus memang
ReplyDelete3 Pilar Dandiah Care Center keren banget. Jadi pengingat diri. Habis baca ini aku mau cobain tapping untuk mengalirkan amarah. Kayaknya kok nyaman gitu habis tapping.
ReplyDeleteBukan hal yang mudah loh mengontrol marah, butuh latihan dan keiklhasan loh yah, dan itususah. perlu belajar kayak gigi
ReplyDeleteI feel you mba jadi working mom tanpa ART beuh bikin emosyenel banget wkwkk btw metode anger dan tapping ni aku kenal waktu kuliah dulu karena dosenku juga psikolog yang prakteknya persis gini mba :) aku jadi pengen ikutan lagi dan pas tau di Bandung wah makin mudah buat ikutan :)
ReplyDeleteacaranya sangat menarik ini mbak, apalagi buat yang memiliki sumbu pendek alis cepet marah. rencana suami mau ikut acara beginian, saya diajak belum mau tapi menunggu perubahan suami deh hehe
ReplyDeleteOh...office nya ada di Bandung?
ReplyDeleteBisa datang langsung atau butuh bikin appointment dulu, kak?
Self-healing ini aku pernah ikutan dengan metode tapping juga.
Dan harusnya setiap hari di tap yaa...biar release energi-energi negatif dalam diri.
Memang rasa capek bisa memunculkan kemarahan. Kalo aku seiring dengan semakin besarnya anak-anak, sudah mulai berkurang sikap marah-marahnya.
ReplyDelete