Amalan yang Allah Siapkan 70.000 Malaikat untuk Memintakan Ampunan sampai Hari Kiamat

True happiness is when you bring happiness into someone's heart

Sebahagia itu hati ini bisa melihat senyum bahagia di wajah seseorang yang bahkan belum ku kenal. Senyum bahagia yang hadir tulus bahkan oleh hal yang ku anggap sepele. Duh efeknya se dahsyat itu yaa ketulusan untuk menghadirkan rasa bahagia di hati orang lain. 

Sahabat Mom of Trio sepakat kan kalau kebaikan yang tulus yang melahirkan rasa bahagia bagi seseorang bakal kembali atau terrefleksi kembalu ke kita. Bahagia itu kemudian menular ke kita. Mungkin banyak juga yang pernah mengalami dan membuktikannya sendiri ya. 

Luar biasanya lagi, kalau dalam Islam, memasukkan kebahagiaan dalam hati seseorang itu bernilai ibadah lho. What a beautiful deen!


Kali ini mau menulis yang ringan, memindahkan dari caption di media  sosial agar bisa dibaca anytime untuk menyemangati diri bahwa semua perkara itu baik bagi seorang Muslim. Kebaikan menghadirkan sikap syukur, pun ketidakbaikan memunculkan sikap sabar. Dua-duanya berujung pada kebaikan. Dua-duanya bernilai pahala. Hmm hanya buat yang paham-paham saja. 

Yuk kita memperkaya pemahaman kita lagi. *selftalk

Jadi ku mau cerita agak runut tentang kejadian hari itu. Jumat 13 September 2024. Biasanya kan happy banget ya kalau sudah  hari Jumat. Yaayy TGIF gitu kan? Tapi seminggu itu entah kenapa aku merasa overwhelming banget. Kelelahan luar biasa, physically and mentally. Saking capeknya sampe beberapa kali nangis sendiri dan bilang, "capek banget!" Bahkan badan terasa sakit sekujur tubuh. Beberapa kali kepergok Pak Suami sedang terisak sendiri, lalu dipuk-puk! 

Pagi itu sempat ditawarin juga: "mau gak masuk kantor dulu hari ini?". "Izin aja, atau cuti!" Tapi entah kenapa kepala menggeleng lalu seperti biasa sat set semua pekerjaan pagi diselesaikan dan tetap berangkat ke kantor. Naik KRL seperti biasa. 

Ada Sahabat Mom of Trio yang juga pernah mengalami kondisi "burn out" seperti ini jugakah? "Sama kita Moms!" tapi pasti tetap langsung sat set lagi kan setelah berderai air mata sendiri?

Gak apa-apa. Kita memang begitu. Sok kuat yaa. Tapi gak usah malu untuk mengakui kalau kita juga kadang tak sekuat itu  Terkadang memang kita berada pada titik di mana kita harus menerima dengan sadar bahwa kita juga manusia biasa. Sangat bisa dan mungkin sampai pada kondisi se terpuruk itu. Gak apa-apa, kita manusia kan? It's human to feel so exhausted and overwhelmed, sometimes.

Baca: Lelah Berkepanjangan? Kamu Tak Sendiri Moms

Dengan hati yang masih tak tenang. Semangat yang sudah sampai pada angka nol, bahkan rasanya semakin menurun ke angka minus. Ku tetap mencoba menatap matahari, yang Jumat pagi itu terasa lebih hangat dari biasanya. Melihat jam di hp, ku yakini akan sampai di Stasiun Sudimara dengan tepat waktu untuk bisa naik KRL pemberangkatan Stasiun Serpong Pukul 07.20 yang tak terlalu padat berdesakan. 

Sambil banyak menggumamkan dzikir di dalam hati saat duduk di jok belakang motor yang disupiri suami. Pikiranku berkelana, kesana kemari. Kalau biasanya kami berangkat bareng, hari itu beliau statusnya dinas luar kantor. Jadilah aku ber-solo karir ke kantor. Beliau hanya mengantar hingga stasiun. Saya berharap bisa sampai Stasiun Sudimara sesuai rencana. 

Terlintas di pikiran. "Wah kalau jam segini biasanya suka ketemu ibu yang jualan salad sayur dan buah." Saya beberapa kali beli kalau memang pas  ketemu si Ibu di jam-jam KRL  07.20 yang berangkat dari St Serpong. saya sudah hapal. Si Ibu selalu duduk di bangku yang mana di peron stasiun. "Aku mau beli salad sayurnya ah... " Saya juga teringat untuk membelikan juga seorang teman di kantor. "Hmm berarti beli dua deh."

Eh ternyata teman saya sedang dinas keluar kota. 

Nah pas sampai ke stasiun, bener lho si Ibu duduk di bangku yang sama.  Di sebelahnya ada ruang kosong tapi sebenarnya agak sempit untuk diduduki karena yang duduk di bangku itu sudah 4 orang. Sebelah ibu ini ada seorang nenek dengan penampilan yang sangat sederhana. Wajah keriputnya dihiasi senyum ramah yang tulus. Membuat tetap menyenangkan untuk saling bertatap muka.

Ketika aku mendekat (mau beli salad ke si ibu yang duduk di sebelahnya), Nenek ini dengan ramah mempersilahkan aku duduk di ruang yang tersisa tadi. Dia sedikit bergeser dan mempersilahkan. Aku menolak dengan halus. "Ga usah nek, saya berdiri aja. Sebentar lagi kereta datang."  Senyum tetap menyungging di bibir dan wajah keriputnya.  Entah kenapa nyess, sampai ke hati. Senyum ramah nenek ini memancarkan ketulusannya hingga menyentuh ke hatiku. Keramahannya barang langka di hecticnya pagi di saat semua orang memikirkan dirinya sendiri. Perjuangannya masing-masing. 


Aku yang memang berniat membeli salad sayur langsung bertanya ke si ibu. "Bu masih ada stock? mau dung salad sayurnya satu aja." "Owh masih." Lalu tas yang berisi salad-salad itu dia buka. Jadi dia jualan salad ini kayaknya pesanan orang-orang di kantornya. Karena sebagian box salad sudah diberi nama. Nah tapi memang dia suka melebihkan di luar pesanan.  Kadang-kadang banyak beli di stasiun kayak aku juga nih. 

Nenek tampak penasaran. Lamat-lamat ku dengar dia bertanya penasaran.

Aku yang semula hanya mau ambil satu salad sayur, tiba-tiba terpikir untuk menawari si nenek. "Nenek mau?" Dia tidak menjawab, hanya tersenyum. Otak saya dengan cepat merespon "Bu yang salad buah ada? Salad buahnya satu ya." Sambil ku tambahkan uangnya. Lalu kuserahkan ke Nenek. "Ini buat Nenek, yang ini salad buah." Sengaja ku pilih salad buah, takutnya dia ga paham cara makan salad sayur yang serba mentah dengan dressing yang terpisah. Belum tentu juga cocok dengan seleranya. Salad buah lebih aman. 

"Terimakasih" katanya. Mukanya makin berseri. Nyess banget hatiku melihatnya. Beneran bahagia itu langsung menular. Aku yang tadi berangkat dari rumah sejujurnya kurang semangat,  langsung kayak kena charging semangat. Ya Allah sedahsyat ini ya efek menghadirkan senyum dan bahagia di hati orang lain. Bahkan sekedar memberi salad buah yang harganya tak seberapa. 

Belum sempat melanjutkan jelajah pikir Saya buru-buru masuk ke gerbong karena kereta datang. Langsung berjejalan dengan penumpang lain mencari ruang di dalam gerbong. Meski demikian saya merasa senyum masih tersimpul di bibir. Senyum di balik masker yang saya kenakan. 

Hmm jadi kalo mau bahagia ternyata caranya semudah itu yaa. Bahagiakan orang lain. Tidak harus hal besar. Pun Allah Maha Baik dengan skenario-Nya. Saya yang memang berniat membelikan salad untuk teman, semula batal ternyata niat baik itu Allah wujudkan untuk orang yang lain.

Meski hari itu kemudian saya jalani dengan tetap terasa berat, namun semangat pagi dari kebahagiaan yang tertular membuat saya lebih tabah. Sungguh momen yang menguatkan diri.

Pun ketika sore hari, sepulang dari kantor saya harus mampir menengok Kakak yang berkegiatan di sekolah untuk 2 hari ke depan dan membagi sedikit kebahagiaan untuk kakak dan teman-temannya, panitia LDKS di sekolahnya. 

"Kakak sama temen-temen panitia ada berapa nak? "

"Sekitar 30 orang bu... "

Kami bawakan martabak keju dan coklat hangat untuk menemani jam malam mereka. Photo seseruan saat mereka menikmati panganan kecil dan video ucapan terimakasih dari teman-temannya yang dikirimkan kakak,jujur lagi-lagi mengalirkan bahagia di hati.

Baca juga: Resep Menua dengan Bahagia: Syukur dan Berserah

Hari itu saya kembali membuktikan dan meyakini bahwa kebahagiaan sesuangguhnya adalah saat kita menghadirkan rasa bahagia ke dalam hati, hari, dan hidup seseorang. Kebahagiaan itu akan terrefleksi dan menular hingga ke hati kita. Jadi saat sedang lelah dan merasa "kok hidupku agak gimanaa yaa. Hampa atau bahkan terasa tak baik-baik saja" Aku sekarang yakin untuk mengambil langkah ini. Bahagiakan seseorang, siapapun dengan cara apapaun, mungkin yang tampak sederhana atau sepele sekalipun. 

Tahukah? Bonusnya ternyata semua kebaikan yang kita lakukan dan menghadirkan kebahagian di hati orang lain itu bernilai ibadah. Allah suka guys... Allah suka amalan ini. Jadi kenapa enggak ya.  Kita membiasakan diri konsisten menjadi sosok yang bisa membawa rasa bahagia di hati orang sekitar kita. Bagaimana caranya? banyak cara pastinya! bisa dimulai  dengan perkataan yang menyenangkan,  dengan sikap rendah hati, tidak merasa yang paling mulia sendiri, menghormati hak-hak orang lain dan banyak lagi.

Kamu bisa sebutkan yang lainnya di kolom kontentar ya Sahabat Mom of Trio.

Yuk bisa yuuuk. Biar apa? biar bahagia itu menjalar dan merasuk ke dalam diri kita juga. Semudah, semurah, dan sereceh itu bahagia. Efeknya tapi gak murah dan recehan lhooo!

Nah ini hadits yang menyebutkan bagaimana keutamaan/fadhilah membahagiakan atau menggembirakan orang lain. 


Hadits riwayat Ibnu Abbas RA, bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda: "sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain".   

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا  قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ 

Dalam kitab Al 'Athiyyatul Haniyyah dijelaskan "Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta'ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain" 

   رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ   

Sungguh amalan yang bernilai tinggi dan berefek luar biasa, namun sering kita sepelakan yaa. Semoga saya bisa mengamalkan dan mengkonsistenkan amalan ini karena masyaAllah Tabarakallah, ternyata nilainya sangat tinggi bahkan Allah tugaskan 70 ribu malaikat untuk memintakan ampunan bagi kita  hingga hari kiamat. Sungguh Allah Maha Baik.


14 comments

  1. Saya pernah merasakan burn out. Memang trus sedih gak jelas aja gitu. Bener banget ya Mbak kalau berbagi kebahagiaan katanya 'menular'. Bisa dengan mudah merasakan kebahagiaan meskipun dari hal sepele.

    ReplyDelete
  2. Paling ga enak memang kalau kita berada di posisi lagi burn out. Mau ngapa-ngapain itu males banget. Tapi begitu bertemu orang lain yang kondisinya bisa dibilang di bawah kita, saya jadi lebih merasa bersyukur dan malu kepada Allah SWT. Karena merasa kok diri ini masih kurang rasa syukurnya

    ReplyDelete
  3. membahagiakan orang pahalanya udah segambreng banyaknya ya. apalagi kalau yg kita bahagiakan orang tua sendiri ya..

    ReplyDelete
  4. Masya Allah ya amalannya mbak efeknya luar biasa. Gak bisa disepelekan lagi harus dijalankan apalagi amalan ini dicintai Allah dan pasti banyak pahalanya

    ReplyDelete
  5. Kalo memberikan hal positif dampaknya pun juga positif ke diri sendiri, apalagi membuat orang lain bahagia. Maka bisa dikatakan deh bahwa bahagia itu sederhana ya.

    ReplyDelete
  6. Masya Allah, hal sederhana dengan membahagiakan orang, ternyata mendapatkan pahal yang luar biasa, bahkan Allah sudah menyiapkan 70.000 malaikat untuk berdoa memohonkan ampunan. Ya Allah Ya Rabb.. semoga saya bisa menjadi orang baik dan bisa membuat orang lain bahagia, terutama di sekitar saya..

    ReplyDelete
  7. Nyes banget bacanya...sesederhana itu ya ternyata bahagia, apalagi saat burn out melanda, bikin orang lain happy, tersenyum sudah ngefek ke kita.
    Makasih sudah membagikan kisah ini Mbak Ophi

    ReplyDelete
  8. MasyaAllah emang yaaa yang namanya burn out kudu dilawan dengan mengingat Allah, ya dzikir, sholat, doa, hingga bersedekah pun sangat membantu.
    Pernah juga begitu dan akhirnya merasa enteng hati. Apalagi kalau naik kendaraan umum tu beragam manusia bisa kita jumpai. Wajah2nya pun sama lelahnya tapi kdng msh banyak yg bisa tersenyum.
    Eh mbak Ophi rumahnya gak jauh dari stasiun Serpong berarti ya?

    ReplyDelete
  9. Setuju bnget mba..suka sama tulisannya bahwa kebahagiaan sesuangguhnya saat kita menghadirkan rasa bahagia ke dalam hati, hari, dan hidup seseorang... Gak perlu mahal ya mba..dan itu juga mudah ternyata

    ReplyDelete
  10. Iya aku juga merasakannya, mau menulis jadi kurang semangat..terharu aku bacanya mbak membahagiakan orang lain ternyata Ikin kita lebih bahagia yaa

    ReplyDelete
  11. Ah memang yaa..begitu banyak berkah yang sudah kita terima dalam hidup, tapi kadang ada fase numb gitu. Dan di saat-saat kurang bahagia seperti itu, anehnya kita bisa kembali bahagia ketika kita -sengaja atau tidak sengaja- membuat orang lain bahagia.

    Tadi siang saya juga merasakan bahagia semacam itu, tapi juga sekaligus penyesalan. Ceritanya, pas keluar dari alfamart, aku melihat seorang nenek melintas di meja depan alfa lalu dia meminum sisa teh yng ada di meja itu. Tadinya saya mau cuek saja, tapi kok terasa ada yang salah melihat si nenek minum minuman sisa. Akhirnya saya menawari membelikan air minum botolan. Si nenek mau, jadi saya masuk ke alfa lagi beli a*qua yang segera saya berikan ke nenek.

    Segera saya pergi, tapi di jalan muncul sesal, kenapa tadi nggak sekalian membelikan roti sih?

    Mungkin, dengan menceritakan ini, nilai kebaikannya akan berkurang. Tapi, entahlah, saya merasa perlu menceritakan ini sbg penegas bahwa kebahagiaan itu bisa datang ketika kita membahagiakan orang lain. Tapi tentu saja, jangan sampai jadi people pleaser sih yaa..perlu hikmat juga untuk melakukan kebaikan.

    ReplyDelete
  12. MashaAllaa~
    Mulia sekali dengan membahagiakan orang pahalanya pun sudah dicatat malaikat dan disiapkan untuk masa kini dan nanti di akherat.
    Jadi tabungan yang panjang.

    Tapi memang kalau memberik tuh berasa menjadi imej dan doa juga yaa..
    Aku jadi inget waktu Nikmir ngasih anak-anak jalanan ongkos. Aku yakinnya dia tulus adalah si anak diajakin ngomong dulu, kaya anak sendiri. Jadi interaksi build a trust gitu.. Memberi orang lain menurutku bukan sekedar kamu dan aku. Tapi tentang kita dan nanti.

    Aaiih~
    Makin bingung ka Ophie baca komenku.
    Hihihi.. maapp dan barakallahu fiik sudah berbagi kisah yang insightful.

    ReplyDelete
  13. Setuju, mbak. Kebahagiaan itu kadang memang hadir saat kita bisa membuat orang tersenyum dan bisa membantu mereka

    ReplyDelete
  14. Beberapa kali mengalami hal seperti ini. Memberi itu selalu lebih membahagiakan daripada menerima. Senyum dari penerima, ucapan terimakasihnya, dan doa2 yg terkadang dia kasih sebagai balasan, itu bener2 jadi penyejuk hati.

    Semoga kita yg punya kemampuan memberi dalam hal apapun, tetep bisa merasakan bahagia sebagai balasannya.

    ReplyDelete

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.