Paragliding? Ah gak kebayang sama sekali. Saya si penakut ketinggian yang menyeberang jembatan saja nderekdek, panas dingin, gemeteran, mau terbang paralayang? Mimpi kali yaa. Hahaha sejujurnya mimpipun kayaknya enggak sih. Eh tapi aku pernah bermimpi bisa terbang melayang seperti kupu-kupu meski tanpa sayap, mungkin di bawah alam sadarku aku ingin mengalahkan rasa takut ketinggian dan bisa terbang. Tapi bisa terbang melayang di alam nyata benar-benar di luar imajinasi emak-emak anak tiga kayak aku.
Jadi meski di whatsapp grup sudah ramai diperbincangkan soal kesempatan bisa mencoba paralayang di wilayah Tinombo Sulawesi Tengah saat nanti kami bertugas ke sana untuk kegiatan pengumpulan data namun saya adem ayem karena berpikir "gak mungkin banget sih aku mau mencoba" "Gak beranii..., takut".
Baca juga: Pengalaman saya river tubing di Yogya
Tapi ternyata apa yang kita pikirkan bisa jadi bertentangan dengan kenyataan ketika semesta justru berkata sebaliknya. Karena yang kemudian terjadi adalah semua orang berhasil memprovokasi sehingga aku entah kenapa berani-beraninya mencoba tantangan itu hanya beberapa menit sebelum akhirnya benar-benar terbang padahal sebelumnya membayangkan pun tidak hahayyy.
Perjalanan dari Kota Palu Ibu Kota Sulawesi Tengah ke daerah Tinombo di mana lokasi Paralayang atau Paragliding ini memakan waktu sekitar 6-7 Jam perjalanan dengan kendaraan darat. Untuk daerah yang berada jauh dari Ibu Kota Negara dan Pulau Jawa, aku merasa jalan di sana cukup bagus meski di beberapa ruas memang ada bagian yang cukup challenging.
Mungkin karena kami hanya berempat di dalam mobil yang cukup spaciuos sehingga jauhnya perjalanan diselingi dengan obrolan sepajang jalan meembuat perjalanan dapat kami nikmati. Perjalanan menyusuri jalan yang bersisian dengan pantai sepanjang Teluk Tomini di Sulawesi Tengah yang merupakan jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Tengah dengan Sulawesi Utara melewati Gorontalo.
Sempat menginap pada malam pertama yang sungguh melelahkan di salah satu penginapan di daerah Moutong. Penginapannya bersisian dengan pantai, jadi bangun pagi langsung jalan ke sisi pantai mengintip mentari yang mulai naik di ujung laut dan menikmati debur ombaknya. Seharian berkegiatan amat sangat padat, dan lanjut bermalam berikutnya di Tinombo sekitar 2-3 Jam dari Moutong kembali ke arah Palu. Jadi kalau berdasarkan rute dari Palu justru kita bakal melewati Tinombo yang ada di Kecamatan Tomini Raya sebelum sampai ke Kecamatan Moutong yang berbatasan langsung dengan Gorontalo.
Nah di Tinombo menginap di Cottage Kayu yang dibangun di atas hutan bakau namun dengan kamar yang nyaman dan fasilitas yang lengkap dengan kamar mandi di dalam. Di Area Hotel atau Cottage Kayu Hutan Bakau di Pantai Lolarao Tinombo ini juga tersedia fasilitas snorkelling dan diving lengkap dan juga disediakan pemandu yang tersertifikasi. Pun spot diving dan snorkelling di sini juga cantik-cantik. Cottage kayu ini milik Bapak Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolututu.
Baca juga: Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan
Tak jauh dari Cottage ini ada bukit di mana di bagian atas merupakan tempat landasan bagi para pecinta olahraga ekstrim paralayang atau paragliding. Sebelum sampai ke puncak ada bukit yang ditata sedemikian rupa sebagai tempat wisata semacam "point of view" untuk sekedar melihat indahnya pemandangan di sekitar bukit sekaligus juga pantai dan laut yang tak kalah indah di bawahnya. Ada tempat-tempat duduk dan spot photo berupa balon udara untuk mengambil gambar yang instagramable di sini.
Sungguh sebuah peristiwa yang gak saya sangka namun akhirnya luar biasa saya syukuri. Saat teman-teman yang lain sudah puas snorkeling dan bermain air saya yang tidak ikut turun kembali ke kamar untuk bersih-bersih mandi dan hanya ingin duduk-duduk santai di sana menghabiskan waktu hingga siang. Demikian juga saat teman-teman mulai naik ke bukit untuk paralayang saya masih mengantri mandi. Saat kemudian driver menjemput dan akan mengantarkan saya menyusul ke bukit, awalnya saya ragu-ragu. Hanya karena merasa tidak enak, akhirnya saya berangkat juga.
Stop sebentar di bukit pertama untuk berphoto di balon udara lanjut naik ke puncak pun hanya karena penasaran ingin melihat bagaimana keseruan teman-teman yang menjajal paragliding. Karena hanya ada dua orang coach yang menjadi pilot, selain beberapa orang siswa yang sedang berlatih maka untuk kami yang akan paragliding mengantri satu demi satu. Sebagai orang yang datang paling akhir saya pun sama sekali tidak berekspektasi akan mendapatkan giliran kalaupun memang mau naik.
Semua memprovokasi agar saya berani naik. "Ayok, pengalaman sekali seumur hidup, belum tentu ada kesempaatan lagii, " "Ayok udah jauh-jauh dari Jakarta ke Tinombo, masak gak nyobain." Karena saya datang telat saya belum mengikuti briefing awal dari coach. Hanya diinfokan bahwa tugas saya hanya "menuruti dan patuh perintah coach/pilotnya". Bahkan saya yang harusnya mendapat urutan terkahir karena datang belakangan diarahkan untuk mendahului beberapa antrian. Hahaha
"Saya kasih Ibu terbang sama Coach Andrew nih, beliau professional. Jangan khawatir. Ibu rugi kalau gak terbang." Hmmm bener juga yaa. Saya sempat diledek teman-teman, coba tanya suami dulu via wa. Takut ada apa-apa hahaha. Bikin ngeper aja. Beberapa hari ini sulit sinyal di wilayah Parigi Moutong tapi entah kenapa wa saya ke suami waktu itu masuk dan langsung dibalas. Sambil saya kirim photo suasana saat itu.
"Yah aku berani gak paralayang? ""Takut gak ya?""Coba aja deh""Ayo pasti berani"
Dihh kok sok-sok-an banget bilang pasti berani. Padahal paling tahu kalau aku paling takut kalo di ketinggian macam itu huhuhu.
Temen-teman nanya, "Gimana? apa kata Mas Ricko?"
Lalu aku kasih tahu jawabannya. Sontak mereka makin semangat memprovokasi.
"Amanat suami itu lho, harus nurut sama suami."
"Duuuh...."
Sampai akhir dengan kepasrahan yang luar biasa. Iya betul pasrah, bukan keberanian yang menyelimuti saya waktu itu tapi lebih pada kepasrahan. Akhirnya saya mau mencoba.
"Bawa hp gak ya, takut jatuh."
"Bawa bu, rugi kalau gak bawa.."
"Duuh boro-boro megang hp kali, gemeteran aku kayaknya."
Awalnya saya selipkan di saku celana jeans saya. Namun terjepit tali. Coach Andrew berbaik hati menyimpankannya di salah satu kantong parasut yang saya kenakan.
"Coach, saya penakut banget, bisa gak ya."
"Bisa bu, tenang aja, Ibu pasti nanti ketagihan"
"Huhuhuhu...boro-boro."
"Pingsan gak ya nanti? Copot gak ya jantung saya..."
Waktu terasa seperti cepat menyelinap membuat saya tidak bisa menjawab pikiran-pikiran saya sementara parasut dan kelengkapan sudah terpasang di badan yang artinya gak mungkin mundur. Baru sadar "Duuh kok nekat banget sih aku huhuhu..."
"Ibu kalau kata saya jalan, ibu jalan, kalau kata saya lari ibu lari, nanti kalau saya bilang duduk, ibu duduk."
Belum sempat saya mencerna lebih lanjut...
"Jalan buu... pelaaan... agak kencang..."
"Stop...."
"Di ujung landasan saya berhenti."
Rupanya parasut gagal naik dan mengembang, arah angin belum kondusif.
Parasut jatuh lalu dilakukan kembali persiapan seperti tadi. Tanpa jeda terlalu lama. Saya gak sempat banyak berpikiran macam-macam.
"Mundur bu..."
"Ingat ya bu, ikuti aba-aba"
"Jalan bu, jalan..."
"Lari bu, lari..."
Dengan hati kosong, saya ikuti semua arahan tersebut..."
Kaki saya masih dalam posisi seperti berlari meskipun terasa seperti berlari di udara, melayang. Tak lama terdengar aba-aba. "Duduk bu, sekarang Ibu bisa duduk." "Whaat duduk, gimana duduk kan ga ada kursinya atau alas duduknya..." Si overthingking ini malah mulai mencerna terlalu jauh.
"Iya posisi duduk bu"
"owh bisa ya duduk"
"Iya duduk aja bu, kayak biasa..."
Saya masih terkaget-kaget dan akhirnya otak saya terasa baru bekerja, baru muncul rasa takut lalu saya menjerit.
"Mas gak papa ya saya menjerit takut huhuhu"
"Iya gak papa bu, lepaskan aja."
"Ibu relaks yaa...ibu tegang banget nih.."
"Ya iyalah...gimana enggak sih?" pikir saya.
"Relaks bu..."
"Ibu duduknya masih kaku, coba dibuat relaks..."
Kata Mas Andrew saya termasuk lama beradaptasi dengan rasa takut dan bisa relaks. Sampai akhirnya saya mulai relaks, dan duduk dengan lebih nyaman. Saya izin berteriak kencang, untuk meluapkan rasa girang karena akhirnya saya bisa mengalahkan rasa takut dan tegang itu. Upss...basically bukan mengalahkan mungkin, tapi melupakan hahaha. Awal-awal menjerit karena ketakutan selanutan jeritan super girang karena gak nyangka bangeeet..bisa terbang melayang. Hikss terharu akutuu!
Mas Andrew memang profesional, selain soal teknis tentunya. Untuk peserta tandem yang penakut seperti saya, Mas Andrew bisa menghandle saya. Semula demikian kaku, sampai akhirnya diberi kepercayaan bisa memegang handphone. Menyalakan photo dan video. Hmm langsung deh Naluri ngevlog saya menyisihkan rasa takut, saya mulai ngoceh ini dan itu. "Hai Guys...aku terbang nih... Ayah, Kakak, Adek...Ibu terbang..." Bla bla bla.
MasyaAllah...Tabarakallah...
Saya baru sadar memang tampaknya Mas Andrew sengaja memancing dengan percakapan untuk mengalihkan rasa takut dan ketegangan yang luar biasa. "Coba bu, dialihkan ke belakang kameranya supaya teman-teman juga bisa lihat pemandangan di bawah." "Oh iya yaa..." Alhamdulilah ya bisa merekam sendiri. Saat saya mulai terdistraksi saat Mas Andrew membawa saya naik atau turun atau meliuk, Ia melemparkan pertanyaan yang membuat saya tetap fokus pada kamera hape dan ngevlog.
"Owh semalam menginap di mana bu?"
"Di situ tuh Mas, cottage yang di hutan bakau itu, di pantai Lolaro."
"Owh yang itu yaa... "
"Oh iya itu...."
Pemandangan memang luar biasa indah dari atas. Kombinasi hijaunya perbukitan lalu pantai dan laut yang membiru, hijau, dan toska serta langit yang tak kalah biru dengan hiasan awan-awan putih. MasyaAllah Tabarakallah.
Saya juga menyampaikan banyak terimakasih atas bantuan Mas Andrew. Jujur saya senang sekali sampai akhirnya mau landing. Kok terasa cepat yaa hahaha. Saat landing juga merupakan kondisi yang krusial. Saat ini kita juga kembali harus mendengarkan arahan Coach/Pilot.
"Bu sebentar lagi kita landing...nanti Ibu ikuti instruksi saya ya.."
"Luruskan kaki ya bu..."
Posisi kaki saat landing memang harus diluruskan sejajar dengan tanah.
"Oke...sambil menahan nafas agar tak terlalu tegang, saya meluruskan kaki..."
Tanpa terasa akhirnya kami meluncur ke bawah.
Alhamdulillah pendaratan berjalan mulus.
Terimakasih Mas Andrew...
Terimakasih untuk semua yang sudah memprovokasi.
Pengalaman tak terlupakan. Bisa jadi sekali seumur hidup saya.
Pengalaman tak terlupakan. Bisa jadi sekali seumur hidup saya.
MasyaAllah, Tabarakallah...Alhamdulillah.
Ternyata kunci menyisihkan rasa takut adalah pasrah dan berhenti overthinking!
Semangat untuk kamu yang berpikir bahwa aku tak mungkin bisa melakukannya. Bahkan tak ada yang mustahil jika Tuhan berkehendak! Pasrahakan saja padanya dan biarkan semesta mewujudkannya.
Boleh cek juga videonya di Youtube Mom of Trio berikut yaa.:)
Hebaaaaat mba ophi 👍👍👍. Bisa ngalahin rasa takut ketinggian. Dan ternyata ga semenyeramkan ituu kaaan 😁😘. Main2 di ketinggian itu buatku nagih mba. Semakin bisa naklukin suatu batas tinggi, percaya deh, nantinya bakal pengen lebih tinggi lagi.
ReplyDeleteNext nya cobain bungee jumping mba. Itu seru dan nagiih ❤️❤️
Masya Allah, akhirnya bisa terbang!
ReplyDeleteJadi ingat pengalaman waktu naik halilintar pertama kali di Ancol.
Ada gunanya juga aku tidak mengintip pengalaman orang lain. Jadi tidak terlalu risau.
Lalu dengan gagah aku duduk di paling depan.
Hahaha.
Awalnya sih biasa ya, namun saat menukik setelah pendakian yang panjang dan lama, aku sempat berpikir, "Beginikah rasa orang mau mati, hahaha"
Jadi, gimana?
Masih mau coba paragliding lagi, Mba?
Aku sudah lihat videonya juga. Wih seru! Hebat mbak Ophi berani.
ReplyDeleteKalau aku kayaknya gak mau deh, sereeem. Cukup sekali dulu itu mencoba parasailing di Bali karena suami 'maksa2' aku untuk nyobain hahaha. Akhirnya pasrah, dan diatas tuh sama sekali gak bisa menikmati pemandangan indah di bawah, doa terus dalam hati dan pikiranku cuma kapan ini turunnyaaaaaa, mana pas sudah deket daratan kok gak bisa turun2 ya, ternyata saking takutnya, aku lupa narik talinya agar bisa turun hahaha. Kapok deh!
Kalau aku kayaknya gak mau deh, sereeem. Cukup sekali dulu itu mencoba parasailing di Bali karena suami 'maksa2' aku untuk nyobain hahaha. Akhirnya pasrah, dan diatas tuh sama sekali gak bisa menikmati pemandangan indah di bawah, doa terus dalam hati dan pikiranku cuma kapan ini turunnyaaaaaa, mana pas sudah deket daratan kok gak bisa turun2 ya, ternyata saking takutnya, aku lupa narik talinya agar bisa turun hahaha. Kapok deh!
ReplyDeleteWah suaminya kayak suamiku, kalau istrinya ragu mau ngelakuin sesuatu pasti didukung terus sampe majuuu! Aku kayaknya bakalan teriak juga deh naik paragliding ini. Lewat jembatan yang tinggi aja aku oleng 😂
ReplyDeleteWow ngeri-ngeri syedeeep ya mba kayaknya. Deg-degan tapi takjub gak sih liat pemandangan dari atas sambil berasa terbang gitu. Jadi pengen nyobain hihi
ReplyDeleteMasyaallah Mbak, keren sekaliii... Ini salah satu bucketlist yang harus aku lakukan meskipun cuma sekali. Bisa paralayang atau paragliding, itu impianku bangeettt... Keren nih, mantab udah berani nyobain.
ReplyDeleteseru banget ya mba pengalaman paragliding, adrenalin bakal terpacu banget sih itu, tapi terbayar dengan view yang masyaallah bagus banget
ReplyDeleteSeru banget Mak bisa ngerasain pengalaman paragliding tandem gituuu. Suatu hari nanti aku juga pengen coba siapa tau bisa dapet kesempatan buat liat pemandangan dari atas yang cakep juga.
ReplyDeleteMati bisa lanjut di Puncak Bogor Teh. Instruksi yang diberikan pelatih sama tuh. Pasti gak bakalan takut lagi nanti. Intinya sama tapi pemandangan yang beda. Jelas cantik banget disini ya. Kalau di Puncak cuma kebun teh hehehe
ReplyDeleteWow, pengalaman yang luar biasa dan tak terlupakan ya. Senangnya bisa terbang dengan paralayang. Pengin juga sih someday nyobain. Semoga ada kesempatan. Amin..
ReplyDeleteWaaa, ngga rugi ya, Mak... Akhirnya, karena bisa melawan rasa takut, malah jadi punya pengalaman istimewa. Salut sama Coach Andrew.. 😍
ReplyDeletewawwww proud banget mbaaa, bisa mengalahkan rasa ketakutan itu dengan langsung mencobanya. Aku jd penasaran buat naik paragliding ini dehhh
ReplyDeleteMasyaAllah seru bangeettt! yaampun, aku mau banget ngerasain ini jugaa lhoo. biayanya berapa mbak btw?
ReplyDeleteSeru bangettt.. Semoga suatu saat aku punya kesempatan main ke sana yaa..
ReplyDeleteMasyaallah kak opi. Kalau aku idah kabur duluan. Aku takut ketinggian tapi penasaran juga denga n paragliding ini
ReplyDeleteAduh langitnya gak mampu aku lihatnya, bikin tergoda. Ga kebayang gimana cakepnya pemandangan dari atas sana
ReplyDeleteYeaay~
ReplyDeleteikutan bersorak pas kak Ophi berhasil mengalahkan rasa takut.
Rasanya gimana terbang bareng burung-burung di langit, kak Ophi?
Huhuuu...pen teriak gitu gak siih??
Wah seru banget bisa merasakan wahana ekstrim ini
ReplyDeleteKalau aku pasti deg deg an dag berani
Haha
Jaman usiaku masih 30tahunan dulu pernah mau nyoba parasailing, tapi nggak diijinkan adikku. Padahal suami udah ngijinin, nyesek banget. Eh begitu sampai di Danau Bedugul malah adikku bilang, boleh deh kalo mau nyoba. Yaah kan aku maunya di Nusa Dua, kalo di atas danau mah aku ogah.
ReplyDeleteKeren deh mba Ophi, akhirnya menaklukkan ketakutan di atas awan sana. Pemandangannya juga keren banget Masya Allah, pantai dan langitnya yang biru jadi pengen kesana
Mbak..udah sampai Sulawesi Tengah aja. Ya ampun..yuk kapan yuk ke Lombok lagi. BTW, paragliding ini kalau di Lombok, biasanya di Sembalun, daerah kaki gunung rinjani. Di Sumbawa, pulau sebelah Lombok pun ada.. di Mantar kalau gak salah. Tapi saya sendiri belum pernah coba sih, lebih tepatnya belum berani mencoba. Haahhaha
ReplyDeleteWaaahhh seruu kan mbaa?? Amazingg tau mbaaa, aq sm anak2 sudah pernah dan ketagihan
ReplyDeleteAhaha bener mbak kadang kalau di tempat kem gtu apalagi ada provokasi dari teman2 kyk merasa sayang kalau gak melakukannya. Jd minimal dapat pengalaman sekali seumur hiduplah, setelah itu masalah kapok atau pengen lagi kapan2 dipikir ntar haha.
ReplyDeleteApalagi ada tandemnya juga udah insyaAllah aman :D
Tp aku kepoh nih adakah peserta newbie yg berani sendirian? haha
Di Tinombo ternyata wahananya banyak ya, mau pilih amin di udara atau di laut, yang penting menyiapkan mental dengan baik hehe :D
DeleteWah cottagenya berada di hutan mangrove? Pantesan mepet sekali dengan laut ya mbak.
Kangen tempat wisata yang menangang adrenalin kayak gini 😁 noted ah semoga ada rejeki bisa ke sana
ReplyDeleteHuwaaa seru bangeeeet!
ReplyDeleteNagih kaaan Naik paralayang. Pertama kali kenal paralayang di Sigi, sebelah Kota Palu. Pemandangan dari atas Masya Allah indahnyaaa. Kalau di Parigi malah belum pernah. Puyeng lewat kebun kopi yang jalannya berlika-liku
Wah paralayang gini enak banget ya.. Meski ada deg2an juga kalao kebawa angin hehe. Pemandangannya juga indah banget ya..
ReplyDeleteLiatnya aja udah bikin deg-deg seur mbak. Tapi seru kayaknya. Hebat nih mba berani mencoba. Kalo saya kayaknya udah keder nih lutut hahaha
ReplyDeleteWah, hebat banget mba Opi, berhasil menaklukkan ketinggian di paralayang hehe... Seru banget yaa mba, bisa liatin pemandangan dari atas begitu, pantainya yang toska dan lagit biru nya MasyaAllah banget, jadi pingin cobain paralayang juga, ya walaupun aku juga takut ketinggian sih hehehe
ReplyDeleteItulah salah satu tugasnya suami mbak, sebagai penyemangat. Walau sudah tahu istrinya tuh penakut ama ketinggian, tetap aja disemangati pasti bisa dan berani naik paralayang.
ReplyDeleteUntung jadi nyusul teman-teman ke bukit kan, walau awalnya karena merasa nggak enak. tapi akhirnya bisa dapat pengalaman dan pemandangan luar biasa
Mbak Ophiiii wuaaaah kereeen berani juga akhirnya terbang ya! Pengalaman tak terlupakan pastinya. Aku bacanya deg-degan haha.
ReplyDeleteAku pernah mengalami takut dan overthinking yang sama, dulu waktu aku pertama kali diving di Bali. Aku tuh takut ruang sempit. Jadi masuk laut tuh kayak bikin sesak nafas, berasa bakal mudah mati wkwk. Repot banget pasang tabung, ngulum snorkel, dan lainnya. Udah pake tabung oksigen, nafas pake selang di mulut, tetep aja kayak ga nafas hahaha. Suamiku udah nyelem sampai dasar laut, aku masih sibuk briefing dan mengatasi rasa takut berlebihan. Untunglah dive master aku bisa handle aku dengan baik, persis kayak Mas Adrew yang mbak ceritakan. Tapi setelah berhasil, beneran jadi nagih. Mungkin gitu juga yang dirasakan mbak Ophi setelah mencoba sekali ya.
Aku juga mau coba kalau ada kesempatan paragliding 😁
Keren banget mbak, bisa mengalahkan rasa takut buat naik paragliding! Pemandangan dari atas cantik banget dan salah fokus sama warna lautnya dari foto yang mbak share <3
ReplyDeleteKlop banget ketemu sama yang profesional , sipenakut jadi pemberani paralayang
ReplyDeleteIh aku bacanya juga seneng. Itu Mas Andrew gak diajak foto lagi, Mbak? Profesional banget sih.. Aku tuh sama kyk Mbak Ophi lho, takut ketinggian 🤣
ReplyDeleteBeberapa tahun lalu, saya pernah nonton orang-orang paragliding di Puncak. Itupun nontonnya agak jauhan. Saya serem dengan ketinggian. Gimana mau ikut paragliding?
ReplyDeleteTapi, abis baca ini, jadi mikir juga. Kayaknya sesekali perlu juga mencoba menaklukkan rasa takut. Duh! Antara kepengen, tapi takut. Kalau berhasil, kayaknya bakal bikin ketagihan, ya :D
Proud of youuuu Ophie!
ReplyDeletebisa mengalahkan rasa takut - bahkan sampe detail banget cerita how to handle it. Rasa "kosong" karena bengong : ini beneran apa engga sih, kayaknya aku ngakak banget deh tadi!
Kata-kata suami harus dituruti, Mbak, hahahaha. Kalau takut ketinggian memang begitu rasanya. Udah gemeteran dulu.
ReplyDeleteTapi kalau gak dicoba, gimana kita tahu rasanya. Terus, udah jauh-jauh datsng dari Jkt pula. Sayang kalu dilewatkan gitu aja.
Wiiiiiw, keren amat mbak Ophi...akhirnya main terbang-terbangan eh beneran dong terbangnya hahaha :D Salut deh aku sama mbak, main paragliding tandem seperti ini terealisasi juga. Ini kan kesempatan, kalau ntar2 lagi belum tentu terlaksana hihihi. Untung Coach Andrew nya sabar dan pinter mengelola situasi sehingga semua berjalan lancar yach mantap!
ReplyDeleteYa ampun mbaaaak, keren sekali berani paragliding sih, sembari bawa handphone pulak hehe. Entahlah aku berani gak yah, waktu itu cuma pernah zipline aja lumayan tinggi dan kapok sih hahahaha. Untung mas Andrew ngajak ngobrol terus yah, jadi gak panik berkepanjangan haha
ReplyDeletewah, aku pernahnya baru nyobain flying fish gitu di Bali. itu aja rasanya pengen banget. sempet ditawarin paragliding tapi aku tolak karena takut kelamaan dan gak enak sama anak2, ahaha. padahal mah bisa aja ya waktu itu ya
ReplyDeleteaah, jadi pengen ngerasain jugaa. jadi nagih gak nih mbak? ahaha
Wow...asli keren nih Opi. Angkat 2 jempol deh. Aku bacanya saja ikut gemetaran ya. Tapi kalau didamping coach "mungkin nih" aku punya keberanian. Penasaran deh mo coba juga
ReplyDeleteKayanya sekali seumur hidup kudu nyobain flying without wings gini ya..
ReplyDeleteHehhe, seru banget..
Tapi memang kayanya histeris ya.. pas awal-awal.
Sensasi luar biasa berada di atas lengit dan sejajar dengan burung. Like a bird.....
Mbak ophi kereeen!! Aku kayanya bakalan sama deh. Aku kalo sama ketinggian udh nyerah aja tp klo liat pemandangan gtu kebayang juga serunya paragliding. Moga2 suatu hari nanti bisa ada kesempatan nyobain dan berani kaya mbak ophi
ReplyDeleteWah, seru banget mbak jalan-jalannya
ReplyDeleteMemang Instagram ke ya
Aku suka banget sama foto balon udara nya
Aku jadi ngebayangin waktu mba Oppie udah diatas ..
ReplyDeleteparalayang ini katanya obat yg takut ketinggian aku belum pernah coma samsek mba kepingin bngt, takut tapi penasaran
Aku tertarik dengan cottage di Tinombo. Ini masih area kebun kopi apa bukan?
ReplyDeleteKalau paralayang pernah coba saat belum nikah. Semoga ada kesempatan lagi yaa, ingin tandem bertiga dengan anakku + pilotnya.
Bisa jadi terapi nih buat saya yang takut dengan ketinggian hehe
ReplyDeleteBelum pernah sama sekali coba Paragliding meski di sekitar Malang ada juga
Jadi forward ke suami supaya dimasukkan list destinasi
huhuhu pengen banget nyobain ini hahaha, ngeri ga ya. eh ini aman kan ya untuk emak2 kayak aku
ReplyDeletehahahah mukanyaaa g nahaaan ya mak pas di atas takut tapi deg2an hahaha. aku belum pernah mak rada2 takut kalau di atas gitu tapi seru kayaknya pemandangannya indah
ReplyDelete