Tawakkal, Rezeki, dan Ajal


Materi dasar Islam kali ini mengupas tentang tawakkal, rezeki, dan ajal.

Tawakkal hukumya wajib sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam beberapa ayat berikut:
اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ الَّذِيۡنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتۡ قُلُوۡبُهُمۡ وَاِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ اٰيٰتُهٗ زَادَتۡهُمۡ اِيۡمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُوۡنَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal. (QS Al Anfal:2)
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٥١
Katakanlah, “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dialah Pelindung kami. Hanya kepada Allah kaum Mukmin harus bertawakal.” (QS at-Taubah 51).
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِۦ ۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا 
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.  (QS Al Furqan 58)
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
(Dia-lah) Allah. Tidak ada Sesembahan selain Dia. Hanya kepada Allah, hendaknya kaum Mukmin bertawakal (QS ath-Taghabun13).

Makna Tawakkal

  • Tawakkal hanya kepada Allah
  • Bersandar hanya kepadaNya
  • Mewakilkan segala urusan hanya kepadaNya
  • Menerima segala keputusan yang berasal dariNya

Mengurai Kesalahan Tawakkal

2 Wilayah Kehidupan Manusia
  1. wilayah yang dikuasai manusia: segala pilihan dan usaha di tangan manusa, ada hisab Allah SWT; kesadaran pada akal pengetahuan manusia
  2. wilayah yang menguasai manusia: tidak ada pilihan, manusia dipaksa, tidak ada hisab Allah SWT, disebut dengan Qadla: Keyakinan kepada Allah SWT
Ada hadits tentang yang menggambarkan Tawakkal dan Ikhtiar:
Seseorang berkata kepada Nabi ShollAllahu ‘alaihi wa sallam, “Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal ?” Nabi bersabda, “Ikatlah kemudian bertawakkallah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan Al Albani dalam Shohih Jami’ush Shoghir).
Jika diperhatikan tampaknya hadits ini menekankan bahwa kita harus bertawakkal setelah berikhtiar.  Ikatlah untamu merupakan ikhitar atau usaha lalu kemudian bertawakkal. Benarkah ikhtiar baru kemudian tawakkal?

Jika ikhtiar lebih dahulu dari tawakkal, manusia berusaha hanya menyandarkan diri pada hukum sebab akibat (akal) dan tidak bertawakkal menghilangkan peran kebesaran dan keyakinan Allah.
Tidak terdorong mencapai cita-cita yang tinggi. Pandangannya hanya terbatas mengendalikan kekuatan manusiawi belaka yang terbatas. Manusia juga akan lemah melakukan pekerjaan biasa apalagi pekerjaan luar biasa.

Benarkah demikian?

Makna kedua dari hadits "Ikatlah dan bertawakkallah"
  • Meninggalkan hukum sebab akibat alias pasrah tidak berikhtiar
  • tidak terikat dengan hukum sebab akibat/sunatullah
  • tidak mau berusaha/nerikhtiar
  • mengandalkan pasrah pada Allah
  • tidak memiliki semangat dan cita-cita dalam hidupnya

Benarkah demikian?

Tawkkal Penyangga Utama dalam Hidup

Beradasarkan hadits "Ikatlah untamu dan bertawakkallah pada Allah." Ada pelajaran dari Rasulullah yakni:
  • perintah mengikat unta
  • memberikan pemahaman kepadanya bahwa tawakkal tidak berarti meninggalkan sebab akibat
  • memerintahkan supaya mengaitkan sebab dengan akibat seraya bertawakkal
Baca Juga: Hakikat Qadla dan Qadar

Antara Azzam/Cita dan Tawakkal

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
QS Ali Imran 159

Tawakkal itu melibatkan Allah dalam semua aktivitas. Sejak mulai menyatakan azzam atau cita-cita kita sudah harus bertawakkal, saa kita berikhtiar pun kita harus selalu dilingkupi oleh sikap tawakkal dalam mencapai tujuan kita yakni bertawakkal.

The Power  of Tawakkal

  • Allah penuhi kebutuhannya:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS At Talaq 3)
  1. Menyelaraskan visi hidupnya sesuai dengan visi hidup yang diinginkan oleh Allah
  2. Menyesuaikan seluruh aktivitas hidupnya dengan syariat Allah
  3. Menjadikan tawakkal kepada Allah sebagai penyangga utama hidupnya

  • Tawakkal merupakan sikap Rasulullah SAW dan kaum muslimin dalam jihad.

  • Konsekuensinya: manusia senantiasa memiliki himmah dan azhimah yang tinggi dan mulia (QS 3:110)
  1. Berani menembus batas dimensi manusiawi
  2. Senantiasa bersemangat, pemberani, dan tidak mudah putus asa
  3. Hidupnya senantiasa terikat dengan syari'at Allah SWT
  4. Hidupnya senantiasa terikat dengan sunatullah.
Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan doa ini,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa di atas, maka disampaikan kepadanya: ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi.’ Seketika itu setan-setanpun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya,’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.’ (HR. Abu Daud 5095, Turmudzi 3426, dan dishahihkan al-Albani)

Hakikat Rezeki

Banyak yang memahami bahwa rezeki itu diperoleh dari usaha sendiri. Jika Ia bekerja keras lalu menerima gaji, maka gaji itu dianggap hasil usahanya. Peadang yang memperoleh keuntungan karena usahanya. Dokter yang menerima upah karena mengobati pasiennya danggap upah itu datang darinya.

Makna Rezeki

  • Rezeki (razaqa) bermakna a'tha = pemberian
  • Rezeki tidak sama dengan kepemilikan
  • untuk memperolehnya bisa melewati jalan yang halal dan haram
  • semuanya disebut rezeki
Fakta rezeki ada 2 aspek:

  1. Al haal: kondisi atau keadaan yang biasanya dapat mendatangkan rizki, bersifat tidak pasti, wilayah yang diusakan manusia
  2. Al asbab: Bersifat kausalitas (sebab akibat), bersifat pasti, masalah yang ghaib bagi manusia, membutuhkan dalil yang bersifat pasti.
Al asbab/sebab datangnya harus berupa dalil yang qath'i: baik qath'i tsuburt sumbernya ataupun qath'i dilalah; penunjukkannya yakni:

كُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ
Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu (QS Al An'am 142)
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki (QS Ar Rum 40)
أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ
Nafkahkanlah sebahagian dari reski yang diberikan Allah kepadamu (QS Yasin 47)
إِنَّ ٱللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS Ali Imran 37)
ٱللَّهُ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki (QS Ar Ra'du 26)
فَٱبْتَغُوا۟ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزْقَ
maka mintalah rezeki itu di sisi Allah (QS Al Ankabut 17)
ا۟ لَيَرْزُقَنَّهُمُ ٱللَّهُ رِزْقًا حَسَنًا
benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga).(QS Al Hajj 58)


  • Jadi sebab datangnya rizki cuma satu yaitu dari Allah SWT.
  • Rezeki menguasai manusia (al asbab): berasal dari Allah, Qadla Allah, tidak dihisab.
  • Rezeki dikuasai manusia (al haal): berasal dari manusia, hasil usaha manusia, akan dihisab.
  • Allah SWT al asbab rezeki, al haal usaha manusia ada usaha halal yang menghasilkan rezeki halal (kepemilikan), usaha haram akan menghasilkan rezeki haram.

Pemahaman rezeki dalam 2 lingkaran manusia

  • Tawakkal sebelum, selama, dan sesudah ikhtiar. 
Penyangga:
  • menguasai manusia: keyakinan pada rezeki berasal dari Allah, yakin bahwa Allah akan selalu membantu kita, memunculkan semangat dalam mencari rezeki.
  • dikuasai manusia: senantiasa terikat dengan syariat Allah SWT, senantiasa terikat dengan sunatullah dalam mencari rezeki sebagai Rezeki Halal.

Langkah-langkah kita:

  • keyakinan yang mendalam akan rezeki dari Allah
  • Senantiasa berpegang teguh pada hukum syara'
  • Manusia harus terikat pada sebab-sebab kepemilikan, bukan sebab-sebab datangnya rezeki
  • Terikat pada sunatullah (hukum sebab akibat)
  • Senantiasa berdoa karena Allah adalah Sang Maha Pemberi lagi Maha Penolong

Fungsi Memahami Rezeki yang Benar

  • selalu optimis (karena dijamin Allah)
  • selalu terikat dengan hukum syara' (karena jumlah tidak ada hubungannya dengan cara yang dipakai)
  • tidak menghalalkan segala cara dalam mencari rezeki
  • tidak takut menolak rezeki yang datang dengan cara yang haram
  • tidak mudah putus asa jika gagal dalam usahanya
  • membuat kita tidak takut berjuang untuk Islam

Makna Kematian

Banyak orang memahami bahwa kematian itu terjadi karena sebab-sebab tertentu. Jika orang terkena kanker, kemudian tidak dapat disembuhkan akhirnya mati. Orang yang jatuh ke jurang, kemudian kepalanya pecah, itulah yang menyebabkan kematian. Orang ditusuk dengan pisau, tepat mengenai jantungnya, itulah yang menyebabkan terjadinya kematian.

Fakta Kematian ada 2 aspek:

  • Al Haal: Kondisi atau keadaan yang biasanya dapat mendatangkan kematian, bersifat tidak pasti, wilayah yang diketahui oleh manusia.
  • Al asbab: bersifat kausalitas (sebab akibat), bersifat pasti, masalah yang ghaib bagi manusia dan membutuhkan dalil yang bersifat pasti.
Al asbab/sebab datangnya harus dalil qath'i: baik qath'i tsubut/sumbernya ataupun qath'i dilalah/penunjukkannya yakni yang merujuk Al Qur'an apa sebab datangnya kematian.

Baca juga: Makna Hidayah dan Dhalalah

Menurut dalil-dalil Al Qur'an realitas kematian berasal dari Allah SWT yang maha menghidupkan (al Muhyi) -  yang maha mematikan (Al Mumit). Penyebab kematian yang berasal dari Allah sampai ajalnya. Jika Allah telah menetapkan ajal. Manusia tidak bisa lari dari padanya. Meskipun bersembunyi dalam benteng yang kokoh. Tidak dapat dimundurkan sesuai ajalnya. Meskipun sakit parah atau mengalami kecelakan. Tidak dapat dimajukan. Sesuai ajalnya. 

Terkadang kesalahan memaknai kematian memunculkan sikap yang salah:

  • kematian itu datangnya dari Allah semata
  • usaha manusia itu tidak ada gunanya
  • manusia cukup hanya pasrah pada Allah
  • Apapun yang ditetapkan Allah, itulah ajal kita.
  • Manusai tidak perlu bersusah payah dalam menghindari kematian
  • Semua sudah sesuai ajalnya. 

Ini adalah pemahaman kematian yang salah jenis kedua.
  • Kematian menguasai manusia (al asbab): berasal dari Allah, Qadla Allah, tidak dihisab.
  • Kematian dikuasai manusia (al haal): berasal dari manusia, hasil usaha manusia, akan dihisab.

Pemahaman kematian dalam 2 lingkaran manusia

Sangat terkait dengan konsep tawakkal sebelum, selama, dan sesudah ikhtiar.

Penyangga:
  • menguasai manusia: keyakinan pada kematian berasal dari Allah, yakin bahwa Allah akan selalu melindungi kita, memunculkan semangat dalam berjuang.
  • dikuasai manusia: senantiasa terikat dengan syariat Allah SWT, senantiasa terikat dengan sunatullah dalam menghindari kematian.

Fungsi Memahami Kematian yang Benar

  • selalu berani dan bersemangat (karena dilindungi Allah)
  • selalu terikat dengan hukum syara' dalam hidup dan berjuang (karena kita mesti mengupayakan al haal kematian yang paling tinggi nilainya)
  • akan senantiasa berhati-hati dalam hidup dan berjuang (karena tidak boleh masuk kategori bunuh diri)
  • tidak mudah sedih dan putus asa, jika ditinggal mati saudaranya.
  • senantiasa bercita-cita untuk mati syahid.



No comments

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.