Sumber: Dokumen Pribadi Siti Salamah |
Sampah dan Kehidupan Kita Hari ini
Sampah, kebanyakan orang enggan memandang, bahkan tak sebelah matapun. Padahal dari rumah, kita bisa menghasilkan sekitar 2,5 Kg sampah. Rata-rata per-orang per-hari kita menghasilkan sampah 0,3-0,7 kg. Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton.
Sumber: Website SIPSN KLHK |
Dari jumlah tersebut, mayoritas sampah berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Sampah plastik berada di urutan kedua dengan proporsi 18,55%. Sebanyak 13,27% berupa kayu/ranting, 11,04% sampah kertas/karton, dan sampah logam 2,86%.
Adapun dari sisi sumber, sampah tersebut mayoritas berasal dari rumah tangga (38,3%), kemudian dari pasar tradisional (27,8%), dan pusat perniagaan (14,4%). Selain itu sampah berasal dari perkantoran, kawasan, fasilitas publik, dan lainnya.
Besarnya produksi sampah harian, belum maksimalnya sistem pengelolaan sampah lingkungan, dan belum banyaknya rumah tangga yang mau dan mampu melakukan pemilahan dan pengolahan sampah secara mandiri membuat persoalan sampah menjadi "PR kritis" bagi masyarakat kita secara keseluruhan dan terutama pemerintah daerah setempat.
Nyatanya, selama ini keberadaan para pemulung yang beraktivitas memilah dan mengais sampah telah memberikan manfaat yang sangat besar dalam mengelola sampah, mengurangi jumlah sampah, mengurangi dampak pencemaran, dan secara tidak langsung bermanfaat secara ekonomi. Namun sejauh mana kepedulian kita pada sampah dan para pemulung yang telah membantu mengelola sampah kita? Tidak banyak yang memiliki concern terhadap hal ini.
Adalah para pemulung di kawasan Jurangmangu Timur dan sekitarnya melakukan proses pengelolaan sampah secara terintegritas dari hulu ke hilir dengan pendampingan dari sebuah usaha sosial bernama Waste Solution Hub (Wastehub). Wastehub mengusung kegiatan inovasi sosial yang berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban. Sampah dikelola dengan pendekatan ekonomi sirkular, penggunaan sistem teknologi, dan melibatkan multipihak.
Bagaimana perjalanan Siti Salamah bersama rekan-rekan relawannya di Wastehub yang sangat menginspirasi dalam upaya meningkatkan taraf hidup pemulung dan komunitas pengelola sampah sekaligus mengatasi persoalan lingkungan akibat sampah dalam rangka melindungi Bumi kita?
Siti Salamah: Sosok di Balik Wastehub
Sosok inspiratif di balik lembaga kewirausahaan sosial Wastehub ini adalah Siti Salamah. Ibu dengan dua anak balita (Anak kedua baru lahir hari Senin 14 Agustus lalu). Perjalanan panjangnya menapaki aktivitas sosial, pendidikan, dan lingkungan bukan tanpa tantangan. Pernah naik dan turun semangat diri. Namun Siti akhirnya bisa memastikan untuk tidak berhenti dan menguatkan diri terjun ke lapak pemulung dan terus mendampingi hingga akhirnya mereka bisa berdaya dan memeroleh kondisi ekonomi, sosial, maupun pendidikan yang lebih baik.
"Tidak menyangka bisa sepanjang ini perjalanan saya bersama mereka. Semoga bisa terus ke depan hingga mereka benar-benar bisa berada pada taraf kehidupan yang lebih baik lagi. Terutama anak-anak pemulung, masa depan mereka masih panjang."
Siti memiliki pendidikan dan awalnya bekerja di bidang kesehatan pendengaran. Jiwa sosialnya yang kemudian mendorongnya menjadi penggerak atau aktivis sosial, pendidikan, dan lingkungan. Sejak 2014, Siti aktif di komunitas keagamaan lalu menjadi penggerak di komunitas belajar di Jakarta Barat. Tahun 2015 pertama kali Siti masuk ke lokasi pemulung di Jurangmangu.
Sumber: Dokumentasi Pribadi Siti Salamah |
Siti tidak menyangka bahwa keterlibatannya dalam menggerakkan dan memberdayakan warga di lokasi pemulung ini akan berkepanjangan dan terus berkembang hingga saat ini. Awalnya memang berfokus pada bidang pendidikan, namun bersama waktu sayap mengepak dan bersama Wastehub Siti mengajak mereka untuk "terbang" go to the Next Level.
Salah satu pemicu yang "makjleb" bagi Siti untuk terus bertahan dan akhirnya bisa menjadi bagian dari warga binaannya adalah kata-kata salah satu anak pemulung yang "nyeletuk": "Ya elah paling ini mah kegiatannya satu dua hari. Paling juga besok hilang. " Pernyataan ini menjadi pemicu bagi Siti untuk pelan-pelan memulai dari skala kecil untuk membawa perubahan signifikan bagi kondisi pemulung dan anak-anak mereka.
Sumber: Dokumen Pribadi Siti Salamah |
Pendekatan ekonomi sirkular yang kemudian dipilih karena Siti menyadari para pemulung sebetulnya membutuhkan pendampingan. Karena yang mereka tahu hanya mencari sampah, mengumpulkan, dan menjualnya. Uang yang didapat hanya dua minggu sekali dan jumlahnya pun tentu tidak signifikan. Itulah yang memotivasinya untuk memberi edukasi agar mereka tidak hanya melakukan pekerjaan rutin yang kemudian tidak memberi nilai tambah apapun bagi mereka.
Salah satu edukasi dan pelatihan yang diberikan misalnya keterampilan pengelolaan sampah lebih lanjut. Dengan bangga dan terharu, Siti menyebutkan bahwa salah satu warga binaannya yang bisa mengelola sampah lebih lanjut menjadi produk dengan nilai tambah sempat diundang di program TV Hitam Putih.
Siti merasakan banyak keberkahan yang ia rasakan sejak berkecimpung di dunia sosial terutama di Lapak Pemulung. Perjalanan sekian lama bukannya tanpa tantangan. Sikap warga yang pernah"tidak welcome" pada awalnya sempat membuat down dan ingin berhenti.
Namun kemudian Siti berpikir dan berdamai pelan-pelan, "Kalau bukan aku, siapa lagi?". Sejak itu jika merasa lelah, maka Siti jeda sejenak untuk mengumpulkan energi lebih untuk bergerak kembali. Siti berprinsip untuk menjalani semua sebagai bentuk niat baik. "Jadi jika ada niat baik, jalani saja dulu insyaAllah kelak ada jalannya dari Allah sambil belajar strategi yang lebih baik untuk kedepannya. Demikian keyakinannya. "
Semangat yang sama masih terasa saat beberapa waktu lalu untuk pertama kalinya saya menghubunginya untuk bertemu dan sharing seputar Wastehub dan kondisi para pemulung warga binaanya.
Kak qodarullah aku senin melahirkan, jadi sekarang lagi belum bisa kemana mana.
Jawaban chat Siti membuat kaget. Saya langsung merasa tidak enak hati. Jujur saya tidak tahu jika saat itu kondisinya tengah menanti kelahiran anak yang kedua. Saya kemudian menyampaikan doa semoga proses persalinan anak kedua beliau lancar, bayi lahir sehat, dan Ia segera pulih.
Merasa tak tepat waktu menghubunginya, saya tidak banyak berharap bisa mendapatkan informasi yang memadai. Karenanya, saya tidak menyangka jika kemudian beliau merespon dengan baik dan memberikan tawaran untuk melakukan wawancara secara online. Saya memang semula berniat bertemu langsung sekaligus bertemu dengan warga binaannya di kawasan Jurangmangu.
Panduan wawancara yang sudah saya susun, akhirnya saya kirimkan dengan meminta maaf karena tahu akan merepotkannya. Ternyata Siti menunjukkan respon positif membaca pertanyaan yang saya sampaikan. Beliau cukup surprise mengetahui saya ingin menggali lebih Wastehub dari aspek ekonomi sirkular. Usaha sosialnya untuk memberdayakan pemulung dari sisi ekonomi ini memang cukup berbeda karena aspek pendekatan ekonomi sirkular yang dipilih.
Ketertarikan pada pendekatan ekonomi sirkular yang diusung Siti dan Wastehub yang membawanya pada penghargaan Satu Indonesia Award pada 2021 berakar dari rasa penasaran terhadap persoalan sampah yang sehari-hari saya temui. "Jangan-jangan masalah sampah Indonesia sesungguhnya juga bisa menggunakan pendekatan ini ya?" Begitu pertanyaan yang terlintas di benak.
Jujur saya pribadi belum mampu mengelola sampah rumah tangga secara maksimal. Baru pada tahap memilah yang basah dan yang bisa didaur ulang. Namun ketika sampah diangkut oleh petugas sampah ironisnya sampah kembali digabung dalam bak/tempat yang sama. Nyatanya kita masih membutuhkan bantuan waste picker terutama di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Nanti aku jawab pakai voice note ya. Perut lagi banyak kontraksi hihi. Nunggu tenang hihi.
Chat terakhir Siti sebelum jadwal operasinya di hari Senin. Tanpa berharap banyak akan segera mendapatkan respon, saya panjatkan doa untuk kelancaran proses operasinya, kesehatan bayinya, dan pemulihan kondisinya. Saya tidak menyangka kalau di sore hari, pada hari jadwal operasi, Siti merespon. Saya lagi-lagi kagum dengan semangat dan komitmennya.
Saya belum bisa ngapa-ngapin, belum bisa turun dari tempat tidur dan adek bayi juga masih di ruang obervasi. Jadi saya manfaatkan buat jawab pertanyaannya ya.
Speechless! Mohon doanya juga ya Sahabat Mom of Trio untuk kesehatan dan kebaikan beliau, anak-anak beliau dan keluarganya. Aaamiin.
Kilas Balik Terbentuknya Waste Solution HUB
Wastehub is a social business that aims to elevate and establish the effective and responsible local waste collection area through circular economy and technology approach.
(Wastehub merupakan bisnis sosial yang bertujuan untuk meningkatkan dan menjalankan pengumpulan lombah lokal efektif dan bertanggung jawab melalui pendekatan ekonomi sirkular dan teknologi)
Siti memulai Waste Solution HUB (Wastehub) sejak bertemu dengan rekan yang memiliki kesamaan visi, Lita. Mereka bertemu dalam suatu event, Youth Action Forum pada 2018. Sebagai penggerak, mereka memiliki visi yang sama meskipun bergerak lewat bidang yang berbeda.
Lita menekuni bidang lingkungan, sedangkan Siti sudah cukup lama fokus pada pendampingan pemulung dari sisi pendidikan dan sosial. Dengan pengalaman yang sangat memadai yang dimiliki Lita di bidang lingkungan kemudian mendorong mereka berkolaborasi membentuk Wastehub.
Pembentukan Wastehub ini terinspirasi dari pengalaman Lita yang melihat langsung praktik pengelolaan sampah yang sangat baik dan bagus di Amerika. Lita menularkan impiannya untuk bisa membentuk pengelolaan sampah yang baik tersebut di Indonesia. Tentunya bukan hal mudah. Namun akhirnya mereka berdua membulatkan tekad dan melibatkan para pemulung yang selama ini (sejak 2015) sudah mendapatkan pendampingan dari Siti.
Kegiatan Wastehub sendiri sesungguhnya dimulai sejak Desember 2018. Mereka memulai dengan mengikuti berbagai kompetisi. Gebrakan awal yang cukup membanggakan, Wastehub mengikuti The 201 China College Student "Internet Plus" Innovation 2019 dan memenangkan medali perak. Wastehub merupakan satu-satunya komunitas perwakilan dari Indonesia pada kegiatan tersebut.
Dalam perjalanannya, Wastehub mendapatkan support dari banyak pihak. Support baik berbentuk dukungan dalam pelaksanaan kegiatan maupun secara kelembagaan ini tentu sangat membantu. Wastehub bergerak pelan-pelan dan merangkak mengingat Wastehub terhitung minim dari aspek SDM maupun dana. Siti bisa menjalaninya sebagai sebuah "proses" mengingat kegiatan berangkat dari komunitas kecil.
Berbagai kesempatan, project, amanah, dan kepercayaan yang kemudian datang lewat Wastehub dan melibatkan penuh para pemulung di lingkungan binaan Siti. Namun Siti dan rekan-rekannya di Wastehub yakin bahwa ke depan kegiatan dan program ini bisa diduplikasi dan dijalankan di berbagai lokasi di Indonesia.
Mengapa Ekonomi Sirkular?
Yang menarik sekaligus menjadi pembeda dalam menjalankan visi misinya, Wastehub menerapkan pendekatan ekonomi sirkular (circular economy) dan penggunaan teknologi. Siti dan Wastehub menginginkan adanya proses pengelolaan sampah yang komprehensif dari hulu ke hilir, bisa diketahui dari ujung ke ujungnya serta ada aspek ekonomisnya.
Mengingat Wastehub membina para pemulung, anak-anak jalanan, yatim, dhuafa, yang kebetulan sebelumnya telah mendapat pembinaan dari Siti. Siti berharap melalui Wastehub mampu menolong ekonomi dari warga binaan tersebut. Alhamdulillah, ada peningkatan ekonomi warga dari edukasi dan berbagai program wastehub yang melibatkan warga binaan di sekitar lokasi.
Sumber: Dokumentasi Pribadi Siti Salamah |
Sampah hakikatnya masalah kita semua namun banyak yang melupakan hal tersebut. Wastehub fokus pada sirkular ekonomi karena selain agar rapi dan terintegrasi, ada aspek-aspek lain yang mampu membuat perubahan untuk para pengelola sampah itu sendiri serta warga masyarakat di sekitarnya.
Ekonomi sirkular adalah konsep ekonomi yang memaksimalkan penggunaan sumber daya dengan cara mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi. Prinsip utamanya mencakup daur ulang, pengelolaan limbah, dan kolaborasi antara pemangku kepentingan.
Secara konsep, ekonomi sirkular bertujuan mengurangi dampak negatif pada lingkungan, tekanan pada sumber daya alam, dan menciptakan sistem ekonomi yang berkelanjutan. Dengan penggunaan yang bijaksana, ekonomi sirkular mendorong efisiensi dan pertukaran sumber daya yang efektif antara pemangku kepentingan.
Sumber: Instagram Wastehub.id |
Ekonomi sirkular mengurangi kemiskinan melalui penciptaan peluang ekonomi baru dan berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya alam dan limbah secara efisien. Ini meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat terpinggirkan serta membantu mengentaskan kemiskinan.
Ekonomi sirkular dapat juga mengatasi perubahan iklim dengan efisiensi sumber daya, pengurangan limbah, dan emisi gas rumah kaca. Daur ulang dan penggunaan kembali sumber daya mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan mitigasi perubahan iklim.
Melalui ekonomi sirkular, tujuan SGD No Poverty dapat dicapai dengan menciptakan peluang ekonomi berkelanjutan. Secara keseluruhan, ekonomi sirkular memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan yang holistik.
Kondisi limbah yang memprihatinkan dan tingkat pengangguran terbuka yang terus meningkat di wilayah Jakarta dan sekitarnya termasuk Tangerang Selatan membutuhkan perhatian yang ekstra. Terlebih keberadaan limbah yang semakin banyak memperburuk fenomena perubahan iklim yang sudah menjadi perbincangan hangat di dunia.
Penerapan ekonomi sirkuler berpotensi besar menjadi salah satu solusi yang efektif dalam mengatasi pengangguran dan perubahan iklim secara sekaligus. Wastehub memiliki program yang berkontribusi dalam menurunkan pengangguran sekaligus mengurangi limbah di lingkungan. Wastehub dalam penerapan sirkular ekonomi memiliki beberapa program "Consult, Create, Empower, Solve"!
- Consult: memberikan jasa konsultasi secara profesional untuk menyelesaikan masalah umum antara masyarakat, pemulung, lapak, dan unit usaha untuk meningkatkan area pengumpulan sampah dengan pendekatan win-win solution;
- Create: membuat pengelolaan sampah yang lebih sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan dengan pendekatan teknologi;
- Empower: meningkatkan pendapatan bagi pemulung dengan memberikan peluang tambahan dan soft skill (pelatihan, kegiatan sukarela, kerajinan, peningkatan kapasitas, dll);
- Solve: membangun sanitasi, lingkungan, dan fasilitas kesehatan yang layak.
Progress, Pencapaian, dan Tantangan
Sejak didirikan di Desember 2018, Wastehub sudah berprogres dan melakukan banyak program. Wastehub telah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Sedemikian banyak kesempatan baik yang telah mengizinkan Wastehub terlibat dalam berbagai kegiatan. Siti sangat bersyukur bersama Wastehub, tim relawan, dan warga binaan sudah sampai ke titik hari ini.
Meskipun banyak kesempatan yang dibatalkan pada saat pandemi Covid-19 lalu dan tim relawan Wastehub juga mengalami fluktuasi semangat pada saat itu. Alhamdulillah pelan-pelan bersama waktu bergerak kembali bahkan saat ini Wastehub mengepakkan sayap lebih tinggi.
Dalam perjalanannya tentu saja ada tantangan yang harus dihadapi. Misalnya terkait dengan jarak, meskipun memang bisa diatasi dengan teknologi. Selain itu, masalah SDM dan keuangan/funding merupakan hal yang cukup menantang mengingat sudah banyak yang ingin dikembangkan oleh Wastehub namun masih terkendala pendanaan.
Siti menegaskan bahwa Wastehub mengundang teman-teman yang berminat menjadi investor untuk mewujudkan program-program Wastehub ke depan. Ayook! Sahabat Mom of Trio ada yang berminat?
Sebagai informasi, terdapat beberapa kegiatan atau program Wastehub baik yang sudah dilakukan, sedang dalam masa uji coba (prototyping), dan akan segera diwujudkan sebagai berikut:
- Waste Management Event and Cluster
- Waste Pickers Intensive Training
- Sustainability Consultant
- PlasticHub (Prototyping)
- WasteHub Products (Coming soon)
- Food and Organic Recycling (Coming Soon)
- Integrated Waste Management Facility (Coming soon)
Warga Binaan Wastehub Seputar Tangerang Selatan
Sebelum Wastehub terbentuk, Siti sudah melakukan pembinaan dengan warga di lokasi pengelolaan sampah di beberapa daerah di Tangerang Selatan seperti Jurangmangu dan Kreo sehingga keberadaan Wastehub semakin menguatkan warga binaan dari aspek ekonomi dan ter-support secara lebih menyeluruh.
Siti juga melihat ada peningkatan baik dari sisi pendidikan, status kependudukan, maupun ekonomi. Anak-anak pemulung sudah mendapatkan titik terang bisa bersekolah dan mendapatkan pendidikan. Anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki akta kelahiran, sudah bisa memiliki dokumen kependudukan tersebut.
Warga juga pelan-pelan teredukasi untuk merubah nasib mereka dan keluarganya. Berkolaborasi dengan beberapa PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) di wilayah Tangerang Selatan, semakin banyak anak-anak di lingkungan binaan Wastehub yang sudah bersekolah.
Sumber: Website Wastehub.id |
Menurut Siti, Sampai saat ini, warga binaan yang terdata dan terakses dengan berbagai program Wastehubd berjumlah lebih dari 1100 Kepala Keluarga dan lebih dari 11 kelompok yang tersebar yang di 7 titik di kawasan Jurangmangu Timur, Kreo, dan Tangerang. Kondisi mereka sangat solid, antusias, dan mendukung program-program Wastehub. Salah satunya karena Wastehub memposisikan warga binaan sebagai mitra sehingga pekerjaan mereka dibayar secara profesional. Ini tentu saja membuat mereka senang dan merasa dihargai atau "dimanusiakan".
Sumber: Dokumen Pribadi Siti Salamah |
Perubahan sangat terasa di kalangan warga binaan sejak berinteraksi dengan Wastehub. Warga binaan mulai melihat ada titik cerah dan harapan bagi kehidupan mereka ke depan. Bahkan sudah ada warga binaan yang tidak lagi tinggal di lapak pemuluk namun sudah memiliki rumah tinggal yang lebih baik.
Siti bahkan mempercayakan anak pertamanya kepada warga binaan selama Ia menjalani masa persalinan anak kedua. Hubungan Siti dan warga sudah seperti keluarga. Selain itu, anak-anak yang dulu putus sekolah dan sudah kembali ke sekolah. Ini menjadi kebanggan tersendiri bagi Siti.
Rencana Wastehub Ke Depan
Siti menegaskan bahwa impiannya untuk terus mengembangkan Wastehub ke depannya. Siti kembali kepada prinsip pembentukan Wastehub "Brings the Pickers to The Next Level"! Semua yang sudah dijalankan harus dan akan terus diperjuangkan agar para pemulung, komunitas pengelola sampah, pekerja lingkungan bisa naik level dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Warga binaan menjalani dan merasakan kemerdekaan yang sebenarnya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi Siti Salamah |
Selain itu, kembali pada misi Wastehub untuk turut melindungi bumi yang kita cintai. Banyak solusi untuk melindungi bumi. Kita tidak hanya bisa mengambil sampah namun bisa mengelolanya. Wastehub berkolaborasi dengan banyak pihak untuk mewujudkan hal tersebut sebagai bentuk cinta kepada Bumi. Terlebih isu lingkungan hidup menjadi concern kita belakangan ini terutama di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Ke depannya Wastehub ingin menjadi pelopor komunitas lingkungan yang bisa membantu ekonomi para pemulung dan mewujudkan harapan bagi anak-anak pemulung. Harapannya Wastehub bisa mengubah jalan cerita bagi anak-anak pemulung agar tidak hanya berkutat pada kegiatan orang tuanya saja. Namun membangun asa yang lebih cerah. Menjadi penggerak yang dapat mengubah kehidupan keluarga dan lingkungan sekitarnya juga.
Semoga tercapai segala niat baik dan rencana para relawan Wastehub. Aamiin. Semoga kisah ini juga bisa menginspirasi kita untuk menjadi bagian dari penggerak ekonomi sekaligus pelindung dan pecinta bumi dalam bentuk sederhana sekalipun. Semangat untuk hari ini dan masa depan. Untuk Indonesia, untuk bumi kita.
=====================================
Referensi:
- Wawancara online dengan Siti Salamah
- Bahan-bahan referensi pribadi Siti Salamah
- Media sosial dan website Wastehub.id
- Website SIPSN KLHK
- Photo Dukumentasi Pribadi Siti Salamah
Menarik banget ini Wastehub. Saya jadi pengen lihat ke IGnya, Sampah rumah tangga ternyata terbesar, ya. Sekarang sebisa mungkin saya meminimalisir sampah. Supaya gak menambah banyak sampah di bumi.
ReplyDeleteSemoga semakin banyak yang tergerak seperti Wastehub, ya. Jumlah sampah semakin memprihatinkan. Udah kayaknya gunung saking banyaknya.
DeleteUntuk masalah sampah aku merasa miris sih, Mba, dan bangga sama pelaku ekonomi sirkular, seperti pemulung dan sebisa mungkin aku mengurangi sampah dengan tidak memakai pembalut instans
ReplyDeletewah aku dah lama pingin ganti pembalut yang ecofriendly jg mba, udah resah bgt jg sama efek sampahnya. apalgi ada 3 orang cewek nih di rumah
DeleteDuh kalimatnya makjleb ya Ophi, sehingga bkannya menyurutkan langkah Siti malah membuat semangat menggebu! Hebat banget .. tamparan keras buat aku yang kadang masih malas memisah dan memilah sampah!
ReplyDeletesemangat yuk makneng...
DeleteAamiin. Semoga seluruh program Wastehub dapat terwujud ya mbak. Jadi pengen tahu lebih banyak lagi tentang kegiatan WasteHub. Pengen kepoin IG nya juga. Ohya perihal sampah ini, dulu aku pun sudah capek-capek milah, eh pas dijemput mobil pengangkut sampah, tetep digabungin juga. Memang harus ke tempat yang tepat kirimnya.
ReplyDeleteNah benar, aku pun sempat memilah sampah sesuai dengan jenisnya agar lebih mudah juga nantinya untuk penyortiran. Tapi memang saat diambil sama pengangkut sampah ya jadi satu lagi mereka.
Deletecuss kepoin IG mrk mba rien
Deletewah sosok mba Siti Salamah bener2 inspiratif banget ya, menggerakan yg sampai next level dan memikirkan masa depan anak-anak yg berada di wilayah penampungan sampah ini. Memang issue sampah ini seperti terus menerus ada, karena dari masing2 kita pun menghasilkan sampah ya
ReplyDeletekita2 ini di rumah tangga salah satu penghasil sampah terbesar mba
DeleteSalut banget deh sama orang yang perhatian dengan masalah sampah. Aku akui sampah rumah tanggaku juga banyak banget. Memang sampah itu masalah besar. Apalagi sekarang banyak makanan pakai kemasan plastik ya.
ReplyDeleteMemang kita bakal lama merdeka sampah nih, moga kita semua udah ga jadi bagian yang bikin sampah menumpuk gak jelas atau tukang hasilkan sampah gak manfaat
DeletePerjuangannya luar biasa nih Mbak Siti Salamah. Pemerintah saja tidak sampai ke sana lho, hehehe...
ReplyDeleteMakin banyak yang peduli anak bangsa, semoga makin banyak SDM Indonesia yang jujur dan bermanfaat bagi yang lain
Semoga Mba Siti dan team selalu sehat yah, semoga program-progam baiknya ini juga banyak ditiru di berbagai tempat dengan semangat yang minimal samalah kayak Mba siti
ReplyDeleteaamiin, makasih doanya mba
DeleteBenar sih kalau dipikir-pikir tuh sampah rumah tangga yang terbesar pun dari sisa makanan. Makanya aku tuh di rumah bawel banget, makan harus habis. Biasanya kalau bekas-bekas sayur suka aku kirim ke saudara yang memang mengompos. Alhamdulillah ini ya mbak, yang dilakukan Siti Salamah dari hasil sampah dapat membantu keluarga pemulung juga.
ReplyDeleteiya mba, harus rewel emang di rumah, krn kontribusi sampah rumah tangga lumayan bgt
DeleteInspiratif banget ini yah, semoga makin banyak yang sadar terkait sampah ini yah
ReplyDeleteSampah ini ya, masalah yang sepertinya gak pernah ada habisnya. Dan malah dari waktu ke waktu semakin menggunung. Tapi alhamdulillah, ada banyak orang yang menyadari mengenai hal ini. Jadinya sampah banyak diolah lagi jadi produk yang lebih berguna. Dan pastinya ini membuat beban sampah pada lingkungan jadi berkurang. Semoga banyak nih orang-orang keren seperti Mbak Siti Salamah ini.
ReplyDeleteSampah sisa makanan banyak banget ya dibanding dengan sampah lainnya. Harus bisa mengelolanya nih supaya gak menggunung sampah-samaph di tempat penampungan. Ikuti ibu Siti Salamah yang mengisnpirasi yang sampai terjun langsung ke lapak pemulung & memberdayakan
ReplyDeleteKeren banget ya Wastehub ini. Kalau dilihat kebanyakan Pemulung jual barangnya dan hasilnya memang tak seberapa. Beda ya kalau bisa memilah, mengolah sehingga jadi nilai tambah buat mereka secara ekonomi
ReplyDeleteAhh luar biasa
ReplyDeleteMemang kalau bisa dikelola dengan baik, sampah bisa bernilai ya mbak
Salut sekali dengan peran Kak Siti untuk megkoordinir sampah2 yg dikimpulkan oleh para pemulung. Jiwa sosialnya patut diacungi jempol dan juga ditiru oleh kita tentunya.semoga banyak yg memiliki jiwa seperti kak Siti. Aku kpn yaa...hhm minimal dari sampah rumah dulu deh.
ReplyDeleteaamiin ya rabbal alamin, semoga harapannya mbak Siti terkabul semua ya mbak. Memang tidak mudah mengelola sampah yang sudah menjadi masalah dunia ini. salah satunya ya dengan cara membentuk komunitas ini ya mbak, semoga kesejahtreaan para pemulung terangkat dan bumi terlindungi
ReplyDeleteSetuju dengan pemikiran Siti Salamah "Kalau bukan kita, siapa lagi.."
ReplyDeleteDan dari idenya untuk kelola sampah bisa membantu banyak pemulung dan akhirnya bisa bergerak bersama. Edukasi yang baik dan semoga kesadaran ekonomi sirkular ini gak berenti sampai di Siti Salamah dan circlenya. Tapi lebih meluas lagi bersama Wastehub.
Saya cuma bisa bilang salut dan keren untuk Mbak Siti Salamah. Hebat bisa mendekati warga, hebat bisa terus konsisten mendampingi pemulung. Saya berharap waste manajemen ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia agar TPU ga pada tutup lagi krn sampah hanya dibuang tidak dikelola
ReplyDeleteMasyaAllah ya mba.... apa yang dilakukan mba Siti mudah2an banyak diteruskan di daerah2 lain getakan Wastehub yg berupa bisnis sosial punya tujuan untuk meningkatkan dan membangun kawasan pengumpulan sampah lokal yang efektif dan bertanggung jawab melalui pendekatan ekonomi sirkular dan teknologi dan tentunya bisa mengurangi sampah yg ada
ReplyDeleteBener nih Mbak. Aku ngerasa memang sampah rumah tangga tuh banyak luar biasa. Mulai sampah sisa sayuran mentah, belum lagi sisa makanan yg menjadi sampah 😔
ReplyDeleteMasyaAllah, baca ini jadi ngerasa punya titik terang akan pengelolaan sampah di Indonesia deh. Pelan-pelan tapi pasti, dan butuh waktu yang mungkin sedikit lama, insyaAllah kalau wastehub terus berkembang, Indonesia bisa makin membaik pengelolaan sampah dan kesejahteraan para pemulungnya nih.
ReplyDeleteDuh, salut banget ya sama orang-orang kayak mbak Siti dan mbak Lita ini dalam menginisiasi gerakan sosial demi menjadikan sekitarnya lebih baik lagi.
keren banget ini. Apalagi di Jogja baru2 ini TPA Piyungan ditutup. heboh dong warga Jogja. Akhirnya banyak desa yang mulai mandiri mengelola sampah sendiri. Bagus nih untuk panduan daerah lain
ReplyDeleteKeren banget nih, Wastehub. Jarang banget yang peduli sama kehidupan pemulung, yang sejatinya mereka berhak mendapatkan bantuan dalam hal pendidikan dan lain sebagainya. Semoga Wastehub terus jaya agar lebih banyak pemulung yang terbantu.
ReplyDeleteKece banget ya beliau ini. Kadang aku pengen berkontribusi sebesar ini untuk masyarakat. Tapi mungkin dengan cara lain semampunya, ya. Terima kasih sudah menginspirasi
ReplyDeleteAku langsung insecure kalau baca profil begini, MasyaAllah keren menginspirasi Mba Siti Salamah jadi memicu diriku biar bisa melihat peluang agar bermanfaat untuk lingkungan :) semoga Wastehub terus berkembang aamin
ReplyDeleteSemoga dengan makin banyaknya kolaborasi yang dilakukan Wastehub makin banyak juga yang mendukung dan juga terinspirasi dengan langkah baik yang sudah dilakukan. Salut atas apa yang selama ini dilakukan oleh Bu Siti Salamah :)
ReplyDeletenah mba kebetulan aku pernah liat salah satu akun tiktok yang kontennya tentang memilah sampah di rumah yang sudah dilakukan selama 2 atau 3 tahun ini oleh si content cfreator tersebut
ReplyDeleteKeren banget blio, masya Allah...ini tuh masalah sampah PR semua umat manusia ya. Aku beralih ke menscup tapi belum mengolah sampah rumah tangga sendiri nih mba. Meminimalisir sampah dengan menghabiskan makanan, aku tekankan selalu ke anak2. Tapi kadang ya aku yg kudu habiskeun 😂..
ReplyDeletegara-gara ini jadi buka sosmed wastehub. Luar biasa pemikiran dan gerakannya mbak Siti. Semakin sering kita melihat para pejuang sampah ini, semakin tertampar gak sih, mesti nanya ke diri sendiri sudah berbuat apa. Saya suka hal-hal baik yang digaungkan begini. Beneran deh, jadi mau ketemu sama mbak Siti. Sukses mbak Siti dan tim ya untuk seterusnya.
ReplyDeleteSuka banget kalau ada materi seperti ini, karena ini bisa jadi media pengingatku untuk selalu mengelola sampah dengan baik, minimal bisa memisahkan sampah rumah tangga dan membuat kompos sederhana, dengan cara cara sederhana kita bisa membantu menyelamatkan bumi ini.
ReplyDeleteSaluuut dengan sepak terjang Siti Salamah. Perannya untuk mengembangkan ekonomi sirkular dan memperhatikan kesejahteraan pemulung, patut ditiru.
ReplyDeleteBener katanya, kalau bukan kita, siapa lagi?
Saya juga sedang berusaha konsisten untuk memilah sampah. Setidaknya memudahkan dalam pengelolaan sampah hasil rumah tangga.
Pendampingan yang luar biasa. Salut sama keajekan beliau.
ReplyDeleteMasyaallah salut dan kagum banget sama mbak Siti. Memang kebaikan itu dimulai dr pribadi yg kuat spt beliau ya mak dan semoga bisa dirasakan kebaikannya oleh banyak orang.
ReplyDeleteBtw di RT ku juga ada bak sampab yg sudab jalan 5th lebij dan dipelopori seorang ibu yg inspiratif macam mbak Siti ni
Masya Allah mau lahiran masih semangat respon chat-nya Mba Ophi, keren nih Mba Siti, salut akan perjuangannya untuk Wastehub . Semoga segala misi dan harapan Wastehub untuk menjadi pelopor komunitas lingkungan yang bisa membantu ekonomi para pemulung dan mewujudkan harapan bagi anak-anak pemulung tercapai.
ReplyDeleteWaw.. luar biasa ya perjuangan mbak Siti Salamah ini. Berjuang dari nol dan alhamdulillah ketemu partner yang cocok. Semoga kehidupan para pemulung yang didampingi mbak Siti akan semakin baik kehidupannya, terutama masa depan anak-anaknya. Dan permasalahan sampah di sana khususnya akan semakin tertangani dengan baik. Dan semoga gerakan Wastehub juga akan segera menyebar ke daerah-daerah lain.
ReplyDeletePermasalahan sampah rumah tangga ini enggak akan ada habisnya ya. Ada aja, karena tak bisa dipungkiri, sampah rumah tangga menjadi penyokong sampah terbesar.
ReplyDeletePerku pekuang yang nyata seperti halnya Siti Salamah ini. Meski awalnya juga diragukan oleh orang-orang pemulang dan sekitar TPA, dia terus konsisten.
Masya Allah sangat menginspirasi ya berbuat kebaikan dan menularkan kebaikan dan manfaat pada orang lain semoga makin banyak yang terinspirasi dan mengikuti jejak Mbak Siti ya, salut..
ReplyDeletesaya sudah follow wastehub ini, dan baru sekarang tahu sosok di balik layarnya. thanks for sharing mba Ophi. Jujur, wastehub adalah salah satu akun yg menginspirasi saya utk saat ini sedikit mengelola sampah jelantah pribadi dan tetangga untuk dijadikan sabun jelantah dengan eco enzyme. Meski masih skala kecil, tapi rasanya senang karena turut berkontribusi bagi alam lestari (ya walaupun kadang mikir, masih kecil bgt nih kontribusinya).
ReplyDeletesemangat mba lishda, kecil tapi konkrit
DeleteSosok yang inspiratif nih Mba Siti dengan kiprahnya layak untuk diapresiasi oleh kita semua.
ReplyDeleteBtw Wastehub keren juga tuh didukung oleh banyak pihak apalagi kerjasama sama dengan tempat wisata tentang pengelolaan sampa, makin kereeen . Sukses buat semuanyaaa!!
Keren banget langkah kak Siti Salamah bersama Waste Solution Hub.
ReplyDeleteDi saat semua orang masih bingung akan diolah seperti apa sampah organik dan anorganik sehari-hari, beliau telhg menginspirasi banyak pihak untuk mengembangkan ekonomi sirkular dan memperhatikan kesejahteraan pemulung.
Emang ini rumah kalau dibongkar sampahnya numpuk kali. Soalnya orang kita, suami saya sih terutama, banyak nimbun barang. Sayang2 katanya. Makanya salut sama Mba Siti nih, bisa memanfaatkan barang2 bekas jadi sesuatu yang bermanfaat
ReplyDeleteSampah menjadi masalah yang tak kunjung usia, selama tidak ada perubahan tingkah laku ya mbak
ReplyDeleteKeren sekali mbak siti ini
Masalah sampah ini masalah kita bersama ya, dari lingkungan terkecil harus sadar bagaimana memberlakukan sampah, keren nih mbak Siti.
ReplyDeleteMasya Allah keren sekali kak Siti ini. Semoga banyak Siti siti lain yang bergerak untuk lingkungan. Semoga kita lebih bijak dalam membuang sampah dan mengelolanya ini yaa
ReplyDeletesaluuut sama kakak Siti dan kakak2 lainnya di luaran sana
ReplyDeleteat the end, semua kebaikan akan terpulang pada si pemberi kebaikan aamiin
Speechless baca kegiatan mba nya, yang bener2 peduli dengan lingkungan dan para pemulung. Bukan hal mudah, tapi butuh konsisten dan kekuatan niat.
ReplyDeleteSampah ini udah jadi masalah yg ga tahu kapan selesai. Malah udah merembet ke perubahan iklim segala. Jadi memang kerjasama antara kita semua, pemerintah , pemulung dan siapapun yang tinggal di sini sangat dibutuhkan.
Saluuut untuk mba Siti, Lita dan lainnya. Kepedulian mereka seharusnya jadi cambukan juga buat kita semua, ikut melakukan atau setidaknya support wastehub agar bisa mencapai apa yang ditargetkan. ❤️. Semoga mba Siti sendiri dipermudah segala urusannya.
Terharu pas baca anaknya yg pertama dijaga oleh keluarga pemulung yang dia bantu. Artinya sebegitu dekat hubungan mereka Krn wastehub ini
iya mba, hubungannya jadi dah seperti keluarga aja sm mereka
Delete