Ignorance May Kill your Marriage! Do Something! NOW!

Kalau dibuat polling apa sih penghancur pernikahan atau rumah tangga nomor 1? kemungkinan besar jawabannya adalah perselingkuhan. Namun ternyata banyak pernikahan yang sudah berjalan cukup lama, tampak baik-baik saja, tapi pada titik yang tak terduga ternyata pecah dan berujung perceraian. Apa yang sering kita dengar sebagai "grey divorce" yang penyebabnya bukan orang ketiga. Silent killer pernikahan yang lebih berbahaya dan mungkin pula merupakan penyebab awal berbagai prahara pernikahan adalah ignorance.

Dalam konteks ini saya melihat "ignorance" bukan sekedar, "lack of knowledge", tapi lebih pada sikap acuh dan keengganan untuk saling mengetahui, mengenal, dan memahami satu sama lain. Dalam kondisi tertentu saya melihatnya sebagai suatu ketidakpedulian, masa bodo, atau bodo amat.

Banyak pernikahan hancur karena masing-masing tidak mengenal pasangannya. Banyak pasangan terjebak dalam tugas dan kewajiban sehari-hari sehingga mereka lupa untuk saling mengenal dan membangun hubungan intim yang akan bertahan dan menjadi kekuatan perekat hubungan yang langgeng. 

Yang memperburuk keadaan adalah jika salah satu pihak tercerahkan dan mulai berusaha mengenal pasangannya. Sementara yang lain enggan melakukan hal yang sama maka akan terjadi ketidakseimbangan. Pasangan yang terus berusaha akan merasa lelah dan sampai pada satu titik menyerah saat pasangannya tampak tak peduli dan tak mengimbangi dengan usaha yang setara.

Sangat penting bagi pasangan yang sudah menikah untuk meluangkan waktu untuk saling mengenal sebagai individu. Sang suami harus mengetahui aspek psikologis dan kejiwaan isteri demikian sebaliknya. Mereka berdua harus mempelajari cara berpikir pribadi masing-masing, cara pandang  dan dunia pasangan melalui percakapan, pengamatan, cari ilmu dan teorinya juga pastinya.

Ignorance dalam hubungan pernikahan dapat berkembang menjadi kritik diri (berpikir bahwa ada yang salah dengan diri kita), frustrasi, menyalahkan (berpikir bahwa ada yang salah dengan pasangan), kebencian, dan kemudian perpisahan (baik perceraian atau hanya tinggal bersama sebagai teman sekamar). Tidak mengenal pasangan akan menyebabkan saling menyinggung perasaan berulang kali selama bertahun-tahun hingga akhirnya salah satu mengatakan sesuatu yang mungkin menyinggung yang lain karena tidak tahu bahwa pasangannya telah mengganggunya selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Choose Your Hard

Kebencian terhadap pasangan tumbuh saat Ia terus melakukan hal-hal yang mengganggu, menyusahkan, atau bahkan menyinggung secara berulang kali. Pasangannya mungkin tidak tahu bahwa mereka mengganggu. Sangat mungkin terjadi karena mereka tidak meluangkan waktu untuk mempelajari siapa pasangan masing-masing dan bagaimana saling menanggapi berbagai hal. 

Yang memperburuk keadaan adalah jika pasangan saling tidak berkomunikasi, kebencian itu akan semakin tumbuh hingga pernikahan itu berakhir. Meski telah jauh berjalan namun tampak seolah perpisahan adalah satu-satunya jalan alami untuk hubungan tersebut. Duh sedih dan menyakitkan gak sih.

Ignorance menurut saya suatu sikap egois. Pengabaian dalam bentuk apapun sungguh menyakitkan bagi pasangan. Ya kecuali memang ada yang tidak beres, pada masing-masing pasangan, mungkin keduanya sudah memilih jalan untuk menjalani pernikahan hanya sebagai partner di atas kertas saja? Tapi bagi yang menjalaninya sebagai bagian dari kehidupan, menghadapi pasangan yang ignorant tentu sangat tidak nyaman. 

Harus ada komitmen penuh dari masing-masing pasangan untuk memperbaiki diri dan hubungan. Pasti tidak mudah terlebih jika sudah menjadi karakter atau personality. Namun jika serius dan ingin melanggengkan hubungan yang lebih baik dan bermakna, mau tidak mau harus ada upaya yang juga serius untuk mengatasinya.          

Baca: Manajemen Konflik Rumah Tangga

Catatan berikut ini berlaku bothway ya, untuk kedua belah pihak. Percayalah bertepuk sebelah tangan, sekeras apapun tidak akan bunyi! jadi ya lakukan berdua dengan pasangan.          

Pertama, akui jika memang kita berperilaku ignorance! Tidak merasa, tidak mengakui, justru membuat proses perbaikan akan gagal. Lihat kembali ke dalam diri, introspeksi, penting juga melebarkan telinga untuk mendengarkan dan melapangkan dada untuk menerima apa kata orang lain tentang kita. Tanya pasangan, teman, atau mungkin rekan kerja.

Kedua, kikis rasa sombong dan percayalah, kau tak sehebat itu. Ada waktunya kau membutuhkan orang lain. Terlebih pasanganmu. Turunkan egomu, pahamilah bahwa kalian adalah tim. 

Ketiga, saling bertukar sudut pandang. Sangat mudah untuk terjebak dalam ego sendiri dan menolak untuk memahami perspektif orang lain tentang berbagai hal. Sudah waktunya untuk menyingkirkan sikap itu. Tempatkan diri  pada posisi pasangan. Bayangkan bahwa kita adalah pasangan kita dan melihat dunia melalui mata mereka. Coba sehari saja kau jadi diriku!Aku akan menjadi dirimu. Bagaimana kita saling memandang satu hal dari perspektif pasangan.

Baca Juga: Kenali Bahasa Cinta Pasanganmu

Keempat, saling bertukar perpsektif harusnya dilanjutkan dengan empati. Merasakan apa yang dirasakan pasangan. Ignorance sering membuat kita menutup diri dari perasaan. Mungkin waktunya menggunakan hati jangan melulu menuhankan pikiran. Coba rasakan apa yang pasangan rasakan, kesampingkan dulu ego logikamu.

Kelima, bersungguh-sungguhlah terlibat secara lebih dalam dengan apa yang dirasakan oleh pasangan dalam melalui hari-hari sebagai pasanganmu. Jika perlu bersamai ia sepanjang kita punya waktu. Hmm harus niatkan untuk meluangkan waktu untuk menjaid bagian dari kegiatan pasanganmu. 

Sahabat Mom of Trio ada yang mau menambahkan? Yuk share di kolom komentar

No comments

Terimakasih sudah silaturahim, silahkan meninggalkan jejak di sini. Comment yang masuk saya moderasi terlebih dahulu ya. Mohon tidak meninggalkan link hidup.